40 :: ❛Di bawah Salju.❜

295 55 19
                                    

꒰Bagian Satu꒱

“Cih. Firasatku tak enak.”

“Huh?” Haruto mengalihkan atensi dari kertas putih ke arah Gojo. Menemukan anak itu sedang bersandar pada dinding, memasang wajah cemberut seraya berkomat-kamit.

“Kau kenapa?” tanya Haruto. Mengangkat sebelah alis.

“Aku mau menyusul, [Name].”

Haruto mengernyit, kemudian menghela napas. “[Name]-chan bisa sendirian mengatasi masalah di Osaka. Kau tak perlu khawatir.”

“Aku tahu.” Gojo melotot. “Tapi firasatku sangat buuuruuuk sekarang.”

“Dia akan baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir,” balas Haruto. Mengalihkan pandangan ke arah kertas. Melanjutkan tulisannya.

Hm? Gojo menaikkan sebelah alis. Mengamati pria dewasa di hadapannya. Kenapa pria itu tenang sekali? Apa dia tak merasakan firasat yang sama dengannya? Ini tentang muridnya [Name], dan reaksinya biasa saja?

Pandangan Gojo berpindah ke arah tangan Haruto yang sedang menulis di atas kertas. Mengamati gerakannya ... bergetar. Tangan Haruto tremor. Mata Gojo membelalak lebar.

“Hei, Pak—”

“Nak Gojo.” Haruto berhenti menulis.

Gojo mengernyit. “Apa?”

“[Name]-chan bisa menjaga dirinya sendiri. Dia akan baik-baik saja,” kata Haruto serius, “kau ... jangan terlalu khawatir.”

Gojo bergeming. Tak lama, dia menyeringai lebar.

“Pak tua.” Senyuman miring makin tersungging di bibirnya. “Kau mengatakan itu untukku, atau buat dirimu sendiri, ha?” Gojo melotot. “Tanganmu itu ... gemetar, lho?”

Haruto bungkam, kemudian menatap tangan kanannya. Tremor. Yah, ternyata dia tak bisa berlagak santai di depan Gojo di kala kekhawatiran memenuhi hatinya ... sembari memikirkan, apa keadaan [Name] baik-baik saja?

Sial, umpat Haruto.

Pandangan Gojo mendingin. Kenapa dengan pria penulis itu? Wajahnya ... menunjukkan kecemasan, tapi juga terlihat marah. Ada apa?

“Hei, kau kenapa?” tanya Gojo.

Haruto menghela napas, lantas menyunggingkan senyum yang terlihat natural. “Aku juga mengkhawatirkan [Name]-chan karena dia adalah muridku.”

Gojo mengangkat sebelah alis. Dia berkata jujur. Six eyes-nya pun mengatakan hal yang sama. Namun, apa-apaan dengan senyuman palsu itu? Apa dia menyembunyikan sesuatu?

Ada yang tak beres, batin Gojo.

Angin tiba-tiba berembus kencang. Bahkan pintu ruangan Haruto sampai tergedor keras. Suhu pun terasa makin turun, kedua pria itu bisa merasakan udara mendingin. Mungkin akan mencapai titik beku.

Itu berarti musim dingin telah datang.

“Apa bakal ada badai salju?” gumam Haruto.

Gojo bungkam. Mengernyit keras. Angannya lantas berlabuh pada sang gadis. Memikirkan keadaan perempuan itu di dalam badai buruk ini, seraya berharap ... dia baik-baik saja.

“Aku tak tahu akan ada badai malam ini.” Haruto mengernyit.

“Dan kau dengan bodohnya menyuruh [Name] pergi ke Osaka malam-malam begini,” balas Gojo jengkel.

Haruto mengernyit. Apa ini bagian dari rencana Yuna? Ada kemungkinan anak itu merencanakan sesuatu di luar pembicaraan kita. Ah, tak mungkin. Dia cukup ceroboh dan cuaca ini datang tiba-tiba. Pria itu menggigit bibirnya.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now