3O :: ❛Dia menyadari perasaan itu.❜

331 63 327
                                    

“Yaah~ tempatmu kerja memang seru, ya, [Namee]~!”

Sang gadis menanggapi dengan senyuman. Tangannya bergerak melepas kancing jas hitam dan menarik dasi yang dipakai Gojo.

“Aku akan keluar. Kamu ganti baju aja.” [Name] melipat jas yang telah ia lepas dari tubuh kekar Gojo.

“Dadah~!”

“Bye-bye~” [Name] melambaikan tangan kanannya seraya melangkah ke arah jalan keluar.

Suara pintu yang ditutup terdengar menyapa telinga. [Name] menghela napas, kemudian menyentuh dadanya. Merasakan debaran jantung yang kian bertambah kencang, layaknya suara gendang yang terus-menerus dipukul hingga menggema ke pendengaran.

Jantungku benar-benar kayak mau meledak ..., batinnya. Kedua iris mata lantas menatap ke arah tangan kanan yang kini terangkat. Gemetar. Akibat gugup. [Name] menelan ludah.

“Apa yang terjadi padaku, ya?” gumam gadis itu. Kemudian, dia berjalan. Hendak menuju ke arah ruangan di mana para karyawannya bekerja. Ingin memberikan kertas sketsa pakaian pesanan Koichi agar bisa dikerjakan dengan cepat. Karena model pakaiannya benar-benar detail, terutama di bagian pemasangan manik-manik.

Namun, langkah gadis ini berhenti.

“Hah? Aku lupa buku sketsaku ada di dalam ruanganku ....” [Name] menangkup kedua pipinya. Lantas memutar arah, melangkah cepat.

Tangannya menggapai kenop pintu. Hendak membuka. Namun, Gojo ada di dalam dan dia sedang ganti baju.

Semoga dia udah selesai, ... tapi kalau memang belum .... [Name] menutup kedua matanya. Memutar kenop pintu. Menyembulkan kepalanya untuk masuk ke dalam.

“Gojo-san ....

“Hm?” Gojo menoleh. Mendapati sang gadis yang tengah menongol sebagian kepalanya lewat pintu ... juga menutup kedua mata. Gojo menaikkan sebelah alisnya ke atas, lantas memasukkan kedua lengannya dalam kemeja bewarna biru, tanpa mengancing baju itu terlebih dahulu.

“Hee? Kau ini ternyata mesum juga, ya, [Name]?” kata Gojo. Melangkah mendekat.

“Uhh, aku sudah menutup kedua mataku.” [Name] mengernyitkan alis. “Bisa kau—”

Kedua bahunya ditarik masuk ke dalam hingga tubuhnya dibuat bersandar pada dinding. [Name] makin memejamkan mata. Suara pintu yang ditutup dengan pelan menyapa pendengaran. Ia yakin itu Gojo, tapi ... kenapa dia melakukan itu?

“Coba buka matamu?” Gojo membungkukkan tubuhnya. Tangan kanan menempel pada dinding tepat di samping wajah sang gadis.

“Buat apa?”

“Melihat.”

“Aku ... tahu itu.”

“Lalu? Kenapa kau malah bertanya, [Name]?”

“Entahlah. Firasatku tidak baik. Maksudku, kau sedang ganti baju tadi. Jadi, menurutku ... seharusnya aku tak melihat ‘kan?”

Gojo mengerjapkan mata seraya menaikkan sebelah alisnya. Yah, ini cukup di luar perkiraannya. Di saat gadis-gadis lain mengelu-elukan ini ataupun mereka yang biasa saja meski sedang melihat tubuh kekar seorang pria. [Name] justru memilih menutup matanya. Tak ingin melihat. Apa alasannya?

Gojo memonyongkan bibir. Niatnya ingin menjahili sang gadis menghilang tergantikan dengan perasaan lain. Yah, dia suka melihat wajah malu-malu gadis itu, terlebih saat mukanya sudah memerah. Itu menggemaskan.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now