Neunzehn : ❛Childish.❜

375 74 5
                                    

Childish

“[Name] ini ... cepat luluh dengan anak-anak, ya?” tanya Gojo.

Si gadis mengerjapkan mata. Lantas menyunggingkan senyum manis, ia pun menganggukkan kepala. Menyetujui pertanyaan Gojo. Yah, [Name] cukup lemah terhadap anak-anak terutama mereka yang masih harus di bawah perlindungan orang tua. Ada kalanya dia tak bisa tegas karena terlalu lembut pada mereka.

“Heee. Kau pasti memanjakan anak muridmu kalau punya,” kata Gojo, agak julid.

“Yah ... aku enggak bakalan nyangkal, sih.” [Name] mengedikkan kedua bahu. “Aku memang sangat menyukai anak kecil.”

“Bahkan jika mereka menyusahkan?”

Kekehan kecil [Name] keluarkan, bersamaan dengan kedua pipi yang agak bersemu merah. Ia berkata, “Menurutku, sih, mereka hanya ingin cari perhatian aja. Maksudku, tak banyak anak-anak yang diabaikan dan ditekan oleh keluarga mereka ‘kan? Yah, semua orang berubah karena lingkungan.”

“... Iya, sih.”

“Ya sudah! Aku pergi dulu, yaa! Bye-byeee~!” [Name] membalikkan tubuhnya seraya melambaikan tangan. Melangkah riang menaiki tangga menuju ruangan Yaga-sensei. Tanpa menoleh ke arah Gojo lagi.

Yang kini mengusap tengkuknya seraya menatap [Name] dengan pandangan aneh. Apa-apaan keceriaan gadis itu?

Aku tunggu dia di sini saja, deh. Gojo berjalan ke arah pohon, lalu bersandar di sana. Menunggu. Yah, sebenarnya tak ada alasan khusus dia melakukan hal yang membuang-buang waktu seperti ini. Apalagi dia melakukannya untuk menunggu seorang gadis—bukan gaya Gojo Satoru sama sekali.

Namun, keinginan itu berubah-ubah setiap waktunya. Bahkan Gojo yang dianggap 'monster' juga termasuk. Maka dari itu ... melakukan hal yang tak biasa ia lakukan—seperti sekarang—jelas tak apa ‘kan? Lagian ... dia menunggu seorang gadis yang bisa menghiburnya—bukan orang sembarangan—sesuatu yang menguntungkan dirinya sendiri.

“Hmmm ....”

Yah, menunggu seorang gadis seperti sekarang memang bukan dirinya sama sekali. Ia yang biasanya ditunggu sekarang malah menunggu. Jarang ada orang yang bisa membuatnya seperti ini. Terlebih, dari keinginannya, bukan atas paksaan apa pun.

Kenapa? Entahlah. Ketertarikan dan hiburan menjadi alasan ia melakukan ini, selain daripada bertarung. Disusul perasaan nyaman dan senang kala berdua bersama sang gadis. Dia yang bisa diajak bercanda dan tentunya kerja sama. Rekan kerja yang sempurna. Gojo bisa melepas anak-anak muridnya bersama [Name] dengan tenang.

Namun ... gadis itu ... terlihat trauma.

Apa yang terjadi dengannya? batin Gojo. Penasaran. Sesuatu, atau apa pun itu, di masa lalu sang gadis ... membuat anak itu tak ingin menerima murid lagi. Yah, Gojo hanya tahu sampai disitu. Kala diri ingin bertanya lebih, ia langsung mengurungkan niat saat mendapati wajah tak enak hati yang terlihat dari raut muka sang gadis. Itu membuktikan dia tak ingin melanjutkan topik masa lalu ini.

Yah, Gojo kurang lebih paham. Ia pun tak ingin masa lalunya disinggung oleh siapa pun karena hal itu bisa membangkitkan perasaan yang sudah ia kubur dalam-dalam. Namun, [Name] pernah sekali mengusik itu dan hubungan mereka nyaris renggang. Untung saja ... ia cepat menyadari di mana letak ia bersalah dan berhenti menyusahkan si gadis ... untuk sementara.

Lalu ... bagaimana dengan membalas perlakuan gadis itu padanya dengan mengusik masa lalunya juga?

Gojo memonyongkan bibir. Itu ide yang sangat bagus di saat ia ingin mengetahui masa lalu gadis itu. Namun, bagaimana reaksinya? Marah? Atau malah tertawa? ... Senyuman? Jujur ... [Name] cukup tak terduga. Perkataan dan perlakuannya. Itu yang membuat sang gadis menjadi menarik di mata Gojo—selain daripada kekuatan. Dia mengubah pandangannya setelah mengenal perempuan itu lebih dalam.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now