꒰Extra chapter꒱ :: Kids [Two S]

665 72 161
                                    

“Eh? Kalian sering ngelakuin itu, ya?”

Seorang remaja pria surai putih terdengar agak meringis setelah mendengar jawaban dari seseorang yang menghubunginya. Mata maroon lelaki itu menatap lurus ke arah pemandangan kota Dubai dari jendela kamar hotel bintang lima.

“Ah, oke. Aku akan bilang juga pada Sho, Ayah,” jawabnya setelah orang yang ia ajak bicara lewat telepon berhenti berceloteh.

Namanya adalah Sei. Anak pertama dari dua saudara kembar. Berusia enam belas tahun.

Dia melangkah ke arah kamar. Tangannya memutar kenop pintu ke bawah, membuka, dan mendapati adiknya sedang membaca buku di atas sofa dekat jendela.

“Ayah meneleponmu, Sei?” tanya lelaki surai putih bermata biru laut. Bernama Sho.

“Yah, kau mendengarnya, ya.” Sei melangkah mendekat, lantas duduk di sofa depan tempat Sho. “Omong-omong, buku apa yang kau baca?”

“Oh? Ini buku buatan kakek Haruto.”

Sei menaikkan sebelah alisnya. “Buku? Buat strategi perang?”

“Tidak. Buku ini isinya fluffy-fluffy uwu, sih,” jawab Sho dengan nada tak niat sembari membalikkan halaman buku.

“Judul?”

Preciousness.

”Isi ceritanya?”

“Cowo dan cewe saling suka terus pacaran lalu praktek biologi dan berakhir bahagia kemudian punya anak.”

“Hee?”

“Oh iya. Ayah bilang apa padamu? Aku memang denger, tapi enggak terlalu jelas, sih.” Sho melirik ke arah saudara yang tua beberapa jam darinya. Melayangkan tatapan tanya.

“Ah, ibu hamil.”

“HAH?!” Sho spontan mengubah posisi duduknya jadi berjongkok di atas sofa. “MASA, SIH?!”

“Ayah bilang itu padaku tadi.”

“Uwaw.” Sho menggigit jari telunjuknya. “Ayah mainnya brutal banget, ya.”

“Aku juga kaget. Ibu pikir dia lagi sakit karena belakangan ini mual-mual dan dia jadi agak demam. Saat periksa ke dokter bareng bibi Shoko, ternyata ibu hamil.”

“Dia hamil saat umur kita sudah enam belas tahun? Ibu umur berapa, sih?!”

“Oh, kalau tidak salah umurnya sudah 39 tahun.”

“Terus ayah?!”

“Mereka beda empat tahun, 'kan?”

“BOLEH REKUES JENIS KELAMIN ADIK, GAK?!”

“Ha?” Sei mengangkat sebelah alisnya. “Jangan mengada-ada, Sho. Ini tidak sama saat kau lagi pesan es krim dengan request topping sesuka hatimu.”

“Aish, gak asik.” Sho memutar bola matanya jengah. “Padahal aku mau punya adik kecil cewe yang sifat dan kecantikannya sama kayak ibu.”

“Kalau dia mirip ayah?”

“Jangan! Cukup aku saja yang dibilang nyaris mirip dengan ayah. Adik kecil enggak boleh mirip sama dia, tapi kalau matanya mau kembar sama ayah, ya, bisa dibicarakan.” Sho mengangkat sebelah jempolnya sembari memasang senyuman lebar.

Sei membalas dengan kurva kecil. Ia memejamkan kedua mata, bersandar pada sandaran sofa dengan santai. Tampak berkharisma.

Berbeda dengan Sho yang lebih liar dan tidak sopan.

“Omong-omong soal itu, kau tidak mau adik kecil mirip denganmu?” tanya Sei dengan nada tenang, sembari melayangkan tatapan menghibur.

“Gak usah, deh. Kalau dia mirip denganku otomatis kembar sama ayah juga. Apalagi sifatnya? Beuh, aku bakal jadi orang pertama yang ngajar adik kecil punya sifat kayak kau dengan ibu.”

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now