21 :: ❛Baik-baik saja.❜

367 66 120
                                    

Aka.

Sinar merah memancar keluar dari satu telapak tangan Gojo. Perlahan berubah besar lalu terlempar jauh dengan kekuatan maksimum yang mengerikan. Menghancurkan pepohonan dan tanah rata hingga menjadi lintasan bola aka miliknya, juga ... matinya satu kutukan yang menjadi musuhnya di dalam hutan  yang gelap ini.

Satte.” Gojo memasukkan kedua tangannya dalam saku. Kedua mata indah miliknya kini tengah memandangi sekitar. Mengedar. Merasakan. Apa ada lagi roh kutukan yang harus dia basmi di daerah ini? Yah, ini adalah salah satu misi yang sempat ia abaikan, sebab aktifitas roh di sini tak begitu mengganggu kegiatan para manusia. Namun, dia tetap harus mengerjakan tugas ini ‘kan? Terlebih, dia sudah diminta oleh [Name]. Melihat gadis itu yang kesusahan bahkan sampai tahan dengan sikapnya dan tetap berusaha menjelaskan misi ini padanya ....

Menaikkan mood Gojo dalam sekejap. Namun, meskipun begitu, dia tetap saja mempermainkan sang gadis. Bahkan sampai mereka keluar dari toko makanan manis beberapa waktu lalu. Lalu, berpisah karena panggilan pekerjaan.

“Oh, di sini sudah aman.” Gojo mengusap tengkuk. “Saatnya pulang.” Ia melangkah menuju jalan keluar hutan dengan santai.

Hmmm ... ini sudah jam berapa, ya? batin Gojo. Tangan kanannya merogoh saku. Menarik ponselnya keluar, menyalakan gawai itu untuk melihat waktu. Jam dua malam. Yah, mungkin dia tidak akan tidur malam ini ... lagi.

“Kalau begitu ... bagusnya aku ngapain, ya ...?” Gojo mengapit dagunya. Memikirkan kegiatan apa yang akan dia lakukan setelah pulang dari sini agar tak bosan.

Mengganggu anak muridnya pasti seru. Namun, mereka sedang tidur, lalu ... mengunjungi temannya yang seorang mantan pekerja kantor? Yah, mungkin dia sedang sangat sibuk. Terakhir kali Gojo mengunjunginya setelah temannya ini menjaga Yuuji. Gojo diusir keluar dari rumah pria itu.

Nanami gak asik. Sang pria memonyongkan bibirnya, lantas langsung teleport ke asrama sekolah Jujutsu. Sampai tepat di depan bangunan kamarnya.

“Wah? Okaerii, Gojo-san.

Huh? Gojo mendongakkan kepala. Kedua mata lantas membola lebar. Menatap [Name] dengan pandangan terkejut yang sangat kentara—meski dari balik penutup mata. Apa yang gadis itu lakukan di sini? Jam dua dini hari? Di depan asramanya?

“Kau ... ngapain?” tanya Gojo. Nada suaranya mengalun agak kasar.

“Oh, menunggumu pulang.” [Name] tersenyum lebar.

“... Ha?”

“Kau baik-baik saja, Gojo-san?” tanya [Name]. Menatap sang surai putih dari bawah ke atas. Yah, dia baik-baik saja. Mungkin pertanyaannya ini adalah sesuatu yang konyol. Mengkhawatirkan keadaan yang terkuat? Pria itu berada di atas semua orang, tentu saja dia akan baik-baik saja.

Namun, Gojo juga manusia.

“Kau ini buta atau gimana, sih, [Name]?” tanya Gojo. Menyunggingkan senyuman sembari melangkah mendekat menghampiri sang gadis.

Ia kaget. Tentu saja. Kedatangan perempuan ini menjadi kejutan untuknya, lalu disusul pertanyaan tidak masuk akal darinya. Dia berkata padanya apa dirinya baik-baik saja? Dia sehat. Kelewatan malah, tapi ... entah kenapa. Gojo dibuat tersenyum. Suasana hatinya berubah jadi berbunga-bunga.

Begitu pun dengan detak jantung yang mulai berdebar kencang.

Karena pertanyaan yang dilontarkan [Name] itu konyol. Tak ada yang pernah menanyakan hal itu padanya, selain kawannya dulu. Katanya ... risiko menjadi yang terkuat adalah ... tak ada seorang pun yang bertanya apakah dia baik-baik saja.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now