23 :: ❛Dia juga seorang manusia.❜

363 61 81
                                    

“Ah, um. Aku akan ke sana sekarang.”

[Name] mengakhiri panggilan ponsel pintarnya, riwayat telepon dengan nama kontak 'Mikasa' terpampang pada layar gawai itu, lantas ia langsung mengemas barang-barang ke dalam tas kecil lalu memakainya. Mengambil mantel dark green dari atas sofa, kemudian melangkah ke arah pintu keluar Penthouse-nya.

“Mikasa sudah sampai di sana sejak tadi. Kurasa dia bisa mengatasi itu sendirian sebentar,” kata [Name] sembari menatap ponsel, juga memasang sepatu heels yang agak tinggi.

 Kurasa dia bisa mengatasi itu sendirian sebentar,” kata [Name] sembari menatap ponsel, juga memasang sepatu heels yang agak tinggi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Okeh. Aku bisa santai kalau begitu.” [Name] memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Hari ini dia harus ke butiknya. Panggilan dari sang kawan—Mikasa, atau lengkapnya adalah Mikasa Ackerman, berkata jika ada pelanggan yang memesan gaun pernikahan, sekitar empat pasangan. Waktu pengerjaan menuju deadline sekitar tiga bulan. Mungkin acara para calon itu akan digelar pada penghujung musim dingin nanti. Yah, waktu mereka banyak, dan dengan begitu, [Name] akan meluangkan banyak waktunya sebentar.

「𔘓」

“[Name].”

“Hm?” Si gadis melirik ke arah kanan sebentar. Mendapati Mikasa berdiri sembari bersedekap. “Kenapa?” Iris matanya kembali menatap fokus ke arah tali pengukur baju, mencatat angka yang menjadi lebar dari tubuh bagian bahu seorang wanita di hadapan [Name]—pelanggannya—kemudian kembali mengukur lagi.

“Ada seseorang yang mencarimu di luar,” kata Mikasa. Melangkah mendekati [Name].

“Oh, siapa?”

“Ah ... dia pria tinggi berambut putih.”

“Eh?” [Name] membeku.

Mikasa mengambil alih alat pengukur dari tangan sang gadis, melakukan pekerjaan perempuan itu di saat [Name] masih bergeming. Terkejut? Yah, setahu Mikasa, [Name] akan bertingkah seperti ini ketika dia punya masalah dengan orang lain, atau orang lain yang punya perkara dengannya.

“Kau ada masalah?”

“Ah!” [Name] sadar. Ia mengusap tengkuk. “Tidak. Aku cuma kaget. Eeh ... apa aku harus menemuinya?” Dia menunjuk dirinya sendiri.

“Tentu saja. Dia mencarimu.”

“Eh, otakku nge-blank.” Gadis itu menggaruk pipinya dengan jari telunjuk.

“Dia menunggumu di bawah. Memangnya siapa dia? Kau sampai bengong seperti ini, [Name].”

“Oh, dia ... namanya Gojo.” Pipi [Name] bersemu merah.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now