54 :: ❛Untuk pertama kali.❜

394 59 31
                                    

꒰WARNING! Pada chapter ini ada adegan yang cukup sensitif. Jadi, please jangan baca saat kalian puasa. Chapter ini mungkin akan kuunpublish lagi esok untuk keselamatan yang lain

Mata [Name] mengerjap beberapa kali kala kelopaknya mulai terasa berat. Ia melirik ke arah jam dinding, pukul sepuluh malam. Tangan kanan yang dia gunakan untuk mengusap kepala Gojo yang masih tidur berhenti bergerak karena lelah. Kedua kakinya pun mulai sakit sebab sudah beberapa jam berada di posisi yang sama, tapi [Name] tidak tega untuk membangunkan makhluk tiang ini.

“Uhh ....” Mata gadis itu menyipit. Mulai tak tahan dengan rasa kantuk yang terus menyerang. Perlahan, kepalanya bersandar pada sandaran sofa, menengadah ke arah langit-langit ruangan ini.

[Name] memejamkan mata. Dalam hitungan detik telah terlelap, langsung masuk ke dalam arus mimpi.

Hingga tak menyadari pergerakan dari atas pangkuannya.

Gojo mengubah posisi tidur. Saat badannya terasa kaku, dia memutuskan untuk bangun. Keningnya mengernyit, rambutnya juga acak-acakan.

“Wah? Aku ketiduran,” katanya dengan nada dongkol.

Gojo berdeham sekali saat menyadari sesuatu. Ia menoleh ke belakang, menemukan [Name] yang terlelap dengan posisi tak nyaman. Leher gadis itu bisa sakit esok hari kalau tidur dengan gaya seperti itu.

“Kenapa dia tidak membangunkanku?” Gojo mengangkat sebelah alisnya. “Ya, sudah.”

Pria itu berbalik ke arah sang gadis. Memajukan tubuhnya hendak menggendong perempuan itu. Namun, aroma manis yang menguar dari leher mulus itu merangsek ke dalam penciuman Gojo hingga membuatnya bergeming.

Netra birunya beralih ke arah leher jenjang yang putih. Menatap selama beberapa saat sembari menikmati wangi vanilla yang telah menguar di udara. Aroma yang membuatnya nyaman dan jadi candu.

Gojo berdeham satu kali lagi. Menetralisir dirinya sendiri untuk tak melakukan hal lebih. Namun, bukankah mereka sepasang kekasih sekarang?

Pria surai putih itu membeku selama beberapa saat seraya memikirkan sesuatu, lantas ia kembali menoleh melihat ke arah leher putih itu. Mengamati kembali hingga terlarut dalam aroma manisnya lagi. Gojo perlahan memajukan dirinya, terus mengikis jarak hingga wajahnya tepat berada di lekukan leher [Name] dengan bibir yang terbuka.

Satu kecupan ia daratkan. Bibirnya dapat merasakan lembut kulit gadis itu, penciumannya pun juga makin peka terhadap wangi yang telah memenuhi udara di sekitar. Pria itu menutup mata, kecupan yang awalnya hanya seringan kapas berubah jadi isapan kecil yang akan meninggalkan bekas.

Bibirnya bergerak ke atas hingga sampai pada daun telinga sang gadis. Menggigit-gigit kecil bagian itu, lalu turun ke area leher lagi. Menambah beberapa tanda merah di sana.

Gojo menarik kepalanya saat ada pergerakan dari [Name]. Raut wajah gadis itu tampak mengeras, mungkin dia terganggu oleh kegiatan sang pria. Ia menatap gadis itu, mengamati perubahan garis muka yang berangsur-angsur kembali damai.

“Hmm.” Gojo memonyongkan bibir. “Yah, tidak apa-apa!”

Pria itu menarik tangan [Name] untuk melingkar di lehernya. Lalu menggendong gadis itu, melangkah ke arah kasur yang cukup lebar untuk dua orang.

꒰❣꒱

Kelopak mata sang gadis bergerak, keningnya pun juga agak mengernyit. Lalu kedua matanya terbuka. Mengerjap beberapa kali agar pandangannya tak kabur. Setelah ia bisa melihat dengan jelas, [Name] menatap sekitar. Ruangan yang sama. Kamar Gojo.

Tubuhnya bergerak mencari kenyamanan, lantas agak bergeming kala menyadari bahwa dirinya berada di atas ranjang. Padahal, gadis itu benar-benar ingat jika ia tidur bersandar di sofa dengan Gojo berada di pangkuannya. Mungkinkah pria itu yang memindahkannya ke sini?

Yah, jawabannya sudah jelas sebab hanya mereka berdua di ruangan ini.

[Name] bangun, hendak turun dari atas ranjang. Namun, sesuatu menahannya di bagian perut.  Gadis itu lantas meraba tubuhnya, merasakan ada sepasang tangan melingkari pinggangnya protektif. [Name] mengerjap, kemudian melihat ke belakang. Mendapati 'tiang listrik' rupawan tengah terlelap dengan bibir yang agar terbuka.

[Name] berbalik ke arah Gojo. Lantas mengelus-elus lengan yang makin memperdalam pelukannya. Padahal pria ini tidur begitu terlelap, tapi kenapa kedua tangannya terus mengerat?

Netra merah [Name] beralih ke arah wajah Gojo. Mengamati muka rupawan itu, tak ada kerutan di kening, ataupun garis wajah ceria dan jahil. Hanya ekspresi damai, juga sedikit raut kelelahan. Yah, meski dia bisa menutupi muka lelahnya di depan orang lain, tapi ekspresi wajah ketika tidur tidak bisa berbohong.

Tangan sang gadis terangkat, menangkup sebelah wajah Gojo. Kulitnya terasa dingin. Padahal, kehangatan sedang memenuhi sekitar sekarang. Ibu jari [Name] mengusap kulit kecoklatan itu. Begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih.

Wajahnya jadi keliatan muda banget, batin [Name] terkekeh.

Ohayou ....”

“Hm?” Gadis itu mengerjap. Dengan intens menatap Gojo yang kini membuka mata. Menunjukkan salah satu keindahan dunia penyihir.

Pria itu menyentuh tangan [Name] yang menangkup pipi kirinya. Lalu membawa telapaknya ke depan bibir, memberikan kecupan ringan sekali, lalu menarik gadisnya untuk memperdalam pelukan dengan manja.

“Bagaimana perasaanmu? Kau keliatan nyenyak banget, lho,” ucap [Name]. Satu tangannya ke belakang punggung Gojo, memberikan usapan di sana.

Pria surai putih itu menjawab dengan gumaman tak jelas. Lalu berkata, “'Lumayan', sih, untuk pertama kali.”

“He?” Gadis itu mengernyit saat Gojo menekan kata 'lumayan' dalam ucapannya. Kemudian, untuk pertama kali? Jadi, apakah pria ini untuk pertama kalinya bisa tidur dengan nyenyak?

“Ayo, tidur lagi!”

“Kurasa kita harus bangun—”

“Biarkan aku menikmati waktu malas-malasanku, [Name].”

“Uhh, baiklah.” Sang gadis pasrah. Berdebat dengan Gojo akan menguras tenaga. Lebih baik dia diam dan menurut.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

꒰NOTE꒱

Yah, jadi aku up pas sahur 😌 terus unpub dan update lagi pas buka🤣

DOUBLE UP ⬇️⬇️⬇️

Ann White

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now