48 :: ❛Permintaan maaf, diterima olehnya.❜

290 61 33
                                    

Gojo mengangkat tangan kanan, hendak menyentuh kenop pintu gudang— kurungan Yuna. Pria itu diam sesaat, lantas mendorong kenop itu ke bawah, lalu membuka pintu.

“Oh? Kau kelihatan buruk.” Seringai bengis dia sunggingkan sembari melangkah masuk.

Gojo menatap Yuna yang tampak menunduk. Matanya bergulir memperhatikan luka yang menghiasi tubuh gadis itu. Beberapa goresan menyakitkan pada tubuh Yuna sudah kering, tapi meninggalkan bekas. Juga lebam yang memenuhi daerah wajah dan lengannya.

“Kau kasihan sekali, ya?” Gojo menaikkan sebelah alis. “Bagaimana rasanya?”

Pria itu menarik kursi, lantas mendudukkan diri dengan santai. Memasang pose arogan.

Napas Yuna terdengar berat. Kedua mata gadis itu juga tertutup. Wajahnya pun memucat, pastinya karena suhu rendah, ditambah luka-luka yang belum sembuh membuat keadaannya makin buruk. Namun, meskipun dalam kondisi seperti itu ... dia masih bisa mendengar ucapan Gojo.

“I-itu ....” Suara Yuna terdengar serak, bahkan nyaris tak tersampaikan karena tenggorokan yang kering.

“Hm? Kenapa?”

“[Name] ... biarkan aku ....” Yuna mengatur napas. Dia hanya ingin bicara, tapi terasa sangat sulit.

“Kau mau apa, sih?” Gojo mengernyit. Terlihat agak jengkel.

“Aku ... mau menemuinya,” kata Yuna. Berhasil menyampaikan kalimat itu pada Gojo.

“Huh?” Si surai putih mengeluarkan kedua tangannya dari saku baju, lantas bersedekap. “Kau mau menemuinya lagi? Setelah membuatnya hampir mati?”

Yuna menelan ludah. Mendengar kalimat bernada dingin itu keluar dari mulut Gojo membuatnya jadi agak takut. Namun, dia harus memberanikan diri.

“Aku ... menyesal.”

Gojo bungkam sejenak, lalu tersenyum remeh. “Hee?”

“Emosi jiwa ... menguasaiku. Itu membuatku gila.” Yuna kembali menelan ludah, berharap dengan begitu dia bisa bicara tanpa kendala. “Aku ... terpaku pada apa yang kulihat, bukan yang sebenarnya terjadi.”

Gojo berdeham panjang seraya mengamati tubuh gadis di depannya. Mencari kebohongan menggunakan kedua mata indah itu. Namun, six eyes-nya berkata jika Yuna tak memiliki niat buruk.

Gadis itu bicara dengan serius, tulus dari hatinya. Yah, mungkin anak itu—selama terkurung di sini—telah memikirkan banyak hal, mempertimbangkan hingga mengambil keputusan.

“Kau masih bisa berpikir bagus di saat keadaanmu parah kayak begini, ya?” tanya Gojo dengan nada mengejek.

Yuna tak menjawab. Tidak ada gunanya membalas perkataan Gojo. Dia terlalu lelah hanya untuk menggerakkan bibir.

Gojo berdiri. “Baiklah. Aku akan membuatmu bertemu dengan [Name].” Dia berbalik. Membelakangi Yuna.

Gadis itu mendongak. Menatap ke arah punggung Gojo dengan mata berbinar. Apa pria itu serius?

“Tapi ... kalau kau mencoba melakukan hal lain.” Gojo melirik ke belakang, melayangkan tatapan tajam yang menusuk. “Jangan pikir bisa selamat, paham?”

Gojo percaya pada apa yang six eyes-nya katakan kalau Yuna berniat baik. Namun, itu bukan berarti dia harus bertindak santai dan membiarkan, tidak, pria itu tak mau mengambil risiko parah jika saja gadis di hadapannya itu bertingkah.

“Baiklah.” Yuna mengangguk.

“Yah, kau bisa menemuinya besok.” Gojo memasukkan kedua tangannya dalam saku. “Kau bisa istirahat atau lakukan hal lain sebelum bertemu [Name] paginya.” Ia berjalan, meninggalkan Yuna di dalam sana.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now