44 :: ❛Bangunlah, Dia menunggu.❜

355 57 18
                                    

Embusan angin lembut masuk melalui sela-sela jendela ruangan tempat [Name] sedang istirahat, perlahan bertiup ke arah sang gadis ...

... hingga dia membuka mata.

Gadis itu menarik napas. Kedua mata mengerjap cepat. Menyesuaikan pencahayaan yang mulai menusuk penglihatan. Kala pandangan tak lagi buram, [Name] langsung bangun kemudian menatap sekitar. Melihat perabotan yang tersusun dalam ruangan tempatnya sekarang.

Dua sofa tunggal tepat di depan ranjang, mengarah ke arahnya dengan satu meja kecil di tengah. Kemudian, matanya beralih ke arah kiri. Menemukan dua jendela, bagian kanan yang terbuka hingga menunjukkan pemandangan bersalju di luar sana dengan gorden yang berkibar.

Lalu, [Name] menoleh ke kanan. Mendapati alat-alat khusus rumah sakit. Perempuan itu mengerjap, lantas menatap pakaian yang dia kenakan. Bewarna biru lengan pendek, juga celana panjang. Baju untuk pasien.

“Ah? Aku di rumah sakit, ya,” kata gadis itu, “benar juga ... aku pingsan saat Gojo-san datang ....”

[Name] meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Lantas memejamkan mata, berusaha menggali memori sebelum ia pingsan di tengah jalanan yang dingin.

Semua ingatan satu per satu perlahan muncul dalam benak sang gadis hingga membuatnya sedikit gemetar. Kedua mata lantas terbuka, tampak berkaca-kaca. Menahan sesak dan curah tangis yang ingin tumpah.

Dia tidak berhasil mengejar Yuna karena keadaan tubuhnya yang kelelahan hingga membiarkan gadis itu kabur sendirian ... ke dalam hutan ... yang dingin.

“Luka tusukanku juga sudah sembuh ... bahkan rasa sakitnya pun tidak ada.”

[Name] menghela napas. Kedua tangan mengusap lengannya yang terekspos. Sedikit kedinginan. Gadis itu menoleh ke kiri lagi, melihat ke arah jendela yang terbuka. Siapa yang membiarkan jendela dalam keadaan terbuka di ruangan pasien hipotermia?

Perempuan itu mengembuskan napas lelah, lantas turun dari atas ranjang, melangkah ke arah jendela. [Name] meringis dan menggigil saat embusan angin dingin tertiup ke arahnya. Ia menoleh ke kiri seraya mengangkat tangan menyentuh pintu jendela dari dalam, hendak menutup agar hawa dingin itu tak lagi masuk ke dalam.

Angin dingin berdesir menerpa dirinya, bersamaan dengan surai hitam [Name] yang berkibar ... seraya membulatkan kedua mata.

“Kau ... sudah bangun, ya?”

[Name] mengerjap, lantas berpaling ke kanan. Menemukan pria surai putih bertengger di bingkai jendela sambil memasang wajah pongah.

“He ... Gojo-san?” kata [Name] terdengar ragu.

Gojo memajukan wajahnya. Mengikis jarak di antara [Name] dan dia, menyisakan beberapa senti saja. “Kau keliatan lebih baik dari sebelumnya, ya, sekarang.”

“Ah, um

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Ah, um.” [Name] mengangguk. Matanya menatap ke bawah, kedua pipinya agak merona merah dan tubuh gadis itu menegak canggung.

“Oh? Bagus. Jadi, aku tak perlu lagi menunggumu untuk sadar,” balas Gojo seraya menyeringai.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now