39 :: ❛Misi untuk Dia.❜

319 58 48
                                    

“Ah, [Name]-chan,” panggil Haruto seraya melangkah memasuki dapur. Menemukan anak muridnya sedang menata meja makan dengan beberapa jenis masakan.

“Kenapa, Sensei?” tanya [Name].

Haruto bungkam. Menatap sang gadis sebentar, lantas tersenyum tipis. “Tidak ada. Aku akan mengatakannya nanti.”

“Ah, oke. Kalau begitu Sensei makan dulu. Aku mau ke taman belakang, pinjam buku Sensei, ya.” [Name] melambai seraya berjalan.

“Yang sampul merah itu bagus, lho! Akan sangat membantu kamu saat malam pertama dengan nak Gojo nanti!” teriak Haruto.

[Name] menggeleng. Pura-pura tak mendengar. Buku sampul warna merah tak akan jadi pilihannya. Ia berterima kasih pada Haruto karena sudah mengatakan hal menggelikan tentang buku itu.

Haruto menghela napas, lantas tangan kanannya memegang sumpit. Kemudian, bergeming. Melamunkan sesuatu yang menggangu pikiran dan hati.

Soal rencananya dengan si Yuna.

Aku sudah memutuskan ini, sih, tapi ... apa [Name]-chan bisa melaluinya? Yah, aku mengkhawatirkan bagian itu, batin Haruto. Lalu memasukkan daging ke dalam mulutnya.

“Seharusnya dia bisa.” Pria itu menelan. “Ah, apa yang akan dia pikirkan jika tahu aku bersekongkol dengan Yuna?”

Haruto menyumpit nasi. Sebaik apa pun hatinya ... jika sekali terluka, maka sembuh lamanya. Seiring berjalannya waktu. Pria itu mengunyah.

“Jika aku membuatnya terluka. Apa itu artinya ... aku akan ditinggalkan?” Ia mengapit dagu sembari tetap mengunyah, kemudian menelan. “Yaah, tak apa. Selama bisa membuatnya berbaikan dengan masa lalunya ... aku akan mempertaruhkan hubungan ini.”

Meski nyakitin banget, sih. Haruto menggeleng.

Dia—sejak [Name] masih kecil—mereka sudah bersama. Saat ia berumur 25 tahun, Haruto memutuskan untuk membawa gadis itu. Alasannya, untuk mencari teman buat Nara. Sebab Haruto adalah orang yang sibuk saat itu.

Kemudian, kala gadisnya meninggal. Haruto sempat ingin mengembalikan [Name] pada ayahnya karena tak tahu cara menjaga seorang remaja. Namun, melihat sifat dan ketulusan sang gadis yang mirip dengan kekasih hatinya ... itu membuat Haruto berpikir ulang hingga tak jadi mengembalikan [Name] pada ayah gadis itu.

Yah, setidaknya. Dengan melihat sang gadis. Kesedihan dan kesepian yang ia rasakan bisa menghilang walau sedikit.

Namun, seiring berjalannya waktu gadis itu tumbuh. Haruto sadar. [Name] dan Nara adalah orang yang berbeda. Meski hampir sama, ada sesuatu yang membedakan mereka berdua.

Hal itu adalah ... karena pada dasarnya mereka berdua memang bukan 'orang yang sama'.

Lama-kelamaan, perasaan Haruto berubah yang awalnya hanya ingin 'menyembuhkan' hatinya, menjadi ketulusan pada [Name].

“Yah, percayakan saja.” Haruto menutup mata seraya menghela napas.

「𔘓」

[Name] membuka lembar buku bersampul cokelat. Membaca kalimat-kalimat yang tersusun menjadi sebuah paragraf, menceritakan adegan romansa dalam suasana peperangan fantasi.

Sang gadis menghela napas, lalu menutup buku itu. Kedua mata lantas menatap langit malam. Ke arah rembulan yang bersinar terang, juga merasakan terpaan angin lembut yang menyejukkan.

Ia tak bisa menikmati bacaannya. Kala pikiran dipenuhi oleh pertimbangan atas pernyataan sang surai putih. Apa jawaban yang harus dia berikan?

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now