Acht : ❛Pursue.❜

442 81 4
                                    

—[Mengejar]—

[Name] lelah. Ternyata, Gojo benar-benar menghindarinya.

“Goj—”

“Ah, aku ada urusan di sana!” Lelaki itu kabur dengan langkah ceria.

Si gadis mengembuskan napas sembari mengeluarkan kekehan lelah. Jemari tangan terangkat memijat keningnya. Ini semua terjadi sejak kemarin. Awalnya, [Name] tidak peduli karena berpikir mungkin saja Gojo hanya main-main. Ternyata, orang itu benar-benar menjauh saat ia datang mendatanginya untuk urusan penting.

“Ah ... dia kenapa?” [Name] mendongak ke atas. Menatap langit. Ia cukup kelelahan dengan tingkah Gojo. Apa alasan pria itu melakukan ini? [Name] mengingat, apa saja yang dia katakan kemarin hingga membuat Gojo menjauh kala ia mendekat. Semua percakapan mereka terlintas dalam benak, saat ia dan Megumi pulang dari misi hingga titik di mana Gojo terlihat menahan amarah ketika mereka membahas tentang Suguru di dapur kediaman Haruto kemarin.

Apa karena itu? Memangnya ... apa hubungan mereka? batin [Name]. Ia menoleh ke arah kiri, menunduk ke bawah. Mungkin teman dekat? Atau hal lain? Yang jelas dia kenal dan tahu soal kak Suguru ‘kan? Dia menghela napas.

[Name] tidak akan segigih ini mendekati Gojo jika saja bukan karena Yaga-sensei memintanya menyeret pria itu untuk menemui para petinggi. Pekerjaannya ini tidak akan selesai jika pria itu terus saja bertingkah.

Ia lantas melangkahkan kaki. Menyusuri lorong sekolah Jujutsu ini dengan tenang, tapi agak lesu. Pekerjaannya yang lain cukup menumpuk karena ini—hanya untuk mengejar satu pria. Bisa saja ia menolak dan meminta orang lain untuk membawa Gojo ke hadapan Yaga-sensei, tapi si gadis masih memikirkan kesibukan orang lain dan tak mau merepotkan mereka hanya karena pria kekanakan itu tidak ingin bicara dengannya.

Jadi, aku memang harus memaksanya, ya? Tapi ... dia mungkin tipe yang keras kepala ... dia juga menghindariku ... kalau begitu, aku harus membuatnya tidak menjauhiku lagi lalu mengatakan alasanku mengejarnya ..., batin [Name].

“Oh, itu dia! [Name]-chan!! Yuuhuuu!!”

“Hm? Ah, Haruto-sensei, ada apa kemari?” Sang gadis mendongakkan kepala. Tersenyum kecil membalas keramahan gurunya.

“Kau keliatan lesu, tuh? Tumben? Kenapa? Ada masalah, ya?” tanya Haruto.

[Name] mengembangkan lengkungan bibir. Bertanya pada orang lain mungkin bisa membantunya. Yah, tak ada salahnya menceritakan hal ini pada gurunya. “Yaah ... sedikit. Aku agak bingung dengan sifat Gojo-san padaku. Setelah obrolan kami saat di dapur kemarin, dia terus saja menghindariku dengan berbagai alasan,” katanya agak lesu.

“Heee. Kau sudah mencoba mencari kesalahanmu dari semua hal yang kau katakan padanya? Dia itu kayak anak-anak yang mudah tersinggung, deh.” Haruto mendecih.

“Um, sudah. Mungkin ... dia tersinggung saat aku membahas soal kak Suguru.”

Pria dewasa itu mengerjap. “Ah, ngomong-ngomong soal nak Geto. Aku lupa mengatakan ini padamu.” Haruto tertawa canggung. “Anak itu dan nak Geto dulunya kawan baik. Aku tahu itu sudah lama, saaaat ... ah, terakhir aku ketemu mereka barengan di kafe waktu kedua bocah itu masih sekolah,” ucapnya.

“... Eh?”

“Maaf, aku lupa kasih tahu soal ini, [Name]-chan~”

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now