22 :: ❛Detakan❜

352 57 108
                                    

Suara tarikan napas yang terengah-engah mengalun hingga memenuhi pendengaran [Name] sendiri. Dia mengusap sebelah pipi menggunakan punggung tangannya. Mengelap peluh yang kian bercucuran melintasi wajah. Yah, [Name] berlari dari sekolah Jujutsu sampai ke rumahnya sendiri tanpa sadar—yang berjarak cukup jauh.

Gadis itu melangkah masuk ke dalam Penthouse-nya, dan langsung merebahkan tubuh di atas sofa. Kedua kakinya sakit. Terlebih, bagian tumit yang agak terluka karena sepatu kets. Dia baru merasakan semua rasa sakitnya saat terkapar seperti ini. Rasanya ingin dipijat, tapi dia sendirian.

“Uhh ....”

[Name] menyembunyikan wajahnya menggunakan kedua lengan tangan sebab muka dan telinganya mulai memerah. Detakan jantung pun masih berpacu kencang. Entah karena habis berlari ... atau sebab mengingat interaksinya dengan Gojo.

Elusan telapak tangan besar pria itu masih terasa di atas puncak kepalanya. Hangat. Dia pun melakukannya dengan gerakan lembut. Yah, ini memang berlebihan. [Name] dibuat malu hanya dengan usapan pada puncak kepalanya. Namun, perlakuan itu adalah sesuatu yang tak pernah ia dapatkan dari orang lain. Setiap ia mendapati pasangan yang sedang berdua dan salah satu dari mereka mengusap kepala pasangannya hingga terlihat bahagia. [Name] selalu dibuat bertanya, apa yang spesial dari perlakuan itu?

Dia pernah mempertanyakan hal itu pada Haruto, tapi malah ditertawakan oleh gurunya. Kemudian, diakhiri dengan Haruto yang berkata bahwa dia akan tahu semuanya setelah mereka pulang ke Jepang.

Ini kejadian di mana mereka berdua masih di luar negeri.

Yah, [Name] tak pernah pacaran. Sibuk memikirkan pekerjaan dan misi, meski dia terlihat kayak orang tak punya beban hidup berarti. Bertanya pada Haruto yang pernah menjalin hubungan kasih mungkin bisa menjawab pertanyaannya, tapi dia tak mendapatkan apa-apa.

Namun sekarang, dia tahu rasanya. Meski masih agak samar, tapi [Name] tahu ini menyenangkan dan malu di saat bersamaan. Senang karena mungkin rasanya seperti dihargai dengan balasan hadiah. Malu ... karena ini kali pertama.

“Dia bahkan terlihat ingin menciumku ...?” [Name] menyembunyikan kepalanya dengan bantal. Geli karena perkataannya sendiri.

Semuanya baru terasa aneh dan geli kala usapan lembut itu telah ia rasakan. Padahal, Gojo pernah mengikis jarak dengan angle ciuman di toko buku waktu itu, tapi [Name] tak merasakan apa pun—selain daripada kewaspadaan. Namun, keadaannya berbeda sekarang. Karena satu gerakan kecil, semua perlakukan pria itu jadi berbeda di mata sang gadis.

“Tidak ... ini tak boleh,” ucap [Name]. Aku harus menjaga jarak dengannya ... jantungku kayak mau meledak. Dia merinding.

“... Masak aja, deh.” Gadis itu bangun dari atas sofa. Melangkah dengan lesu.

「𔘓」

“Hmmm ....”

“H-hei ... bisa kau lepas kerah bajuku, Nak Gojo? Aku sesak, nih!”

Wajah Haruto dipenuhi peluh. Kedua tangan ia angkat layaknya orang yang menyerah. Ia juga tak melawan. Tentu saja. Gojo sedang menarik kerah bajunya, kemudian bengong seperti orang bodoh. Entah sampai kapan pria ini akan terus mencengkeram pakaiannya.

“Oi, Nak Gojoo!” panggil Haruto dengan suara agak keras.

“Apa?”

“Syukurlah kau sadar.” Haruto bernapas lega, lantas menunjuk ke arah tangan Gojo yang masih menggenggam bajunya. “Bisa kau lepaskan cengkeramanmu?”

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now