11

32.9K 2.9K 128
                                    



Mau ngasih kado apa sama pasutri muda kita pren?

Oke kasih kado emot doa (🤲) aja
Biar rumah tangganya sakinah, mawadah dan warohmah 🤲

Oke jangan lupa 🌟 dan 💬💬

•••

"Duhai senangnya pengantin baru."
(Teno neno neno net)

"Duduk bersanding, bersenda gurau."

"Aduh senangnya pengantin baru."
(Teno neno neno net)

"Duduk bersanding, bersenda gurau."

"Bagaikan raja dan permaisuri. Tersenyum simpul bagaikan bidadari."

"Duhai senangnya, menjadi pengantin baru."

Alunan syahdu dari teman-temannya Habibi hadir menyapanya malam hari ini.

Nafisah hanya mendengus kelas mendengar syair lagu itu. "Boro-boro seneng yang ada gue habis ini kena mental. Punya laki modelan kayak gini," ucap Nafisah menanggapi Syair yang baru saja dinyanyikan.

"Bilangnya mau ngasih mas kawin 5 M. Apaan, cuma emas lima gram doang," gerutu Nafisah hingga membuat Habibi mengerutkan keningnya.

"Tukang daging ayam aja di pasar emasnya sampai siku bahkan ada yang sampe lutut. Lah gue? Cuma di kasih satu doang. Bilangnya horang kaya. Kaya apaan," omel Nafisah tak jelas.
"KAYA DOMBAAAAA."

Sedari tadi Nafisah memang tak henti berkomat-kamit.

Apalagi Habibi terus menggenggam tangannya dengan sangat erat. Hal itu semakin membuat terlihat semakin Nafisah kesal.

"Emangnya sanggup ngasih cucu 12 biji?" tanya Habibi. Menatap Nafisah sembari menaikkan sebelah alisnya.

Nafisah memutar bola matanya malas.
"Ya enggak 5 gram juga kali. Lu pikir gue cewek apaan?"

Habibi tersenyum simpul.
"Bukannya sebaik-baiknya perempuan itu yang meringankan maharnya?" tanya Habibi membuat Nafisah menatap sinis ke arahnya.
"Gue lagi ngusahain lo biar jadi perempuan yang baik. Perempuan sungguhan," jawab Habibi hingga membuat Nafisah terlihat semakin geram.

"What? Perempuan sungguhan?" tanya Nafisah dengan tatapan tajam dan tak lupa mencubit kasar bahu suaminya.
"Lo masih nganggep gue ini cewek jadi-jadian hah?"

Habibi menggelengkan kepalanya cepat.
"Nggak," sanggah Habibi.
"Gue nggak bilang gitu? Lo aja yang negatif thinking mulu sama gue."

Habibi menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. Ia berusaha menenangkan Nafisah agar tidak salah paham perihal mahar yang diminta ayahnya.
"Lagian soal mahar, itu yang minta bokap lo segitu. Tanya aja sama papah kalau nggak percaya," jawab Habibi menjelaskan kenapa ia memberinya mahar sebesar 5 gram.

"Alah bilang aja lo kere," cibir Nafisah dan berusaha melepaskan tangan Habibi. Namun, tetap saja pegangan tangannya begitu erat.

Nafisah tersenyum licik kemudian menginjak kaki Habibi dengan sangat keras hingga membuat sang empu meringis kesakitan.

Nafisah segera berlari dan pergi meninggalkan Habibi yang tengah meringis kesakitan.

Namun, siapa sangka ia justru menyenggol kue pengantinnya hingga Ia terjatuh ke lantai.

Miris.

Sangat miris.

Setengahnya wajah Nafisah kini sudah tertutup dengan kue bolu.

Bahkan tidak sedikit, tamu yang hadir turut menertawakan kecerobohan Nafisah kali ini.

Nafisah segera menutup mukanya malu karena dilihat banyaknya para tamu. "Papaaah," teriak Nafisah tak kuat menahan rasa malu dan segera berlari.

Lihatlah!
Bahkan, kini wajah Nafisah tak ubahnya seperti badut yang ada di perempatan.

Habibi Segera menghampiri Nafisah.

Mendekapnya penuh erat dan segera menggendongnya ke ruang hias. Untuk membersihkan kembali wajah dan gaunnya.

•••

Nafisah masih terisak di kamar rias. Kejadian tadi membuat dia merasa sangat malu.

Oh, seorang Nafisah tisoledat?

Nggak kebayang nanti para ibu-ibu komplek membicarakan kejadian itu. Betapa malunya dirinya mendapatkan gelar Si Ratu kompleks akhirnya tisoledat di hari akad nikahnya.

Oh May God.

Mau ditaroh dimana wajahnya. Di ketek suaminya?

Bahkan sekarang saja, masih banyak tamu yang membicarakan keteledorannya.

"Gue malu," ucap Nafisah sebisa mungkin menahan Isak tangisnya. Ia melihat ke arah Habibi dengan wajah kesalnya.

"Semua ini gara-gara lo," ucap Nafisah menatap Habibi geram.
"Baru juga beberapa menit deket-deket sama lo, udah ketiban sial aja."

Habibi terkekeh pelan. Bahkan nggak dipungkiri. Ia juga berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Nafisah.
"Itu namanya kualat. Siapa suruh nginjek kaki suaminya," sanggah Habibi membela diri.

"DIEM LO."

"Bukannya dihibur, malah dikutuk."

Habibi tak memperdulikan ocehan Nafisah. Ia masih dengan sabar membersihkan area kotoran di wajah cantiknya. Menatap Nafisah penuh kasih dan sesekali tersenyum simpul kepadanya.

"Nggak apa-apa. Biar wajah lo tambah manis," ucap Habibi dari hati yang paling dalam.

"Nah kalau bersih gini kan, cantik," ucap Habibi setelah selesai membersihan wajah Nafisah.

Nafisah mengerutkan keningnya heran. "Gini amat gue punya laki,"gumam Nafisah di dalam batinnya.

Mendengar Habibi yang tak henti menggoda dirinya.

"Ya udah, sekarang lo ganti baju dulu. Kita ke depan lagi. Nggak usah malu. Gue nggak akan pernah lepasin tangan lo lagi."

Nafisah hanya memanyunkan bibirnya saja. "Bodo amat," saut Nafisah sembari mendorong Habibi agar segera keluar karena ia ingin mengganti gaunnya.

"Ya udah ngapain masih di sini. Cepetan keluar! Gue mau mau ganti baju."

"Mau gue bantuin?" tanya Habibi sembari tersenyum jail hingga membuat Nafisah melotot tajam kearahnya.

•••

Instagram: @setiawantuz

Dear Habibi [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat