55

12.2K 821 6
                                    



Kabar bahwa ada seseorang yang nekat menyelinap masuk dan berniat menghancurkan pesantren sudah tersebar ke seluruh penjuru. Termasuk Pak Kyai. Beliau sendiri cukup kaget mendengar kabar tersebut. 

Beliau tidak menyangka bahwa Jarot beserta komplotannya sampai nekat ingin melenyapkan keberadaan Pesantren. Pak Kyai menghimbau para wali siswa dan juga para tamu agar tetap tenang dan segera menjauh dari lokasi.

Pak Kyai juga segera meminta kepada pihak yang berwajib agar segera datang ke lokasi untuk mengamankan benda tersebut. Mengingat ada banyak ribuan tamu yang hadir pada acara kali ini.

Sedangkan Nafisah, ia terlihat sangat panik saat mengetahui bahwa Habibi lah yang kini tengah berupa untuk mengamankan benda tersebut.

Nafisah menangis. Ia begitu mengkhawatirkan keselamatan suaminya. Ia takut jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi kepada Habibi. 

Ia takut jika benda itu meledak seketika. Sedangkan Habibi masih dalam keadaan belum siaga.

Terpikir dalam benaknya, baru saja ia menjalin kisah asmara yang bahagia bersama Habibi. Terpikir dalam benaknya, baru saja ia merasakan bahagia yang tak terhingga.

Nafisah memejamkan matanya. Mendoakan yang terbaik untuk keselamatan Habibi dengan keadaan hati yang tak karuan.

Hasna juga demikian. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan kakaknya. Ia tidak akan mengampuni dirinya sendiri, jika terjadi sesuatu kepada kakaknya. Mengingat, Hasna lah yang memaksa Habibi untuk hadir menjadi walinya.

"Kakak harus cari Ka Abi Na," ucap Nafisah meminta Hasna agar segera pergi mencari tempat yang aman. Sedangkan Nafisah, ia ingin mengajak Haikal dan menemui Habibi. Mencari keberadaannya.

"Ka Nafisah nggak mungkin biarin Abi sendirian. Kakak takut," ucap Nafisah semakin terisak di tengah ketakutan yang semakin berteriak. Menggema di sekujur tubuhnya. Mengkhawatirkan Habibi yang sekarang entah di mana keberadaannya.

"Jangan ka."

Hasna segera mencegah Nafisah saat ingin beranjak dan mencari Habibi.

"Itu bahaya. Ka Abi juga pasti bakalan marah kalau tau kakak sampai nekat ke sana."

"Kakak nggak peduli," ucap Nafisah menaikkan oktaf suaranya masih dengan Isak tangisnya yang semakin menjadi. Bahkan kedua bibirnya pun kini bergetar. Seolah ia memang benar-benar tengah ketakutan. 

Hasna segera memeluk Nafisah. Berusaha menenangkan Kakak iparnya dan menyakinkan Nafisah bahwa semua akan baik-baik saja. 

"Sungguh kakak takut. Kakak belum siap," ucap Nafisah meski kini isak tangisnya sedikit mereda. Mencoba berusaha menenangkan hatinya yang tengah bergejolak duka.

Apalagi jika mengingat, benda yang kini berada dalam genggaman tangannya itu meledak secara tiba-tiba.

Hasna menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.

"Percaya sama Hasna Ka. Ka Abi pasti baik-baik aja. Kasian bayi kakak. Kita harus pergi ke tempat yang aman."

"Ka Abi pasti marah kalau lihat kakak kaya gini. Ayo ka kita harus segera pergi ke tempat yang aman," ucap Hasna mengajak Nafisah agar segera menjauh dari pesantren. sebagai mana banyaknya orang yang sudah berlari-lari meninggalkan lokasi.

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now