53

12.7K 852 8
                                    



Singkat saja, kenapa aku begitu mudah jatuh cinta kepadanya?

Ya, karena ia begitu lapang dada menerima semua kuranganku.

Dia selalu menggenggam tanganku dan mengajakku menjadi seseorang yang lebih baik.

•••

Nafisah terlihat sangat tegang. Apalagi sekarang, dia sendirian di rumahnya. Papahnya juga sedang keluar rumah untuk suatu urusan.

"Lo mau ngapain lagi hah?" tanya Nafisah menaikkan oktaf suaranya. Melihat kedatangan Sarah dan Reno yang sudah berada di hadapannya.

Nafisah merasa takut, jika Reno berani berbuat di luar nalar lagi kepadanya. Apalagi sekarang ia bersama Sarah yang sama-sama menyimpan rasa iri dan dengki terhadapnya.

"Lo nggak puas, ganggu hidup gue? Gue minta, lo berdua pergi sekarang atau gue teriak!"

Reno dan Sarah masih terdiam. Keduanya tidak tahu harus memulai dari mana. Belum lagi reaksi Nafisah yang langsung darah tinggi saat bertemu lagi dengannya.

"Tenang dulu Fis, gue sama Sarah ke sini mau nyampein itikad baik gue sama lo. Please, kali ini aja, dengerin dulu penjelasan gue."

Reno segera membuka tasnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Iya Fis. Gue sama Reno nggak ada maksud apa-apa. Tujuan gue sama Reno ke sini cuma mau minta maaf sama lo," ucap Sarah merendahkan oktaf suaranya. Tidak seperti biasanya jika berhadapan langsung dengan Nafisah.
"Itu aja."

Nafisah menatap bingung keduanya.
"Lo berdua nggak lagi ngedrama kan?" tanya Nafisah dengan sejuta pertanyaan di dalam benaknya.

Reno membuang napas kasarnya. Kemudian tersenyum ke arah Nafisah. Begitu juga Sarah yang kini tengah tersenyum manis di hadapan Nafisah.

"Gue sama Reno mau minta maaf. Gue sadar bahwa cinta nggak bisa dipaksa."

"Jodoh nggak bisa ditawar."

"Gue sama Reno ke sini mau pamit. Sekalian gue mau ngucapin selamat atas kehamilan lo. Gue doain lo sama Habibi bahagia selalu ya," ucap Sarah menatap tulus Nafisah yang masih tak percaya dengan kata-katanya tadi.

Melihat kesungguhan Reno dan Sarah begitu berbesar hati dan tulus meminta maaf kepadanya, Nafisah pun kini percaya bahwa keduanya kini tidak sedang bersandiwara. Tulus dan mendoakan kebaikan untuknya.

Setelah selesai wisuda, Reno akan pergi melanjutkan studinya ke Jerman. Pun dengan Sarah yang akan kembali ke Bandung dan fokus bekerja di sana.

Nafisah bernafas lega. Kedua orang yang kerap kali menjadi batu sandungan dalam menjalani rumah tangga bersama Habibi, kini sudah berlapang dada dan merestui keduanya.

Setelah memeluk erat Sarah. Reno dan Sarah pun pamit.
Ia berdoa semoga Nafisah bahagia selalu. Dilindungi oleh yang kuasa.

Baru saja Nafisah menutup gerbang pintu rumahnya. Tiba-tiba ia kembali dikagetkan klakson mobil yang sudah berada di hadapannya.

Seukir senyuman kini mulai tergambar, kala Habibi membuka jendela pintu mobilnya.

"Abi," panggil Nafisah tersenyum senang melihat suaminya sudah sampai di Jakarta dan kini ia tepat berada di hadapannya.
"Alhamdulillah, udah nyampe."

Nafisah bergerak maju. Menunggu Habibi turun dan menyambutnya hangat. Ia tersenyum senang kemudian mencium punggung tangan Habibi.

Habibi pun tersenyum manis. Mengelus kepala Nafisah penuh kasih.
"Kenapa jam segini masih di luar? Nggak takut masuk angin sayang," ucap Habibi terlihat khawatir melihat kondisi Nafisah yang masih hamil muda dan masih sering muntah-muntah jika terkena angin malam.

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now