16

27.4K 2.3K 44
                                    



Nafisah berusaha menghempas kasar tangan Habibi dan tanpa sepatah katapun segera berjalan mendahuluinya.

Habibi menatap heran punggung Nafisah dari belakang. Sembari berdoa, semoga Jin iprit dan dedemit yang merasuki tubuhnya segera pergi dan enyah dengan wasilah bacaannya.

Habibi kini tengah duduk di meja makan. Papah Kamil memberikan isyarat agar Nafisah segera melayani suaminya dengan baik.

Nafisah melotot tajam ke arah Habibi. "Untung ada bokap. Kalau nggak ada, udah gue tumpahin ni opor ke wajah songongnya," gerutu Nafisah di dalam batinnya menahan kesal dan amarah kepada pria yang berada di hadapannya.

"Gedeg banget gue, mana sok kecakepan lagi. Pake cari muka mulu pula di depan bokap gue."

Habibi hanya tersenyum saja melihat tatapan tajam dari istrinya.

"Nafisah," panggil Papah Kamil lagi dengan nada sedikit keras dari sebelumnya.

Papah Kamil meminta Nafisah agar segera menuangkan nasi dan lauk pauk untuk dihidangkan di depan suaminya.

Nafisah menatap jengkel Habibi yang terlihat mengulum senyumnya.
"Iyaaaaaa," jawabnya ketus sembari melotot tajam ke arah Habibi.

Ia menuangkan semua makanan yang ada si hadapannya tanpa beraturan.
"Kembung, kembung sekalian tuh perut," gerutu Nafisah menuangkan sayur opornya sampai sedikit luber dan dengan kasar menyimpan piring dan mangkok tersebut di hadapan suaminya.

Habibi menatap Nafisah penuh arti.
"Thanks Fis."

Habibi pun berbisik merespon hasil karya Nafisah di dalam piringnya.
"By the way, lo lagi bikin empang ya. Banyak bener kuahnya sampe luber kayak gini," bisik Habibi sembari mengaduk-aduk makanannya.

Nafisah menginjak keras kaki kanan Habibi hingga membuat sang empu sedikit meringis kesakitan.
"Tinggal makan aja. Banyak bekicot lu wakwaw," ucap Nafisah terlihat sangat geram.

Habibi hanya mengangkat bahunya acuh. Ia segera menyantap hidangan yang telah di siapkan.

Terlihat Habibi begitu lahap memakan masakan hasil tangan halus istrinya.

"Gimana Bi, enak?" tanya Papah Kamil penasaran.

"Enak Pah," jawab Habibi berterus terang karena lidah nggak bisa bohong.
"Persis kayak masakan Mamah."

Papah Kamil tersenyum bangga.
"Kalau soal masakan. Kamu nggak usah khawatir," ucap Papah Kamil memuji putri kesayangan.
"Putri papah ini jago," ucap Papah Kamil memuji putrinya.
"Cuma ya gitu-" Papah Kamil sengaja menggantungkan ucapannya membuat Nafisah menaikkan sebelah alisnya curiga.
"... kadang-kadang suka sengklek dikit," ucap Papah Kamil dengan bahasa isyarat namun Habibi langsung mengerti kemana arah ucapannya.

"Papaaaaaaah," ucap Nafisah tak terima sembari memanyunkan bibirnya.

Habibi pun melihat ke arah Nafisah yang mulai sedikit mengulum senyumnya.

"Ekheeemmm."

Deheman Nafisah sejenak mengalir pembicaraan keduanya. Masa bodo dengan statusnya saat ini. Nafisah nekat meminta izin keluar rumah agar bisa bertemu dengan Reno dan mengadukan semuanya.

"Pah,"panggil Nafisah dengan suara manjanya.

"Nafisah izin keluar ya hari ini. Mau ketemuan sama temen," ucap Nafisah sengaja berbohong.

Papah Kamil mengerutkan keningnya heran. "Ko izin sama Papah?" tanya Papah Kamil balik.
"Iya izin sama suamimu lah! Aneh kamu mah."

"Hmm," ucap Nafisah membulatkan matanya malas merespon titah Papahnya.

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now