51

14.3K 1K 122
                                    



Dear Habibi,

Darimu, aku belajar bahwa cinta yang sederhana itu, luar biasa.

•••

Habibi terlihat begitu khawatir, melihat ekspresi Nining yang nampak begitu ketakutan.
"Nafisah kenapa Ning?" tanya Habibi untuk kesekian kalinya karena Nining tak kunjung juga membuka suaranya. Membuatnya semakin khawatir dengan keadaan Nafisah.

"Anu Ka Abi. Nafisah muntah-muntah. Gue nggak tega liat Nafisah sampe harus bolak-balik ke WC dari tadi," ucap Nining memberitahukan apa yang terjadi kepada Nafisah saat ini.

Habibi menghembuskan napasnya lega.
"Kirain kenapa Ning," ucap Habibi sembari menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.
"Kan namanya juga lagi hamil muda, ya mungkin kebanyakan kayak gitu. Mual-mual."

Nining menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya juga si ya. Tapi, ya namanya juga baru pertama kali liat Nafisah kayak gitu. Nining jadi panik jadinya," ucap Nining kemudian segera mengeluarkan sesuatu di dalam saku bajunya.
"Sama ini tadi dia minta tolong sama Ka Abi beliin ini Ka." Nining segera memberikan kertas kecil itu kepada Habibi.

"Apaan?" tanya Habibi sembari mengamati apa yang ditulis Nafisah melalui kertas itu.

Habibi membulatkan matanya tak percaya, saat melihat apa saja yang diinginkan Nafisah.
"Ini serius Ning. Sebanyak ini?" tanya Habibi tak habis pikir melihat menu makanan yang harus dibeli sebanyak 11 menu makanan kesukaannya.
"Ini ngidam apa kesurupan?"

Nining terkekeh pelan.
"Hussst Ka Abi. Jangan bilang ke gitu. Ya wajarlah, namanya juga lagi ngidam, banyak maunya," ucap Nining dengan jurus ngelesnya.
"Jadi, ceritanya gini. Tadi itu pas Nining ceritain makanan ini semua, Nafisah langsung bilang mau dan minta tolong Ka Abi yang beliin."

"Ya, dari pada nanti Nafisah sama bayinya, ngiler. Iya nggak? Kan kasian," ucap Nining tersenyum jahil karena berkat ulahnya lah, Nafisah menginginkan makanan yang sudah diidamkannya sejak seminggu yang lalu. Tapi, karena tidak mempunyai cadangan uang lebih, akhirnya Nining Surining hanya bisa bersabar.

"Terus kalau nggak diturutin. Ntar pas lahir debaynya mirip Nining gimana? Ka Abi mau?" tanya Nining memasang wajah memelas.

Bukan Nining Tagonjring kalau tidak cerdik dan memanfaatkan kesempatan, pikirnya saat melihat ada kesempatan datang menghampirinya.

Habibi bergidik ngeri.
"Dih, ngadi-ngadi lu Ning. Ya mirip gue lah, bokapnya," ucap Habibi sembari mengambil kertas itu walaupun dengan sedikit berat hati.

Pasalnya bukan masalah harga. Tapi jarak yang harus ia tempuh untuk mendapatkan makanan tersebut cukup memakan banyak waktu dan harus rela mengantri bersama ibu-ibu di hari libur seperti ini.

Apalagi Habibi juga merasa lelah setelah melayani banyak tamu seharian.
"Ya udah, sampein ke Nafisah. Gue berangkat dulu," ucap Habibi lalu segera pergi mengambil kunci mobilnya.

Nining bersorak hore, akhirnya setelah sekian lama. Ia bisa pesta makanan favoritnya lagi.
"Alhamdulillah, kalau kayak gini mah, bisa makan enak tiap hari. Gue komporin aja tiap hari Si Nafisah," ucap Nining terkekeh pelan sembari memikirkan rencana apa untuk selanjutnya.

•••

1,5 jam sudah setelah mendaki gunung melewati lembah. Bersedia antri, menunggu pesanan dengan emak-emak dan juga para gadis remaja yang lainnya. Habibi sudah kembali ke rumahnya dan segera memberikan pesanannya kepada Nafisah.

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now