25

25.6K 2K 23
                                    



Nafisah menghela nafas lega setelah semua pekerjaan rumahnya selesai.
"Mengcapek juga ya ternyata bestie nggak ada bibi. Nggak ada yang bantuin bersihin rumah," ucapnya mengeluh pada rumput yang sedang bergoyang dumang.

"Nafisah," panggil Papah Kamil dari depan rumah.
"Sini sayang. Papah mau bicara."

Sebagai anak yang berbakti bagi Nusa, bangsa dan agama, Nafisah segera menghampiri papahnya.
"Ada apa Pah?"

"Duduk dulu sebentar," titah Papah Kamil kepada putri tercintanya.

Papah Kamil memberitahukan bahwa ia mendadak harus pergi ke Pangalengan- Bandung, karena ada beberapa warga yang ingin menjual lahan pertanian kepadanya.

Papah Kamil juga sudah lama tidak bersilaturahmi dan berkunjung ke rumah ibu almarhumah istrinya.

"Papah kenapa masih ngurusin kayak gitu. Apa tabungan masa tua papah nggak cukup?" tanya Nafisah merasa heran melihat Papahnya yang masih mau bekerja keras di usia tuanya.

"Ini semua demi masa depan kamu dan cucu-cucu Papah kelak Nak," ucap Papah Kamil sembari tersenyum. Membuat Nafisah sangat terharu.

Iya, Nafisah sangat terharu.

Papah Kamil hingga segitunya memikirkan kebahagiaannya.

Bahkan semua harta warisan dan harta kekayaan dan peninggalannya sudah dialih wariskan kepada putri semata wayangnya.

"Ya udah. Nafisah ikut," ucap Nafisah berharap papahnya mengiyakan.

Papah Kamil mengelus puncak kepala Nafisah penuh kasih sayang.
"Kamu lupa. Kamu kan sudah menikah. Lagi pula, kalian hari ini harus ziarah ke makam almarhumah mama mu Nak. Nggak apa-apa, Papah sendiri. Nanti Papah minta supir Abi buat nganter Papah," ucap Papah Kamil berharap Nafisah mengerti.

"Tapi Pah-"

"Sudah, bentar lagi sore. Kamu siap-siap gih. Abi kayaknya sudah nunggu dari tadi."

Nafisah hendak berbalik namun Papah Kamil kembali menyerukan namanya.
"Nafisah," panggilnya terdengar sangat lembut.

Nafisah segera membalikkan badannya dan menghampiri sang empu.

"Satu lagi permintaan Papah. Belajarlah mencintai Habibi, dia pria yang baik," ucap Papah Kamil penuh harap.

Sedangkan, Nafisah hanya terdiam membisu.

Jujur, baginya, Habibi memang pria yang baik. Terbukti bagaimana ia memperhatikan dan memperlakukannya dengan baik walaupun terkadang bikin naik darah, kadang juga bikin jantungan.

Tapi, entah mengapa Nafisah masih belum bisa karena hatinya masih terisi oleh Reno.

Apalagi semenjak pertemuan terakhir dengannya. Reno juga masih belum menampakkan batang hidungnya.

Setelah mengelus puncak kepala putrinya dan menciumnya penuh kasih.

Papah Kamil segera pergi menuju kamarnya dan menyiapkan perbekalan untuk perjalanan dan kegiatannya selama di Bandung.

•••

Papah Kamil sudah siap melakukan perjalanan ke kota Bandung.

Habibi menitipkan Papah Kamil kepada asisten pribadinya agar memberikan pelayanan semaksimal mungkin.

"Papah titip Nafisah ya Nak," ucap Papah Kamil kepada Habibi.
"Jaga dia baik-baik. Kalau dia bikin ulah. Segera kabarin papah."

Dear Habibi [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ