39

16.7K 1.4K 53
                                    



Pren, tolong tandai kalau banyak typo ya 🙏

Happy rebahan 📚

•••

Habibi mulai bergerak gelisah. Ia sudah tidak sabar menunggu Nafisah membuka suaranya.

"Jadi kata Hasna, Abi itu orangnya jorok, dekil, tukang kentut, terus jarang mandi," ucap Nafisah sembari nyengir kuda.

"Hah?"

Habibi tak habis pikir, bisa-bisanya Hasna mengatakan hal itu kepada Nafisah. Bagaimana ini bestie. Hancur sudah, wibawa cool yang sudah ia bangun dengan susah payah di depan Nafisah.

"Terus, katanya Abi juga selain jelek juga bau ketek. Jutek, pelit, nggak ada romantis-romantisnya. Katanya mana dekil, tengil, pokoknya nggak ada cakep-cakepnya," tambah Nafisah membeberkan ucapan Hasna tadi.

"Hah?"

"Dia bilang juga mata gue belekan. Mau-maunya dijodohin sama Kakaknya," ucap Nafisah lagi, semakin membuat Habibi mengerutkan keningnya tak habis pikir dengan adik tengilnya itu.

Nafisah tersenyum penuh kemenangan, melihat raut muka Habibi yang begitu menggemaskan menahan kesal karena ucapannya.

Tanpa sadar, Habibi segera mencium ketiaknya yang menurutnya tidak seperti apa yang Hasna ucapan kepada Nafisah.
"Wangi ko," ucapnya sembari menatap Nafisah.
"Emang selama ini lo deket-deket gue. Menurut lo, gue bau?"

Dengan wajah watadosnya, Nafisah menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

Habibi mengerutkan keningnya tak percaya. Ia tersenyum licik. Kemudian segera menarik Nafisah dan mendekapnya erat.

"Abi lepasin, gue nggak bisa napas," ucap Nafisah memberontak saat merasakan dekapan Habibi semakin erat.

"Jawab dulu yang jujur, bau nggak?" tanya Habibi tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, enggak. Wangi," jawab Nafisah dengan cepat.

Habibi segera melepaskan dekapannya dan mencubit gemas hidung mancung Nafisah. "Adik gue emang gitu, kerjaannya kalau nggak ngeledekin gue. Malakin gue," ucap Habibi menjelaskan bagaimana tengilnya Seorang Ayunda Hasna prawira putri.

Nafisah tersenyum bangga.

Tetap saja menurut Nafisah. Habibi adalah kakak yang baik untuk Hasna.

Buktinya, sepanjang perjalanannya, Hasna tidak pernah berhenti memujinya.

"Tenang aja Bi. Bagi gue, semua yang dibilangin Hasna itu justru kebalikannya," ucap Nafisah tersenyum manis. Membuat Habibi jadi salah tingkah di hadapannya.

Jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Memang sekagum itu ia sekarang kepada seseorang yang telah sah menjadi pendamping di dalam hidupnya.

Baik sikap ataupun ucapan yang selalu menjadikan teladan untuk menempuh dan menjalin catatan kisah agar lebih baik, semoga.

Habibi segera meraih pergelangan tangan Nafisah, kembali menggenggamnya begitu erat dan sengaja mengajaknya beristirahat mengingat malam yang sudah semakin larut.

•••

Usai melaksanakan shalat subuh berjamaah. Habibi segera kembali ke rumah. Karena mengingat masih banyak sekali tugas kantor yang harus segera diselesaikan, meskipun hari ini ia tengah berlibur.

Nafisah masih menggelar sajadahnya.

Ia terlihat berdoa begitu khusu.

Entah apa yang ia minta kepada Tuhannya hingga tak sadar, ia kini sudah mengeluarkan air matanya.

Habibi mengamati pemandangan itu dari jauh. Dalam benaknya segera terbesit. "Kenapa?" tanya Habibi di dalam batinnya.
"Apa gue ada salah?"

Tak ingin berburuk sangka, setelah Nafisah selesai sholat. Habibi segera memanggilnya.

"Fis sini," ucap Habibi memanggil Nafisah yang baru saja melipat mukenanya.

Nafisah segera menghampiri Habibi yang sudah meletakkan laptopnya di atas nakas.
"Iya, mau dibikinin sarapan?" tanya Nafisah yang tak menyadari bahwa sedari tadi Habibi memperhatikannya.

"Sini dulu," ucap Habibi meminta Nafisah agar mendekat kepadanya.
"Kenapa nangis?"

"Hah, oh ini," ucap Nafisah tersentak kaget menyadari bahwa Habibi sedari tadi memperhatikannya. Ia segera mengusap kasar air matanya.
"Oh, nggak apa-apa ko."

Habibi segera menarik Nafisah. Menyandarkan ia di dada bidangnya. Mengusap lembut air matanya yang masih tersisa.
"Kalau ada apa-apa cerita sama gue," ucap Habibi begitu perhatian.
"Atau gue ada salah?"

Nafisah segera menggelengkan kepalanya cepat.
"Nggak ko."

"Gue nangis. Karena bahagia aja Bi," ucap Nafisah membuat Habibi merasa lega. "Ternyata setentram ini hidup gue sekarang. Ternyata sebahagia ini hidup gue sekarang setelah sama lo."

"Makasih, udah bimbing gue biar lebih deket sama Tuhan," ucap Nafisah menyadari betapa luar biasanya kini hari-harinya setelah menjalin kisah dan kasih bersama Habibi.
"Jangan pernah bosen, ngingetin gue ya Bi."

Habibi tersenyum manis.
"Iya sayang," ucap Habibi hingga berhasil membuat Nafisah tersipu malu.

Nafisah membulatkan matanya.

Padahal masih pagi, tetapi Habibi sudah mengajak jantungnya berlari.

Ia terdiam, memastikan bahwa pendengarannya kali ini tidak sedang bermasalah.

Pasalnya ini adalah panggilan sayang untuk pertama kalinya yang ia rasa begitu berkesan. Menyentuh ke lubuk hati yang paling dalam.

Nafisah kemudian tersenyum malu dan tak berani menatap lama Habibi karena kini ia terlihat tengah salah tingkah.

"Siap-siap gih, malah ngelamun," ucap Habibi mencubit gemas pipi Nafisah.

"Siap-siap," ucap Nafisah mengerutkan keningnya. "Mau Kemana emang?"

Habibi segera mengajak Nafisah berdiri, kemudian melepaskan genggaman tangannya
"Udah, ikut aja. Gue yakin, lo pasti suka."

•••

Pendek-pendek dulu aja ya, lagi laper ngetiknya 😵

See you next part ✋

Jangan lupa jejak Pren

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now