56

37.5K 1.4K 554
                                    



Haikal membulatkan matanya tak percaya mendengar bagaimana kondisi Habibi saat ini. Terdengar begitu mengenaskan.

Bahkan seorang Haikal saja, kini tak kuasa membendung air matanya. Mendengar kabar sahabat terbaik dalam hidupnya kini telah berpulang ke tempat keabadian. Tempat dimana ia nanti akan dipertemukan dengan segala amal perbuatannya. Habibi tewas dengan keadaan yang berlimpah darah di sekujur tubuhnya.

Sedangkan Hasna hanya bisa menangis histeris.
"Nggak. Nggak mungkin. Pak polisi pasti bohong kan?" tanya Hasna memastikan bahwa apa yang barusan ia dengar itu tidak benar.

"Nggak mungkin. Kakak saya nggak mungkin meninggal kan pak. Nggak mungkin."

Hasna menangis perih. Ia belum sanggup kehilangan sosok kakak terbaik di dalam hidupnya.

"Tolong jawab Hasna Pak. Nggak mungkin kan," ucapnya terdengar begitu memilukan.

Bagi Hasna semoga ini adalah sebuah kebohongan. Semoga semua ini hanya lamunannya saja. Bahkan Pak Kyai pun turut menangis. Merasakan pedih atas kejadian yang menimpa salah satu santri terbaiknya.
Anak didik terbaiknya.

Seseorang yang begitu mengabdi sejak dulu. Bahkan setelah ia menjadi alumni. Habibi selalu turut andil untuk kemajuan umat.
Terutama dalam hal finansial.

Beliau memohon ampun dan juga meminta maaf kepada Hasna dan juga keluarga karena telah gagal menjaga Habibi dan juga keselamatan pesantren.

Ini semua di luar dugaannya. Bahkan Pak Kyai tidak menyangka bahwa Jarot dan antek-anteknya akan melakukan tindakan ini untuk menghancurkan pesantren dan orang-orang yang ada di dalamnya.

Hasna masih berusaha mendekap erat Nafisah yang masih tak sadarkan diri. Saat mendengar betapa mengerikannya keadaan Habibi saat ini.

Semua mata memandang, saat melihat beberapa petugas membawa Habibi menggunakan tandu.

Tangis Hasna semakin menjadi. Ternyata benar.
Apa yang barusan ia dengar kini benar-benar terbukti.

Kini Habibi tepat berada di hadapannya. Habibi kini sudah tidak bernyawa. Bahkan, terlihat sangat jelas. Banyak sekali bercak darah yang mengalir di sekujur tubuhnya .

Hasna semakin terisak hebat. Ia tak sanggup melihat Habibi pergi dengan cara yang mengenaskan.

Apalagi setelah melihat kondisi tubuh Habibi seperti ini.

Ia menyesali dirinya sendiri. Menyesal karena memaksa kakaknya untuk datang ke Bandung dan menjadi walinya.

Hancur dan remuk sudah perasaan Hasna saat ini. Tak terbayang.

Seseorang yang selalu melindunginya, pergi lebih dulu saat ia baru merasakan kebahagiaan hidup bersama seseorang yang selama ini ia rindukan.

Yang selama ini selalu Ia doakan dalam diam. Hingga akhirnya Tuhan berkenan mempersatukan dengannya.

Nafisah patut berbangga. Karena, ia adalah cinta pertama dan terakhir di dalam hidupnya.

Meski dengan tangan yang masih gemetar Hasna segera menelpon kedua orangtuanya. Ia ingin segera memberitahukan kabar duka ini kepada keluarga besarnya di sana.

Tak lupa, ia juga meminta beberapa para warga untuk membantu Nafisah yang masih tak sadarkan diri. Membawanya ke tempat yang aman agar segera mendapatkan perawatan.

Pak Kyai tak sanggup lagi berkata. Doanya kini terus mengudara. Melihat Habibi yang sudah tak berdaya.

Semua orang tahu. Setiap kita memang tidak sanggup melawan ajal yang sudah ditakdirkan.

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now