36

18.4K 1.6K 196
                                    



Meski dengan langkah kaki yang tergesa-gesa, Nafisah segera berjalan menghampiri Habibi dan wanita yang memakai hijab putih itu.

Sepanjang perjalanan, Nafisah tak henti memaki, terutama kepada wanita yang tengah lancang dan genit memeluk mesra suaminya.

"Apaan, hijab doang digedein. Kelakuan minus cih," ucapnya terlihat begitu kesal. Nafisah sudah tidak sabar ingin menjambak-jambak perempuan gatel itu.

Sementara Habibi terus mengelus puncak kepala Hasna penuh pengertian.
"Iya, Maafin Abi. Abi sibuk ngurusin ini itu. Jadi nggak bisa jemput," ucap Habibi tak enak hati kepada adik bungsunya itu.

Gadis itu merengek manja.
"Nggak mau tahu. Abi jahat. Mana Bunda bilang nikah pake diem-diem segala lagi nggak bilang-bilang sama Hasna. Emang Hasna ini siapa bang? Ih, abang jahaaaat."

Habibi tersenyum manis.
"Nggak tahu," jawab Habibi singkat disertai gelak tawa khasnya.

Hasna memanyunkan bibirnya kesal.
"Tuh kan," ucapnya manja sembari mencubit pinggang Habibi.
"Tau ah, pokoknya Hasna marah sama Abi surabi titik," ucapnya manja sembari menggelembungkan pipi chubbynya.

Habibi menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.
"Iya udah, maafin abangnya dong," ucap Habibi tersenyum manis kepada adik bungsunya itu.
"Lagian, kan resepsinya masih lama. Kemarin akad nikahnya mendadak. Hasna juga lagi ujian di sekolah. Sayang kalau pulang dulu ke Jakarta," ucap Habibi memberikan pengertian.

Habibi mencubit gemas hidung mancung Hasna.
"Janji, Abi nggak akan gitu lagi. Janji habis ini kita jalan-jalan," ucap Habibi merayu Hasna yang ternyata adik bungsunya itu.
"Mau?"

Hasna menganggukkan kepalanya sembari tersenyum penuh kemenangan.

"Panggil kakak dulu dong. Ka Abiii," ucap Habibi lemah lembut.

"Iya Ka Abiii," ucap Hasna terdengar begitu manja.

Habibi tersenyum simpul.

Setelah mengacak manja puncak kepala adiknya itu, ia meminta Hasna agar segera masuk ke dalam rumah. Membantunya menyambut kedatangan Nafisah.

Namun, siapa sangka seseorang yang ia nanti akhirnya menampakkan diri di hadapannya.

Nafisah melotot tajam.

Dirinya kini tengah dilanda api cemburu karena tidak tahu siapa yang kini tengah bertamu dan bersama Habibi disampingnya.

"Oh jadi gini ya kelakuan lo di belakang gue. Munafik tau nggak," ucap Nafisah menaikkan oktaf suaranya. Tidak terima melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Nafisah menggelengkan kepalanya. Ia menatap kecewa pria yang kini berada di hadapannya.

"Diam-diam lo janjian sama perempuan lain. Diam-diam lo mesra-mesraan sama perempuan lain, iya," ucap Nafisah tak terima, bahkan terlihat jelas wajahnya mulai berkaca-kaca. Seolah kecewa dengan apa yang ia lihat tadi. Melihat Habibi berpelukan dengan wanita lain selain dirinya.

Habibi yang tak mengerti maksud omongan Nafisah pun, hanya bisa mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.

"Lo tadi telpon gue kan, katanya lo mau ngasih surprise buat gue?" tanya Nafisah penuh penekanan.

"Maksud lo ini surprisenya, iya? Lo mau pamer ke semua orang kalau lo punya selingkuhan, iya? Lo ngerasa hebat bisa mainin gue sama wanita ini, iya?" tanya Nafisah menunjuk Hasna yang kini berada di samping Habibi.
"Lo sama Reno nggak beda jauh. Sama-sama brengsek tahu nggak."

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now