54

11.1K 767 3
                                    



Tepat pukul 11.00 WIB, Habibi dan Nafisah sudah sampai di aula sekolah. Haikal juga sudah berada di tempat sejak dari tadi. Habibi segera menyapa Haikal dan mulai bertegur sapa dengannya.

Sedangkan di depan gerbang, Hasna sudah bergerak gelisah menunggu kedatangan Habibi dan Nafisah.
Ia bernafas lega, setelah pada akhirnya keduanya mulai menampakkan batang hidungnya.

"Syukurlah, kak Abi akhirnya dateng juga," ucap Hasna menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.

Hasna terlihat begitu tegang.
Mungkin takut, jika Habibi dan Nafisah tidak jadi datang karena suatu halangan.
"Ayo cepetan masuk ka. Acaranya udah dimulai dari tadi," ucap Hasna yang sudah tidak sabar mengajak keduanya masuk dan mengikuti serangkaian acara yang tersisa.

"Kamu duluan aja. Nanti kakak nyusul," jawab Habibi yang masih asyik berdiskusi dengan Haikal.

Nafisah menganggukkan kepalanya patuh. Sepertinya ia tahu bahwa keduanya sedang membicarakan hal yang serius.

"Ya udah Hasna. Kita duluan, biar nanti Ka Abi nyusul." Hasna dan Nafisah pun segera masuk.

Habibi dan Haikal masih terus berbincang-bincang.
Keduanya masih membicarakan percakapan beberapa bulan yang lalu. Dimana pada akhirnya polisi berhasil menemukan pelaku yang berniat mencelakai pak Kyai.

Iya, siapa lagi kalau bukan Jarot dan komplotannya.
Meski belum semuanya, setidaknya dari beberapa orang itu sudah berhasil polisi amankan.

Pandangan Habibi sejenak teralihkan saat melihat dua orang yang mencurigakan berhasil masuk ke dalam area pekarangan pesantren.

"Kal, siapa?" tanya Habibi kemudian mengarahkan pandangan ke dua pria yang diam-diam masuk ke area pesantren. Tanpa sepengetahuan satpam yang sedang berjaga.

Pria asing itu berhasil masuk saat satpam sedang lengah berjaga karena membantu banyak tamu yang memarkirkan mobilnya di area pesantren.

Haikal segera melihat ke arah belakang. Sepertinya ia juga sama menyimpan kecurigaan yang sama seperti Habibi.
"Gue curiga, jangan-jangan dia punya niat jahat Bi," jawab Haikal memberikan kode kepada Habibi agar segera waspada dan mulai mengikuti pergerakannya dari arah belakang.

•••

Di dalam ruangan, serangkaian acara terus dilangsungkan. Nafisah terus melihat ke arah kanan kirinya. Berharap Habibi segera datang dan duduk di sampingnya.

Namun hingga detik ini. Habibi tak kunjung juga menampakkan hidupnya.

Sedangkan di belakang pesantren, Habibi dan Haikal terus mengamati gerak gerik kedua pria asing tersebut.
"Lo kenal mereka Kal?" tanya Habibi mencoba menerka-nerka maksud dan tujuan kedatangannya ke pesantren.

"Gue nggak tahu. Apa mungkin mereka masih suruhannya Jarot?" tanya Haikal melihat gerak gerik perilaku yang semakin mencurigakan.

"Coba lo telpon yang lain. Minta bantuan supaya memperketat pengamanan di sekitar pesantren," ucap Habibi dan segera mendapat anggukan dari Haikal.
"Kita harus jaga-jaga. Apalagi sekarang banyak tamu dan wali siswa," ucap Habibi meminta Haikal agar segera bergerak cepat.

Haikal pun segera menelpon teman-temannya dan segera meminta bantuannya. Kecurigaan Habibi semakin terbukti saat lelaki kekar berwajah sangar itu mulai meletakkan tas yang dibawanya di belakang pesantren.

"Aman bos," ucap pria satunya sembari tersenyum licik. Melihat ke arah kanan kirinya. Memastikan bahwa tidak ada siapapun yang melihatnya.
"Setelah ini, pasti nggak bakalan ada yang ganggu usaha kita lagi. Pesantren ini bakalan musnah," ucapnya tersenyum bangga. Rencananya akan segera berhasil.

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now