01

74.8K 4.2K 40
                                    

Siang ini Cafe SeHeart terlihat sepi pembeli, bisa di bilang belum ada satu pelanggan dari pagi, mungkin faktor cuaca yang dari pagi sudah mendung.

Hari ini Salwa mendapat shift pagi sampai sore, itu artinya mulai jam empat sore nanti Salwa bisa beristirahat di kosannya sampai besok pagi.

"Salwa" panggil salah seorang rekan kerjanya dari arah gudang.

"Iya kak?" Jawabnya sembari mengelap gelas yang baru saja ia cuci.

Cafe memang sepi tapi tangannya tidak bisa diam saja makanya ia mencuci gelas yang sudah di cucinya sebanyak dua kali, bahkan ia sudah mengepel lantai sebanyak tiga kali, yaa seperti itulah Salwa, tidak bisa diam dan hanya duduk manis seperti yang lainnya, karena baginya ia dibayar untuk bekerja bukan hanya untuk duduk dan diam saja meskipun tidak ada pelanggan.

"Bantuin sini!" titahnya.

Hari ini hanya Salwa dan Riri yang bekerja, biasanya berempat dengan Kiki dan seorang pekerja lagi yang shiftnya sama. Dengan santai Salwa berjalan menuju gudang sembari merapikan celemek hitam yang ia kenakan.

"Iya kak?" Ucapnya setelah memasuki gudang Cafe.

"Tolong lo pegangin tangganya bentar ya, gue mau ambil stok cabe bubuk di atas." ujar Riri yang langsung di angguki Salwa.

Gadis dengan rambut ikal dan tubuh ramping itu mulai menaiki anak tangga dengan perlahan tapi pasti, jika di lihat dengan seksama wanita yang ada di hadapannya kini terlihat sangat cantik bahkan tanpa riasan sekalipun, rasanya iri bagaimana bisa ada wanita secantik ini.

"Cuaca hari ini mendung ya , kek ati gue." Celetuk Riri yang masih fokus pada pijakannya.

"Emang kak Riri ada masalah sama pacar kakak?" Tanya Salwa polos.

"Ihh mana ada yang mau sama gue sih Sal, yang bener aja, boro-boro pacar ngaco lo kalo ngomong." jawabnya cekikikan.

"Loh? Yang kemarin nyamperin kesini itu?"

"Itu abang gue, cakep kan, lagian selera gue tinggi, kayaknya baru bisa dapet pacar kalo gue pindah planet deh, manusia bumi ngak ada yang minat sama gue." celetuk Riri

Salwa menatap Riri dalam. "Kak Riri cantik kok baik lagi, pasti banyak kan yang ngajak pdkt." Kini Salwa mencoba menggoda Riri yang notabenenya adalah pawang buaya, buaya darat maksudnya.

"Banyak tapi buaya semua, gue mah ogah miara buaya lagi, cukup dulu aja sekarang gue udah pensiun." Jawab Riri sambil memberikan sebuah toples yang berisi cabai bubuk pada Salwa.

"Permisi"

Suara bariton itu seketika membuat suasana hening, Salwa dan Riri hanya saling menatap satu sama lain tanpa suara.

"Ada pelanggan bambang, malah bengong." Ucap Riri kelabakan.

Dengan sigap Salwa segera menuju ke tempatnya dan melayani pelanggan yang sepertinya sudah menunggu cukup lama.

"Masih buka kan?" Tanya lelaki itu memastikan dengan nadanya yang terdengar agak kesal.

Salwa hanya menganggukkan kepalanya dan mengambil pulpen untuk mencatat pesanan pelanggan pertamanya hari ini.

"Emang di Cafe ini konsepnya harus pelanggan yang nunggu pelayannya ya?" Celetuk lelaki dengan baju koko berwarna maroon itu.

"Pesan apa kak?" Ucap Salwa ramah mengalihkan topik pembicaraan.

Dengan tatapan tajamnya lelaki itu terus menatap Salwa. "Cappucino hangat satu" jawabnya agak malas.

Lelaki dengan peci hitam yang ada di hadapannya saat ini memang terlihat tampan, tapi tentu tidak setampan idolanya, Chris Hemsworth dan Zayn Malik.

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu