21

33.9K 2.6K 19
                                    

" kalian ini kenapa sih? Baru ketemu udah kayak begini?" Ujar Fatimah tegas

Kini dua gadis itu hanya menunduk dengan hijab masing-masing yang bahkan sepertinya sudah tak pantas di sebut sebagai hijab

" Dia duluan umi" sahut Zifa sembari menunjuk ke arah Novi

" Dia dulu umi, dia ngatain saya buluk" bela Novi merasa tak terima

" Tapi kan lo duluan yang jambak gue, lo juga yang ngatain gue pakek makeup tebel" tambah Zifa tak mau kalah

" Tapi kan lo ngatain gue buluk"

" Tapi lo dulu yang cari gara-gara"

" Lo duluan" pekik Novi

" Lo dulu fu*k" sahut Zifa tak mau kalah

" Udah diem" pekik Fatimah yang seketika membuat Novi dan Zifa terdiam

Salwa yang baru saja datang dengan Hasan hanya diam mematung ketika mendengar Fatimah berteriak, pasalnya selama tiga setengah bulan ia menyandang gelar menantu di rumah ini tak pernah sekalipun ia melihat Fatimah berteriak pada siapapun

" M-maaf, tadi umi kelepasan" ucap Fatimah setelah melihat Hasan dan Salwa berdiri di ambang pintu ruang tamu

.

.

.

" Ini kamar kamu" ucap Salwa sembari menunjuk sebuah kamar yang tepat berada di samping kamarnya dan Raka, ia segera memberikan sebuah kunci pada Zifa

Fatimah memutuskan untuk memisahkan Novi dan Zifa agar tidak terjadi keributan yang sama, tapi Salwa masih tak habis pikir dengan jalan pikiran mertuanya kali ini

Masa iya wanita yang dulunya selalu menempel dengan Raka di tempatkan di sebelah kamarnya dan Raka?

" Wahhh, deket sama kamarnya gus Raka dong" celetuk Zifa girang

Salwa hanya diam memandang Zifa yang kini sedang membuka pintu kamarnya dengan wajah yang berseri

Wajahnya memang cantik tapi tetap saja bisa dibilang suatu saat Zifa mungkin saja akan menjadi rivalnya

" Nanti kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil saya" tambah Salwa mencoba untuk tetap tenang

" Oke, gue mau tidur dulu bayyyy" sahut Zifa sembari menutup pintu kamarnya tak lupa dengan lambaian tangannya pada Salwa

Salwa kini berjalan menuju kamarnya dan membuka pintu yang ada di hadapannya dengan perlahan, kini terlihat Raka yang tengah sibuk membaca sebuah kitab yang ada di depannya

" Habis dari mana kamu?" Tanya Raka pada Salwa yang baru saja merebahkan tubuhnya di ranjang

" Nggak kemana-mana" jawab Salwa singkat

Raka menatap lekat Salwa " tadi saya denger umi teriak kenapa?" Tanya Raka sekali lagi

" Ada deh" jawab Salwa yang lagi-lagi hanya singkat

" Kamu dimarahin umi tadi?"

" Nggak"

" Terus kenapa kamu keliatan lesu gitu?"

" Nggak kenapa-kenapa gus, kenapa sih gus kepo banget" gumam Salwa yang masih bisa di dengar Raka

" Saya kan suami kamu"

Dengan cepat Salwa bangun dan duduk menatap Raka dengan tajam " Sejak kapan? Sejak kapan gus mengakui kalau gus itu suami saya?"

Raka hanya diam memandang Salwa yang terlihat sangat lelah " kamu sekarang tidur aja istirahat yang cukup, nanti sakit malah ngerepotin saya" jawab Raka mengalihkan topik

" Cupu nggak berani jawab" gumam Salwa yang lagi-lagi masih dapat di dengar Raka

.

.

.

" Gimana caranya ya biar gue bisa deket sama Zifa" gerutu Ilham sembari menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya

Sementara Zidan yang ada di sampingnya hanya melongo menatap Ilham " beg* banget sih lo suka sama cewek random kayak Zifa, biang dari segala biang masalah yang ad-"

"Sttttt, jangan bacot" sahut Ilham sembari membungkam mulut Zidan dengan telapak tangannya

" Tangan lo bau ta* beg*" gerutu Zidan sembari menepis tangan Ilham dengan mudah

" Bilang apa lo barusan? Gue ini ustadz disini ya, pengurus pondok ini, jadi otomatis gue ini guru lo, jadi lo harus hormat sama gue" cerocos Ilham

" Ekhemm... Sekaligus calon kakak ipar lo, jadi lo hormatnya harus double" lanjutnya

" Gila lo, nggak sudi gue, yang ada nanti hidup gue berantakan gara-gara masalah berwujud manusia kayak lo masuk ke keluarga gue"

" Permisiii" ucap Novi sembari melewati Ilham dan Zidan

Dua manusia itu hanya diam dan memandangi Novi yang tiba-tiba lewat di depan mereka

" Pokoknya lo harus mau" lanjut Ilham tak menghiraukan Novi

" Permisiii numpang lewat" ucap Novi sekali lagi sembari melenggang melewati Ilham dan Zidan

" Gue te-" Zidan mencoba melanjutkan ucapannya namun lagi-lagi ada ganguan yang menghalanginya

" Permisiiii" ucap Novi lagi-lagi

Plakk

Sandal selop hitam milik Zidan yang warnanya sudah agak memudar itu kini mendarat tepat di jidat Novi yang seketika membuatnya mematung di tempat

" Yashh menang telak broo" celetuk Zidan sembari menepuk pundak Ilham

Brukk

Tanpa aba-aba Novi terhuyung dan langsung jatuh tersungkur ke depan

" Sh*t biang kerok beneran K.O" gumam Zidan sembari menepuk jidatnya

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now