39

28.9K 2.4K 17
                                    

" Hamil?" Gumam Raka tak percaya

" Salwa di mana umi?" Tambahnya

" Tadi umi liat Salwa ada di kamarnya Hani"

Raka segera melenggang meninggalkan uminya menuju kamar Hani, pikirannya kini kacau
Bagaimana Salwa bisa hamil? Raka bahkan tak pernah menyentuhnya maupun tidur di ranjang yang sama dengan Salwa

" Ikut saya" ucap Raka sambil menarik lengan Salwa paksa

Sementara Salwa yang baru keluar dari kamar Hani hanya diam dan mengikuti langkah kaki Raka

"Duduk" titah Raka sembari mengunci pintu kamarnya

Dengan patuh Salwa segera duduk dan menatap Raka penasaran

" Anak siapa?" Tanya Raka serius

" Anaknya bapak Samsul sama ibu Nining" jawab Salwa dengan cepat

" Bukan kamu, tapi yang di perut kamu"

" Perut? Anak siapa yang di perut saya?" Ucap Salwa tanpa sadar

Raka masih menatapnya dengan tajam sementara Salwa menatap Raka kebingungan

" Astaghfirullah" pekik Salwa setelah ia menyadari sesuatu

" Emang keterlaluan ya gus ini, meskipun saya gendut, perut saya buncit tapi gus nggak boleh dong fitnah saya gitu" ujarnya tak terima

" Fitnah? Tunggu, saya bukan fitnah kamu saya cuma tanya ke kamu, dan ini bukan masalah perut buncit atau gendut tapi ini masalah kehormatan saya juga, apa kata orang nanti kalau mereka tahu kamu hamil anak orang lain?"

" Hamil anak orang lain? Gus kira saya wanita yang serendah itu? harusnya gus bisa mikir, saya nggak pernah keluar dari area pondok, gimana saya bisa hamil anak orang lain?" Salwa menekan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, air matanya bahkan ikut mengalir tanpa ia sadari

" Jadi itu anak salah satu santri di sini?"

" Astaghfirullah gus, bisa-bisanya gus fitnah saya serendah itu, apa gus sebenci itu sama saya? Kalau gus benci sama saya gus bisa langsung bilang sama saya, saya nggak keberatan kok kalo gus mau saya pulang ke rumah orang tua saya, tapi tolong jangan fitnah saya gus"

" Saya nggak fitnah kamu" ucap Raka dengan nada yang mulai meninggi

" Kalau bukan fitnah apa namanya gus? Gus tiba-tiba tarik tangan saya ke sini, tiba-tiba juga gus tanya siapa ayah..... ughh" timpa Salwa yang langsung menutupi mukanya dengan kedua tangannya, bahkan Salwa sendiri merasa malu dengan apa yang akan ia ucapkan, bagaimana bisa Raka mengucapkan kata-kata serendah itu padanya

Salwa mengusap air matanya dan mencoba untuk mengatur nafasnya
" Saya nggak hamil guss" ucap Salwa lirih karena sudah merasa lelah

" Nggak hamil? Gimana bisa?"

"kalau saya sekarang hamil justru bukannya tambah aneh ya gus" balik Salwa kesal

" Tapi jelas-jelas umi bilang kalau kamu hamil, saya nggak mungkin bisa salah denger kan" ujar Raka sembari menatap Salwa dalam

.

.

.

Raka menatap Fatimah yang kini sudah duduk di hadapannya dan Salwa
" Jadi? Kalian mau bicara sesuatu sama umi?" Ucap Fatimah membuka pembicaraan

" Itu umi, sebenarnya umi tau Salwa hamil dari mana?" Tanya Raka serius

Kini Fatimah menatap kedua suami istri itu dengan girang " Alhamdulillah kalau beneran umi mau jadi nenek" ucapnya

" Kenapa umi bisa bilang kalau Salwa hamil?" giliran Salwa yang melemparkan pertanyaan pada Fatimah yang masih tersenyum kegirangan

" Umi liat sendiri kok tadi siang" jawab Fatimah santai

" Tadi siang?"

" Iya, tadi siang waktu umi sama abi ke supermarket nggak sengaja umi liat Salwa pergi ke apotek karena kebetulan umi juga butuh beberapa obat jadi umi pergi juga ke apotek"

" Tapi waktu umi udah sampai ke apotek-nya Salwa udah keburu pulang, jadi karena umi kepo umi tanya ke apoteker-nya obat apa yang tadi Salwa beli, eh kata apotekernya Salwa beli alat tes kehamilan "

" Terus umi inget-inget lagi, sekitar tiga atau empat hari yang lalu Salwa bilang ke umi kalo perut Salwa rasanya nggak enak jadi ya abi sama umi pikir Salwa hamil"

" Kalau nggak hamil buat apa coba Salwa beli alat tes kehamilan kayak gitu? Kalau Salwa beli kan tandanya Salwa udah ada tanda-tanda hamil mangkanya dia beli buat mastiin" jelas Fatimah panjang lebar

" Bener yang barusan umi bilang?"

" I-iya gus" jawab Salwa gagap

" Ohh ya, ada satu lagi, waktu umi sama abi sampai di rumah, umi denger Salwa bilang positif waktu Salwa di kamarnya Hani, tadi kalau nggak salah ada Hani juga di dalem kamar"

Lagi-lagi Raka menatap Salwa seolah mengisyaratkan pertanyaan yang sama pada Salwa

Brakk

Terdengar suara barang jatuh dari arah tangga dengan cepat semua mata kini mengarah ke sumber suara

Benar saja terlihat Hani yang sedang memungut mainan Hasan yang tadi terjatuh dengan Hasan yang masih berdiri di sampingnya

.

.

.

" Jadi bukan Salwa yang hamil?" Ucap Fatimah tak percaya setelah mendengar penjelasan dari Hani dan Salwa

" Bukan umi" jawab Hani lirih

" Kalian ngeprank umi ya?"

" Nggak umi" jawab Salwa dan Hani bersamaan

Raka menghembuskan nafasnya lega, rasanya ia sangat merasa bersalah pada Salwa, bisa-bisanya ia menuduh Salwa yang jelas-jelas tak mungkin melakukan hal serendah itu

" Umi jadi bingung mau seneng atau enggak"

" Loh, kan Hani anak umi, masa umi nggak seneng kalau Hani hamil?" Sahut Hani cemberut

" Bukannya gitu, tapi tadi karena umi sama abi terlalu excited denger kata positif , umi sama abi langsung telpon orang tua Salwa di Jogja ngasih tau kalau Salwa bentar lagi mau jadi ibu dan sekarang abi udah jemput orang tua Salwa di stasiun " ujar Fatimah yang seketika membuat Raka, Salwa, dan Hani membelalakkan mata mereka lebar

" Bapak sama ibuk mau ke sini umi?"

" I-iya, mungkin sekarang mereka masih ada di jalan mau ke sini"

Belum sempat Salwa mengucapkan sesuatu ia melihat sosok Salim yang sedang mereka bicarakan tengah berdiri di ambang pintu masuk ruang tamu

" Assalamualaikum " salamnya yang datang dengan sebuah koper merah diikuti dengan kedua orang tua Salwa yang muncul dari belakang Salim secara bersamaan

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now