11

36.5K 3.1K 38
                                    

Baru saja sampai, Raka dan Salwa langsung disuguhi pemandangan tiga orang santri putri yang kini tengah meraung-raung di lantai, bahkan ada juga yang tingkahnya brutal seperti mencakar - cakar dinding.

'jadi kesurupan itu cuman gini ya?' batin Salwa yang memang ini pertama kali baginya melihat orang kesurupan.

Raka hanya memandangi anak-anak yang katanya sedang kesurupan itu "tolong kamu panggil ustadzah Ema kesini, dan beberapa pengurus pondok lainnya." titah Raka pada salah seorang santriwati.

"Gus" panggil Salwa pada Raka yang masih fokus memperhatikan gerak-gerik santriwatinya.

"Hmm?"

"Nggak langsung di ruqyah itu?" Tanyanya yang sudah kepo dengan bagaimana cara Raka meruqyah seseorang.

"Kita tunggu ustadzah Ema dulu" jawab Raka santai.

"Gus nggak bisa nge ruqyah ya?" Bisiknya yang hanya bisa di dengar Raka.

"Kamu tahu bukan mahram?" Tanya Raka balik.

Salwa hanya menganggukkan kepalanya "tapikan ini darurat gus, seharusnya boleh kan?"

"Bukannya masih ada ustadzah Ema sama pengurus pondok perempuan lainnya ya, kita tunggu mereka dulu, nanti jika memang mereka tidak ada baru kamu saya suruh buat ruqyah mereka" jelasnya yang membuat Salwa menganga.

"Kok saya?"

Raka tersenyum, senyum licik seperti biasanya.
"Emangnya kamu mau suami kamu nyentuh perempuan lain?" Tanya Raka agak keras sehingga beberapa santriwati bisa mendengar ucapannya barusan.

Salwa hanya membulatkan matanya, merasa tak percaya Raka mengucapkan hal barusan, kemana mulut Raka yang suka mengeluarkan kata-kata pedas itu?

Selang beberapa lama Santriwati yang di utus Raka untuk mencari ustadzah Ema akhirnya datang dengan seorang wanita muda yang mengenakan niqab hitam.

"Assalamualaikum gus, ning" ucap ustadzah Ema dengan menundukkan pandangannya.

"Waalaikumussalam" jawab Raka dan Salwa kompak.

"Maaf gus, tadi saya sama pengurus pondok lainnya masih mengurus stok makanan di dapur" jelas ustadzah Ema merasa bersalah.

Raka hanya menganggukkan kepalanya dan langsung menyuruh Ajeng dan beberapa Santriwati yang ada di tempat kejadian untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah melihat keadaan dan penjelasan dari beberapa Santriwati kini Raka, Salwa , dan ustadzah Ema serta dua orang pengurus pondok putri mengerti kenapa tiga orang santriwati yang ada dihadapannya ini bisa kesurupan.

Raka segera memerintahkan ustadzah Ema dan dua orang pengurus pondok putri untuk meruqyah tiga Santriwati yang kesurupan, dengan cekatan ustadzah Ema melakukan perintah Raka dengan sigap dan di ikuti dua pengurus pondok.

Sedangkan Raka dan Salwa kini memunguti barang-barang milik santriwati baru yang diduga biang dari masalah kali ini.

Sebuah gayung yang terbuat dari batok kelapa yang didandani dengan sebuah kaus putih polos. orang-orang biasanya menyebutnya jailangkung ( jelangkung)

Salwa memang pernah mendengar tentang permainan memanggil arwah ini, tapi jujur saja, ia tak menyangka jika tiga orang santriwati yang justru memainkan permainan aneh seperti ini.

Setelah beberapa jam meruqyah, akhirnya tiga Santriwati itu sadar, meski mereka bertiga masih terlihat agak lunglai.

Raka memerintahkan ustadzah Ema dan dua pengurus pondok untuk menemani tiga Santriwati itu terlebih dahulu, untuk memastikan keamanan mereka bertiga.

Karena ditakutkan mereka akan kembali mengamuk jika ditinggalkan.

Raka dan Salwa kembali ke ndalem dengan boneka itu tentunya, boneka yang membuat suasana terasa sedikit menyeramkan.

"Astaghfirullah" pekik Salwa saat ia merasa ada sesuatu yang tiba-tiba memegang pundaknya dari belakang.

"Itu tangan saya" sahut Raka datar seolah mengerti apa yang dipikirkan Salwa.

"Kenapa tangan gus nemplok di situ sih? Kan bikin saya kaget." Salwa agak heran, pasalnya selama ia menikah dengan Raka tak pernah sekalipun Raka mau menyentuhnya, bahkan sentuhan yang mereka lakukan hanya sekadar bersalaman.

Raka hanya tersenyum yang justru membuat Salwa merasa ngeri. "kan kamu istri saya, jadi ya wajar dong kalau saya ngejagain kamu." Ucapnya yang benar-benar membuat bulu kuduk salwa berdiri.

Lagi-lagi ucapannya ini membuat Salwa merasa was-was 'apa Raka ketempelan setan?' pikirnya. Selama ini ia hanya tahu jika Raka sangat anti jika harus menyentuh Salwa, tapi sekarang malah Raka yang berinisiatif merangkul pundaknya.

Selama perjalanan menuju ndalem Raka terus merangkul pundak Salwa yang membuat pandangan para santri tertuju pada kemesraan mereka. Kemesraan atau apalah itu.

Setelah sampai ndalem dengan cepat Raka melepaskan tangannya dari pundak Salwa "tadi cuman pura-pura, banyak santri yang lihat, jadi kita harus pura-pura bersikap layaknya suami-istri biasa." ucap Raka sembari menutup pintu rumahnya dan agak menjauh dari Salwa.

Salwa hanya diam, bisa-bisanya ia berfikir jika mulut pedas Raka sudah menghilang, bukankah itu sama saja dengan ia berfikir jika bumi itu datar?

Salwa melanjutkan langkahnya menuju kamarnya, entah kenapa kepalanya tiba-tiba terasa pusing, ia segera mengambil segelas air dan meminumnya perlahan.

"Kamu harus mulai membiasakan diri untuk pura-pura memperlihatkan hubungan kita sebagai pasangan yang harmonis didepan banyak orang." ujar Raka sembari meletakkan boneka jailangkung itu di meja kerjanya.

Kepala Salwa sudah pusing, sekarang ditambah dengan ucapan Raka yang semakin membuat kepala Salwa serasa akan pecah saat itu juga.

"Kamu denger saya?" Lanjut Raka yang tak kunjung mendapat respon dari Salwa.

"Iya gus, saya paham, toh tugas saya kan cuman harus manut sama gus" jawabnya dengan memposisikan tubuhnya di ranjang, ia segera menyelimuti dirinya dan memejamkan matanya.
*Manut = patuh

"Bagus kalau kamu paham"

°

°

°

°

°

Haii Reader's ❤️

Jan lupa vote and tinggalin jejak kalian oke!!!!

And buat lanjut ke chapter berikutnya jan lupa follow IG @lgwiin dulu!!!!
Awas kalau nggak follow!!

And buat lanjut ke chapter berikutnya jan lupa follow IG @lgwiin dulu!!!!Awas kalau nggak follow!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading ✨

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now