10

38.9K 3K 22
                                    

"Emangnya Hasan tau artinya nikah?" Sahut Raka mengetes adik bungsunya.

"Tau dong, nanti kalo abis nikah boleh pacalan kan" jawabnya dengan polos sesuai apa yang dijelaskan Zidan padanya.

Raka dan Salwa hanya saling bertatapan, pasti ini materi baru yang di berikan Zidan tadi, memang umat seperti Zidan ini tidak boleh di biarkan hidup lebih lama.di pondok pesantren ini.

"Wihh enak nih minum es panas-panas gini." sahut Zidan yang baru saja datang dengan baju yang agak kotor.

Memang sih meskipun ia memakai baju kotor sekalipun wajahnya tetap terlihat tampan, wajar saja karena ia memiliki darah campuran Arab dan Indonesia, jadi ya bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana wajahnya.

Meskipun kelakuannya agak tengil, kita maklumi saja karena tertolong oleh mukanya ygy.

Dengan santai, Zidan mengambil sebungkus es yang ada di depannya dan membawanya ke dapur untuk mengambil mangkuk.

"Zidan ini siapa sih gus? Suka main nyelonong ke sini aja, santri jalur dalem ya?" Ujar Salwa yang masih memperhatikan tingkah Zidan yang terlihat semakin menjauh.

"Anaknya mantan umi" jawab Raka yang membuat Salwa syok.

"Mantan? Umi punya mantan?" Tanyanya tak percaya seorang Fatimah memiliki mantan.

"Mantan tunangan, dulu umi sempet tunangan sama bapaknya Zidan tapi nggak jadi nikah, karena umi sama bapaknya Zidan sama-sama ngak saling cinta, jadi ya bapaknya Zidan kabur sama cewek arab, terus nikah, dan jadilah umat yang bernama Zidan ini." jelas Raka sembari memangku Hasan.

Pantas saja perlakuan Fatimah pada Zidan  berbeda dengan santrinya yang lain, Zidan ini tergolong sangat di manja oleh Fatimah, ia bahkan bisa keluar masuk ndalem sesukanya, contohnya ya seperti sekarang ini main nyelonong ngambil es sesuka hatinya. Memang agak kurang ajar, tapi itulah Zidan.

*****

Hari sudah semakin gelap, tapi Fatimah dan Salim tak kunjung pulang dari acara kajian rutinan.

Salwa dan Raka kini tengah berada di dalam kamar, sibuk dengan urusan masing-masing pastinya. Tak mungkin juga kan mereka berbincang-bincang, membahas hal-hal sepele seperti pasangan suami istri lain.

Raka kini sibuk dengan kitab-kitabnya, sedangkan Salwa sibuk dengan beberapa bungkus kado yang ada di hadapannya.

Sekedar informasi, dua hari yang lalu Salwa genap berusia dua puluh tahun, dan untuk mengungkapkan rasa syukur karena ia masih di beri kesehatan sampai saat ini, keluarga Raka memutuskan untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan di ponpes yang melibatkan seluruh penghuni ponpes.

"Ya Allah, gus" pekik Salwa yang sontak membuat kaget Raka.

"Hmm?"

"Ini beneran?" Tanyanya tak percaya setelah membuka kado dari Raka.

Raka yang merasa kepo langsung memusatkan pandangannya pada Salwa yang saat ini tengah duduk di atas Ranjang dengan senyum girangnya.

"Iya" jawabnya setelah melihat apa yang di tunjukkan Salwa.

"Yakin?" Tanya Salwa lagi karena masih merasa tak yakin.

"Kalau kamu nggak mau biar saya ambil lagi"

Mendengar ucapan Raka dengan cepat Salwa langsung memeluk ponsel keluaran terbaru itu dengan erat. Rasanya seperti mimpi bisa mendapat ponsel sebagus ini secara cuma-cuma.

"Jangan dong, kan udah di kasih ke saya"

"Makasih ya gus" lanjutnya girang.

"Iya." Jawab Raka singkat.

Sebenarnya Raka tidak berniat memberikan Salwa kado sebuah ponsel keluaran terbaru yang benar-benar menguras dompetnya. tapi sehari sebelum ulang tahun Salwa, Raka melihat layar ponsel milik Salwa yang retak.

Tentu karena ulah adik bungsunya, jadi mau tak mau Raka harus membelikan ganti untuk Salwa, sekalian sebagai kado ulang tahunnya.

Tok tok tok

Ketukan pintu terdengar begitu brutal dari lantai bawah.

"Assalamualaikum, Abuya, Umi" panggil seorang wanita dari arah luar.

Suaranya terdengar begitu panik, dengan cepat Salwa turun ke lantai bawah dan membukakan pintu rumahnya.

"Waalaikumussalam" jawab Salwa yang masih berusaha membuka pintu.

"Ajeng?" Gumam Salwa setelah mendapati Ajeng, seorang santriwati uminya terlihat begitu panik.

"Ning Salwa, itu ning, anak-anak di sana" ujarnya tergesa-gesa.

"Tenang dulu jeng, tarik nafas dulu baru kamu jelaskan apa maksud kamu." sahut Salwa sambil mengelus pundak Ajeng agar Ajeng tenang.

Ajeng menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya beberapa kali, setelah ia sedikit lebih tenang Ajeng kembali melanjutkan ucapannya "itu Ning, anak-anak ada yang kesurupan" lanjutnya serius.

"Kesurupan?" Beo Salwa merasa tak percaya.

'Bagaimana bisa di sebuah pondok pesantren ada kesurupan?' pikirnya

"Gus" ucap Ajeng sembari menundukkan kepalanya setelah melihat Raka yang baru saja datang menyusul Salwa.

"Ada apa?" Tanya Raka memastikan.

"Katanya anak-anak ada yang kesurupan gus." terang Salwa.

"Anak-anak? Di kamar mana?"

"Di kamar santri putri bagian utara gus" jawab Ajeng.

"Kamu sudah bilang ke pengurus pondok lainnya?" Tanya Raka.

"Saya tadi sudah ke sana gus , tapi ngak ada satupun pengurus pondok "

"Kalau begitu kamu kembali ke sana dulu, sebentar lagi saya menyusul, dan tolong bubarkan kerumunan jika santri yang lain berkerumun" titah Raka yang langsung di angguki Ajeng.

Dengan cepat Ajeng langsung melakukan apa yang di perintahkan Raka, Salwa kini hanya mengekor pada Raka, mengikuti kemanapun Raka pergi.

"Kamu di sini aja, jagain Hasan, biar saya cek keadaan di sana dulu" titah Raka

"T-tapi gus, saya ikut ya, Hasan kan udah di jagain Hani, lagian saya juga belum pernah liat orang kesurupan." Pintanya melas.

Raka diam sejenak, dan menghembuskan nafasnya beberapa kali dengan berat.
"Jangan nyusahin" syaratnya.

"Siap gus"

Raka dan Salwa segera berangkat menuju kamar Santri putri bagian utara, memang agak jauh dari ndalem, karena letaknya ada di paling ujung area pondok.

Area ndalem berada di bagian paling selatan, setelah itu ada masjid, lalu di samping masjid ada area lahan kosong yang biasanya digunakan untuk menanam beberapa jenis sayuran, tepat di samping lahan ada pondok khusus untuk putra yang hanya di batasi tembok setinggi dada orang dewasa, setelah itu ada aula putra yang tepat berdampingan dengan aula putri.

Barulah pondok khusus putri, di setiap pondok khusus putra maupun putri sudah ada lapangan, perpustakaan, dan kamar mandi, sedangkan untuk para pengurus pondok di sediakan tempat tinggal khusus yang berada tepat di samping kiri sebelum gerbang masuk pondok ( depan aula )

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now