03

40.7K 3.3K 55
                                    

Kini hanya tersisa suasana hening didalam ruang tamu yang lumayan sempit ini, pak rt hanya menatap Salwa dan lelaki di sebelahnya , tak lupa dengan bu Siti dan suami yang menemukan mereka berdua di rumah kosong tadi.

" Jadi apa pak Budi bisa menjelaskan bagaimana bapak menemukan mereka berdua?" Tanya pak rt memecah keheningan

" Jadi begini pak , tadi pagi saya sama istri saya berangkat ke kebun kami yang ada di belakang kebun jati , nah di depan rumah kosong tiba-tiba istri saya berhenti , saya tanya kenapa? Katanya istri saya lihat ada orang di rumah kosong " jelas pak Budi selaku suami bu Siti

" Jadi saya langsung cek itu , ternyata beneran ada mereka berdua masih tidur , terus saya sama istri saya tunggu Sampek mereka bangun , istri saya tanya apa mereka udah menikah , ternyata mereka berdua belum menikah" lanjutnya

" Iya pak , jadi kami memutuskan untuk manggil pak rt dan beberapa warga terdekat" sahut bu Siti serius

" Ada yang mau kalian jelaskan?" Tanya pak rt menatap Salwa dan lelaki di sampingnya yang terlihat kesal.

" Semalam kami hanya berteduh , tidak ada maksud lain pak." jelas Salwa agak khawatir

" Berteduh kok di rumah kosong, jauh dari pemukiman lagi" sahut Bu Siti seolah tak ingin Salwa membela dirinya sendiri.

"Sebelumnya kalian ini siapa? Dari mana? Karena sepertinya saya tidak pernah melihat kalian berdua di sekitar sini" ujar pak rt mencoba mendengar penjelasan mereka berdua.

" Saya Raka Danantya Al Irsyam , saya kesini untuk mengisi acara dakwah dan tidak mungkin jika saya melakuka zina pak, terlebih dengan gafis yang bahkan tidak saya kenal ini." Terang lelaki bernama Raka itu serius.

"Kalaupun saya memng benar-benar berzina, apa bapak dan ibu punya buktinya?" lanjutnya yang tentu saja membuat Bu Siti dan Suami tak terima.

" Kami benar-benar hanya berteduh, tidak melakukan yang lain. Saya bahkan berani bersumpah." sahut Salwa menyampaikan pembelaan.

" Baik, begini saja , lebih baik kalian hubungi orang tua kalian masing-masing, kita diskusikan kejadian ini di sini." titah pak rt yang membuat keduanya menganga tak percaya.

" Meskipun kalian bilang tidak melakukan apa-apa tapi siapa yang tau , kalian hanya berdua di rumah itu , bisa saja kalian berbohong pada kami" timpa bu Siti dengan lirikan sinis.

*****

Hari sudah menjelang sore , kini Salwa dan Raka hanya bisa menunggu ke dua orang tua mereka, berharap masalah ini cepat terselesaikan.

Beberapa warga juga sudah mulai membubarkan diri untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang tadi sempat tertunda.

Tak berselang lama orang tua Raka dan Salwa datang secara bersamaan " assalamualaikum" salam mereka kompak dengan raut wajah khawatir yang dapat terlihat dengan jelas.

Bagaimana tidak, mereka hanya mendapat kabar jika putra dan putri mereka di tahan di rumah pak rt, mereka bahkan belum mengetahui apa yang terjadi pada anak-anak mereka di sini.

"Silahkan duduk bapak ibu." titah pak rt

Mereka hanya diam saling memandang dan duduk sesuai arahan dari pak rt.

" Jadi sebenarnya kenapa anak saya di tahan di sini ya pak?" Salim - ayah Raka angkat bicara.

" Jadi begini , warga menemukan mereka di rumah kosong yang jaraknya lumayan jauh dari pemukiman warga, kami khawatir mereka telah melakukan perbuatan yang tidak senonoh. karena itu kami memutuskan untuk memanggil bapak ibu kemari" jelas pak rt serius

Mereka berempat membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan pak rt

" Raka? Melakukan perbuatan tidak senonoh?" Ibu Raka merasa tak percaya jika anaknya melakukan perbuatan seperti itu. Benar, Raka bukan pemuda yang akan melakukan tindakan sekotor itu.

Pasalnya ia tahu betul bagaimana putranya ini, ia tidak akan melakukan larangan Allah, ia tahu betul jika Raka bisa menjaga kepercayaan Umi dan Abinya.

"Sebenarnya kami juga tidak tahu apa yang terjadi, tapi untuk meminimalisir hal yang tidak di inginkan terjadi, kami memutuskan untuk segera menikahkan anak-anak bapak ibu secepatnya." lanjut pak rt dengan tenang

"Menikah?" Celetuk ke empatnya tak percaya.

"Putri kami bahkan belum genap berusia 20 tahun pak, bagaimana mereka bisa kami nikahkan?" sahut Nining - ibu Salwa

"Tapi ini adalah keputusan terbaik yang kami peroleh lewat musyawarah." jawab pak rt meyakinkan mereka ber empat.

" Apa tidak ada jalan lain? Saya benar-benar tidak setuju jika putri saya harus menikah dengan cara seperti ini." ujar Samsul - ayah Salwa

"Ini keputusan yang sudah kami buat , dan ini yang terbaik bagi anak-anak bapak ibu" tambah pak rt yakin.

Jika sudah begini mereka juga tidak bisa melakukan apa pun, setuju tidak setuju anak-anak mereka tetap harus segera di nikahkan. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada anak-anak mereka, dan opini masyarakat yang tentunya akan menyudutkan mereka nantinya.

Nining berjalan mendekati Salwa yang tengah duduk termenung di kamar anak pak rt, wajahnya terlihat kusut matanya yang bengkak.

Nining menghela nafasnya, berusaha terlihat tenang di hadapan putrinya.
"Ibu percaya kok nduk sama kamu" ucapnya lirih sembari mengelus ujung kepala Salwa.

Seketika Salwa meneteskan air matanya, ia bahkan tak pernah membayangkan ini akan terjadi padanya.

Jika saja kemarin ia nekat menerobos hujan, mungkin saja sekarang ia hanya terserang demam bukan dipaksa menikah.

Ia masih belum siap menanggung gelar sebagai seorang istri, ia masih ingin merasakan menjadi seorang mahasiswi di kampus favoritnya. Ia ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya, jika ia mampu mandiri tanpa bantuan siapapun. Tapi sekarang apa? Semuanya berantakan hanya karena hujan yang turun semalam.

"Salwa belum siap bu" gumamnya lirih dengan air mata yang terus mengalir.

Tak tega rasanya Nining melihat Salwa seperti ini, sebelumnya ia bahkan tak pernah mendengar Salwa mengeluh padanya, rasanya ingin ia menangis melihat kondisi putrinya sekarang.

Di sisi lain Raka dan keluarganya hanya saling memandang, hanya diam tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka.

"Raka harus menikah?" Tanya Raka yang langsung memecah keheningan.

"Abi dan Umi tidak bisa menolak mereka, lagi pula kondisi kalian di temukan juga membuat orang berpikiran ambigu, mungkin ini memang jalan satu-satunya, dan sudah menjadi takdir kamu." jelas Salim meskipun agak berat.

"Tapi Abi dan Umi percaya, putra kebanggaan umi nggak mungkin melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah." sahut Fatimah - ibu Raka sembari mengelus ujung kepala putranya.

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang