38

29.6K 2.6K 28
                                    

" loh kok? Zidan ada di sini?" Lanjut Salwa keheranan

" Ning Salwa sendiri ngapain di sini?" Tanya Zidan balik

" Saya mau beli kopi"

" Sama saya juga" timpa Zidan santai

" Tapi kamu kan harusnya nyari kembaran kamu" sahut Raka yang kini berada di samping Salwa

" Gus sendiri bukannya di suruh nyari Zifa juga ya? Ngapain di sini?"

"Lagian nih ya ngapain kita susah-susah nyari orang kabur, mereka sendiri kan yang milih kabur" ucap Zidan santai setelah melihat Raka dan Salwa saling memandang

" Tapi kan - "

" Lagian Zifa juga kaburnya sama Ilham kan? Kita juga udah tau sifatnya Ilham gimana, jadi ngapain kita repot nyari pasti Zifa aman kok syukur-syukur kalo mereka berdua nikah" timpa Zidan santai sebelum Raka menyelesaikan perkataannya

*****

" Alhamdulillah" ucap Ilham lega setelah melihat foto serta tandatangannya dan Zifa terpampang nyata di buku nikah yang artinya kini mereka berdua sudah resmi menjadi sepasang suami istri meskipun harus menyewa wali, sementara kini Zifa hanya bengong memandang Ilham yang ada di sampingnya

" Udah nih? Kita udah nikah?" Ucap Zifa tak percaya

" Iya, tapi aku masih mau ijab qobul ulang dengan wali ayah kamu"

" Jadi?"

" Kita balik ke hotel"

" Gila lo, terus buat apa gue nikah sama lo beg* , sia-sia kan gue kabur?"

" Ya enggak dong, kita kan udah nikah jadi nggak ada yang sia-sia "

" Lo nipu gue ya? Lo bilang setelah nikah lo mau bawa gue ke Jepang?"

" Iya, kita ke hotel dulu buat nemuin keluarga kamu abis itu kita langsung ke Jepang "

" Ada gila-gilaannya nih orang" gumam Zifa lirih dan langsung masuk lagi ke dalam KUA

" Pak, bisa di batalin nggak ini? Saya balikin deh buku nikahnya" ucap Zifa sembari meletakkan buku nikahannya ke atas meja pegawai KUA yang kini melongo mendengar perkataannya

*****

Salwa membaringkan tubuhnya di ranjang kamarnya yang sudah dua hari ini ia tinggalkan, rasa lelahnya kini terasa sedikit menghilang dengan memeluk boneka sapi kesayangannya

Sudah cukup banyak keributan hanya dalam selang waktu dua hari, untungnya Zifa dan Ilham kembali ke hotel sesaat sebelum pesta pernikahan di batalkan, meski semua orang di buat terkejut dengan buku nikah yang mereka tunjukkan setidaknya mereka berdua kembali tanpa ada yang kurang sedikitpun

" Kamu mandi dulu sana, habis itu kita shalat ashar jama'ah" titah Raka pada Salwa

" Gus duluan deh, saya masih capek"

" Kamu kan mandinya lama jadi kamu dulu yang mandi"

" Huft... Iya-iya saya mandi dulu" timpa Salwa agak kesal dan langsung bergegas menuju kamar mandi dengan malas

Suara ketukan pintu kamar terdengar samar sesaat setelah Salwa memasuki kamar mandi, jika di dengar dengan seksama suara yang kini tengah bicara dengan Raka agak mirip dengan suara uminya?

" Udahlah mungkin umi ngasih barang yang ketinggalan di mobil" pikir Salwa yang langsung melanjutkan mandinya

Salwa melangkahkan kakinya keluar kamar mandi bersamaan suara adzan ashar berkumandang, suasana kamar terasa sunyi meski terlihat jelas Raka yang tengah duduk di atas ranjang dengan sebuah amplop berwarna putih di tangannya

" Dari siapa gus?" Tanya Salwa spontan karena merasa kepo

" Ehh bu-bukan, ini bukan dari siapa-siapa, s-saya mandi dulu ya" ucap Raka gagap dengan kedua tangan yang sibuk menyembunyikan amplop itu

" Yaudah saya siapin sajadahnya dulu"

" Nggak usah" timpa Raka cepat

" Kenapa? tadi katanya mau shalat jama'ah?"

" Saya hari ini shalat di masjid" jawab Raka yang langsung melenggang ke kamar mandi

Salwa hanya diam mematung menatap Raka yang tiba-tiba mengatakan ingin shalat di masjid setelah sekian minggu ia hanya ingin shalat di rumah

Tak ambil pusing Salwa segera menggelar sajadahnya dan segera shalat dengan khusyuk, selama hampir setengah tahun ia menikah dengan Raka sangat jarang ia shalat jama'ah di masjid karena di larang oleh Raka.

Katanya biar mata Salwa tidak jelalatan melihat santri putra saat selesai shalat? di tambah jika Salwa shalat di masjid pasti nanti akan bertemu dengan Zidan yang tak lihat tempat saat mengoda Salwa

Salwa menutup doanya dengan sebuah alfatihah dan melanjutkan membaca beberapa dzikir sembari menunggu Raka keluar dari kamar mandi

" Gus mau saya buatin teh? nanti biar bisa langsung di minum habis pulang dari masjid" tawar Salwa setelah kedua retinanya menangkap sosok Raka yang sedang menutup pintu kamar mandi dengan perlahan

" Nggak usah" jawabnya singkat dan langsung melenggang keluar setelah mengambil peci yang sudah Salwa siapkan di atas nakas

" Kenapa sih? Kok jadi judes lagi?" Gumam Salwa sembari melipat mukena yang barusan ia pakai

" Apa jin-nya udah keluar?" lanjutnya dengan kedua mata yang membelalak lebar

*****

Siang ini niatnya Salwa akan membantu Fatimah untuk mengecek kamar Santriwati, namun niatnya urung dengan kedatangan Hani yang tiba-tiba pagi tadi, entah karena Hani tahu jika keluarganya sudah pulang dari Jakarta kemarin sore atau karena hal lain tidak ada yang tahu yang pasti ia datang ke sini sendiri tanpa di temani sang suami

Sejak tadi pagi Hani hanya mondar-mandir tak jelas dan sesekali mengajak Hasan ke kolam ikan belakang masjid lalu langsung kembali ke ndalem tanpa ada yang ia lakukan di kolam ikan

" Mbak, bisa ikut Hani sebentar?" Tanya Hani sambil menarik lengan kanan Salwa

Salwa hanya dapat menganggukkan kepalanya dan segera mengikuti kemana Hani menariknya sekarang

" Ada yang bisa mbak bantu?" Tanya Salwa cemas karena melihat raut wajah Hani yang terlihat sedang khawatir

*****

Raka menutup pintu kamar perlahan dan segera membuka amplop putih yang ia terima kemarin sore
Ia membacanya dengan sangat teliti dan jangan sampai ada satu katapun yang ia lewatkan

Ia meletakkan kertas putih itu dengan pasrah ke atas meja kerjanya, ia memejamkan matanya dengan jari jemari yang memijat pangkal hidungnya, beberapa kali ia menghembuskan nafas beratnya

Sekali lagi ia menatap kertas itu dan segera ia masukkan kembali ke dalam amplop, tangannya beralih mencari gelas yang biasanya sudah terisi air putih di sudut meja kerjanya

Tapi hari ini ia bahkan tak melihat gelas itu bertengger seperti biasa
" Apa Salwa lupa?" Gumamnya lirih

Raka segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum

" Loh? Tumben kamu ke dapur nak?" Tanya Fatimah yang tak sengaja melihat Raka keluar dari dapur

" iya umi, tadi Raka cuma ambil air kok umi"

" Iya sih, lagian nih umi bilangin ya, mulai sekarang kamu harus jagain Salwa jangan sampai kelelahan, bantu kerjaannya juga, kayak yang kecil-kecil gini mulai biasain ambil minum sendiri, siapin keperluan kamu sendiri"

" Kasian kan kalau Salwa harus naik turun tangga di kondisinya yang kayak gini, jangan buat Salwa stres, kalau bisa selalu turutin apa yang Salwa mau ya" amanat Fatimah dengan semangat yang membara

" Emangnya kenapa umi?"

" Loh? Umi kira kamu udah tau kalau Salwa lagi hamil"

" Hamil?" Gumam Raka tak percaya

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now