08

35.7K 3.2K 17
                                    

Sudah satu bulan Salwa menikah dengan Raka, tapi tetap saja sikap raka tidak ada yang berubah, masih tetap dingin dan bermulut pedas seperti sebelumnya.

"Gus, mau nitip sesuatu nggak? Saya mau ke minimarket, siapa tau ada sesuatu yang mau di beli juga, biar saya beliin sekalian." Tawar Salwa pada Raka yang kini sedang sibuk menata beberapa kitab baru miliknya.

"Nggak" jawabnya singkat padat dan jelas.

"Yaudah, kalo gitu saya berangkat dulu. assalamualaikum" Salwa menyodorkan tangannya pada Raka.

"Bentar" ucap Raka yang langsung pergi menuju lemari dan mencari sesuatu di dalamnya.

"Nih" ucapnya sembari memberikan beberapa lembar uang pada Salwa.

Salwa tercengang, menatap Raka penuh tanda tanya.
"Buat apa?" Tanya Salwa keheranan.

"Bukannya tadi kamu minta uang?"

"Saya cuman mau salim gus, kan katanya kalo istri mau pergi kemana-mana harus izin sama suaminya, ya jadi saya izin ke gus tadi sekalian salim biar dapet barokah." jelas Salwa panjang lebar.

Raka membulatkan mulutnya.
"Oh" ucap Raka yang ganti menyodorkan tangannya pada Salwa.

"Ya Allah pengen gue timpuk pakek batu nih orang satu" gerutu Salwa dalam hati.

"Cepet" ucap Raka dengan tangan yang masih berada di posisi yang sama.

Dengan cepat Salwa langsung mencium punggung tangan suaminya dan segera pergi ke minimarket terdekat.

"Mayan sih dapet uang tiga ratus ribu" gumamnya girang di sepanjang jalan.

Rasanya sudah lama Salwa tak pergi ke minimarket seperti ini. "oke, mumpung baru dapet rejeki dari suami sekarang abisin duitnya buat beli jajan" ucapnya dalam hati kegirangan sembari memikirkan apa yang harus ia beli untuk menghabiskan uang suaminya.

Salwa memasuki minimarket yang lumayan besar dan mengambil sebuah keranjang belanja berwarna biru.

Ia mengambil beberapa camilan dan memasukkannya ke dalam keranjang dengan semangat.

"Ini Ning Salwa ya? Istrinya gus Raka?" Tanya salah seorang perempuan yang tengah mengambil camilan di dekatnya.

Salwa tersenyum kaku. "Iya bu " jawab Salwa sedikit menundukkan kepalanya.

"Masyaallah cantik ya, udah isi apa belum?" lanjutnya yang jujur saya membuat Salwa merasa risih.

Salwa hanya diam dan menggelengkan kepalanya "belum bu" jawabnya lirih.

"Ibuk saranin kamu cepet ikut promil deh, nanti kalo kamu kelamaan ngak isi-isi nanti gus Raka bakal cari istri lagi loh. Kan sekarang banyak gus yang punya dua istri." sahut ibu-ibu dengan hijab pink yang baru saja datang.

"Iya, cepet ikut promil atau kalau nggak cepet priksain ke dokter atau pijit gitu biar cepet dapet momongan" lanjut ibu-ibu tadi.

Salwa hanya tersenyum, bagaimana bisa ia cepat dapet momongan jika dirinya dan Raka saja tidak tidur di tempat yang sama.

'udahlah mereka juga kan nggak tahu' pikirnya

"Iya bu" jawab Salwa pelan berharap kedua ibu-ibu itu cepat pergi.

"Yaudah ibuk duluan ya" pamit ibu-ibu berhijab pink.

'Iya udah cepet pergi, ganggu orang belanja aja' batin Salwa yang agak risih dengan kehadiran dua orang tadi.

"Iya bu , silahkan" jawabnya mencoba ramah.

Akhirnya dua ibu-ibu julit itu pergi "sekarang waktunya menikmati shopping lagi" ucapnya lirih penuh semangat.

Sudah setengah jam Salwa mengelilingi seluruh isi minimarket "kayaknya cukup sih segini, oh iya, jangan lupa beli kinder Joy buat Hasan"

Setelah membayar semua belanjanya Salwa kini kembali menuju rumahnya, memang jika Salwa sudah ke minimarket semua yang di lihatnya rasanya ingin ia beli semua, tanpa terkecuali, terlebih jika ia berada di rak makanan ringan, serasa ingin ia borong seluruh isi minimarket.

Siang ini cuacanya memang agak panas, di tambah ia ke supermarket hanya berjalan kaki, kebetulan sekali ada penjual Es Campur yang tak jauh dari tempat kini berdiri.

Tentu, Salwa berhenti dan membungkus beberapa Es campur untuk di bawanya pulang, pasti sangat segar jika ia meminumnya panas-panas begini.

Kini uangnya sisa sepuluh ribu saja, total belanjanya di minimarket saja lima ratus ribu lebih, mungkin karena ini juga Salwa selalu menahan diri jika ingin ke minimarket.

Tangan Salwa kini sudah penuh dengan kantung belanjaan, ia berjalan dengan perlahan karena beban di tangannya ini tidaklah ringan.

"Sini" ucap Raka yang tiba-tiba muncul dari gang yang ada di depannya.

"Gus? Abis dari mana?" Tanyanya keheranan

"Kepo , sini belanjanya"

Salwa memberikan beberapa kantung belanjaan yang ada di tangan kanannya pada Raka.

" Itu Es Campur nya, bukan yang ini" sahut Raka tanpa mengambil kantung belanjaan yang di sodorkan Salwa.

Salwa menghela nafasnya dan memutar bola matanya kesal.
" Ya salam, seharusnya gue nggak berharap manusia kek Raka bantuin gue bawain belanjaan kayak gini." gumamnya yang masih bisa di dengar Raka.

"Masih mending saya bantuin kan" sahut Raka sembari menenteng kantung putih yang berisikan Es campur.

"Iya percaya"

Raka dan Salwa berjalan berdampingan menuju rumah, ya seperti pasangan pada umumnya, tapi hanya kelihatannya saja, aslinya kan nggak ada yang tau.

"Assalamualaikum Gus , Ning" ucap seorang ibu-ibu paruh baya yang tengah menyapu di halaman rumahnya.

" Waalaikumussalam" jawab Raka dan Salwa kompak.

"Ya Allah, kompak pisan pengantin baru" puji ibu-ibu tadi.

"Iya bu" lagi-lagi Raka dan Salwa menjawab secara bersamaan

"Habis dari mana Ning?"

"Dari minimarket bu" jawab Salwa dengan senyum kecil di wajahnya

"Masyaallah,,Di tinggal ke minimarket aja nggak mau sampai di ikutin, emang pasangan mudah teh sekarang gitu semua ya, apa itu namanya? bucin gitu?" Lanjutnya.

Salwa dan Raka hanya tersenyum " Raka bucin? Kemungkin Raka bisa bucin hanya 0,00001% yang artinya nggak mungkin." ucap Salwa dalam hati.

Ra.Sa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang