3. Nona Asisten

250K 46.1K 30.9K
                                    

HAI HAI HAI! SELAMAT MALAM!

BAGAIMANA KABAR KALIAN SEMUA?

YANG PUASA, APA SUDAH BOLONG-BOLONG?

ABSEN HADIR DULU, MONDSTAR!!

BINTANG DAN KOMENNYA MANIEZZZ

MARVELUNA ♻️

*****


Seorang cewek dengan motor Kawasaki Ninja 250 nya itu berdiri di pinggiran jalan seraya menatap rumah mewah di seberangnya. Sungguh, desain rumah itu hampir mirip dengan rumahnya yang sudah disita oleh Bank karena ayahnya tidak mampu membayar hutang perusahaan. Ukuran yang besar dengan mengkombinasikan sentuhan kayu dan kaca, pencahayaan dari lampu kuning yang membuat rumah itu terlihat mencolok dan hangat juga atap yang tinggi hingga membuat rumah itu terkesan lebih mewah dan lapang.

"Cukup menghibur kemiskinan gue." Luna mengembuskan napas berat. Pandangan matanya turun, menatap sebuah totebag yang berada pada rangkulannya. "Mari bertemu dengan Maria."

Luna membungkam mulutnya dengan tangan. "Maksud gue Marvel Algara."

Cewek itu tertawa kecil. Tanpa lama-lama lagi, dia segera melangkahkan kakinya untuk menyeberangi jalanan. Saat kedua matanya memandang ke arah pintu pagar, dia terkejut ketika menyadari bahwa Marvel sudah berdiri di sana dengan tubuh yang bersandar pada benda berukuran tinggi yang terbuat dari besi itu.

Saat Luna sudah sampai di hadapan Marvel, cowok itu hanya diam saja dengan tangan yang bersedekap dada. Tatapan matanya terlihat datar. Sepertinya, apa yang dikatakan Marvin memang benar. Marvel itu jutek.

"Ekhem." Luna berdeham pelan karena merasa canggung. Sebenarnya, dia sedikit salah fokus dengan pakaian rumah yang Marvel kenakan. Kaos putih dengan celana pendek warna hitam dan sandal jepit yang melindungi telapak kaki cowok itu. Sederhana tapi entah mengapa terlihat sangat mempesona. Bukan hanya itu, tapi rambut Marvel yang berantakan itulah yang membuat penampilan cowok itu terlihat keren. Ah, sepertinya dia terlalu berlebihan. Sebut saja karena wajahnya yang ganteng.

"Seragam lo. Udah gue cuci bersih, keringin, setrikain, kasih pewangi Molto sachet-an yang harganya seribuan," urai Luna seraya menyodorkan totebag berisi seragam itu ke arah Marvel.

Tidak ingin berlama-lama, Marvel pun segera menerimanya. Dia agak kaget dengan penampilan Luna yang terlihat sangat berbeda saat di sekolah. Pakaian serba hitam yang dipadukan dengan jaket kulit, rambut yang dikuncir asal, dan motor cewek itulah yang membuatnya semakin kaget. Sepertinya, Luna anak motor. Tapi... tunggu! Sejak kapan dia peduli seperti ini?

"Oke," balas Marvel. Singkat dan tanpa ekspresi.

Luna menatap aneh cowok itu. Mengapa Marvel terlihat sangat berbeda dengan Marvin yang cerewet tadi siang? Mungkin kesamaan yang terbangun di antara keduanya hanya terletak pada wajah saja. Selebihnya, dia perkirakan tidak ada. "Oke doang nih? Lo nggak mau bilang makasih gitu?" tanyanya.

"Lo yang salah," jawab Marvel.

Luna terlihat kikuk. Dia menggaruk belakang kepalanya yang mendadak gatal. "Nawarin gue minum?"

"Lo bukan tamu."

Lagi dan lagi, Luna merasa dipatahkan ekspektasinya oleh Marvel Algara. "Gue udah dateng jauh-jauh ke sini, udah malem juga. Jahat amat. Jangan pelit-pelit jadi orang."

"Males." Marvel menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada pintu pagar. "Pulang."

Luna mendelikkan matanya. Sungguh? Cowok itu mengusirnya? Tahu begini, dia tidak akan datang kalau tidak dihargai. Namanya juga cewek, pasti selalu berharap usahanya dihargai. "Nyebelin lo. Mendingan Marvin. Baik dan mau nolongin gue. Beda jauh sama kesombongan lo itu," hardiknya kesal.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Where stories live. Discover now