21. Menyatu Kembali

174K 29.6K 12.8K
                                    



Hai hai hai! Selamat malammm molll?

Kabar kalian gimanaa???

Maaf yaa baru bisa update huhu 🫂

Semoga kalian masih betah nunggu cerita ini yeyyy

Komen dan bintangmu semangatku 💖

******






Marvel mengendarai motornya secepat yang dia bisa. Dirinya tidak peduli kalau jalanan yang licin itu akan menjatuhkan motor dan tubuhnya. Pikirannya kalut. Kepalanya terasa hampir meledak. Suasana hatinya tentu tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Rasa sakit yang menjalar di punggungnya tidak sepadan dengan sesak di dadanya yang menyeruak begitu kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Hujan yang tadinya deras kini mulai mereda meskipun petir masih betah untuk bersuara.

Marvel tahu bahwa dirinya telah berperilaku egois kepada adik kembarnya. Namun, siapa pun yang ada di posisinya pasti akan melakukan hal yang sama. Terus mengalah tentu membuatnya merasa lelah melakukan itu semua. Tidak ada manusia yang sempurna. Begitu pun dengan dirinya. Jika sudah benar-benar kecewa, dia akan sulit untuk mengontrol emosi yang menggerogoti hatinya.

Setelah beberapa menit lamanya, Marvel akhirnya sampai di sebuah tempat yang dia yakini tengah dikunjungi oleh Marvin. Tanpa rasa takut sedikit pun, dia mulai melangkah tergesa dengan harapan besar bahwa adiknya itu masih berada di sana.

Sepi. Dingin. Dan licin. Harusnya, tidak ada yang spesial di tempat ini. Namun, karena menjadi tempat peristirahatan terakhir seseorang yang begitu mereka sayangi, tempat menyeramkan itu terasa sangat nyaman dan spesial untuk dirinya dengan Marvin.

Gentari, mungkin jika wanita itu masih hidup, kembar Algara tidak akan saling menyimpan rasa iri seperti ini.

Marvel semakin mempercepat langkahnya saat melihat Marvin yang ternyata benar-benar ada di sana. Cowok itu duduk bersimpuh dengan tubuh yang basah kuyup. Sama basahnya dengan dirinya. Seperti yang dia duga, Marvin tengah menangis tanpa suara dengan kepala yang tertunduk dalam. Dia bisa menebak dari bahu cowok itu yang bergetar.

"Balik," ucap Marvel setelah berada tepat di belakang Marvin. Adiknya itu sempat terhenyak karena mendengar suara yang tiba-tiba datang.

Marvin menoleh ke belakang. Menatap Marvel dengan kedua mata yang memerah. "Lo aja. Gue masih mau di sini."

"Nggak usah keras kepala bisa nggak?" papar Marvel sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Gue lagi nggak mau diganggu, Vel. Kalau di rumah aja, yang ada gue makin stres liat bokap!" bantah Marvin ikut terpancing karena suasana hatinya yang masih berantakan.

"Ayah nyariin lo, Vin. Lo nggak pernah tau kalau Ayah sebenernya sayang sama lo. Dia nggak mau lo tertekan, nggak mau lo repot-repot mikirin gimana masa depan perusahaan, nggak mau bikin lo harus ngorbanin impian demi keharusan. Harusnya, lo sadar. Nggak selamanya gue terus yang lo pandang sebagai orang yang ngerebut kasih sayang Ayah ke anak-anaknya."

"Emang kenyataannya gitu, Vel! Lo pernah liat gue diurus sama bokap? Enggak! Gue selalu ngurus diri gue sendiri. Dibanding dengan gue, justru lo yang emang lebih banyak dapet perhatian!"

"ITU KARENA GUE DIJADIIN KELINCI PERCOBAAN, VIN!"  murka Marvel kian berada pada ambang batas kesabaran. Dadanya naik turun, menahan gemuruh emosi yang begitu menyiksa dirinya. Sejenak, dia memejamkan mata erat. Mencoba meredam amarah yang tidak semakin meledak. "Pulang sekarang. Gue lagi berantakan, bahaya kalau dilanjutin," lanjutnya setelah berusaha menetralisir kemarahannya.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang