25. Berhenti di sini?

115K 21K 5.4K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam cimol-cimolkuuu

Apa kabar kalian semuaaa??

Absen: Hadir

Met baca jangan lupa bintangnya dulu 💗

******

"Nganterin orang, mungkin. Dia, kan, pahlawan."

Marvin mengangguk-anggukkan kepalanya. Benar juga apa yang dikatakan Marvel. Mungkin Canva hanya mengantarkan orang yang sakit ke sini, mengingat betapa mulianya hati salah satu member Diamond Gang itu. Entah berapa banyak orang yang sudah cowok itu bantu. Orang-orang yang tidak sengaja bertemu di jalanan, anak-anak kecil, bahkan para lansia yang kesulitan menyeberang pun Canva seringkali membantu mereka.

"Tapi lo ngerasa, nggak, sih, kalau dia sering banget demam akhir-akhir ini? Masa iya sesering itu, Vel?" tanya Marvin dengan kerutan di dahinya. Belakangan ini, Canva sering tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Bahkan, cowok itu juga sulit untuk diajak berkumpul di malam hari, tidak seperti biasanya.

"Kebanyakan balapan. Ngejar target katanya. Nggak tahu buat apa." Marvel mengedikkan bahunya cuek. Meski ekspresi wajahnya terlihat biasa saja, sejujurnya dia juga sama paniknya dengan Marvin sekarang. Namun, dia lebih pandai dalam hal menutupi apa yang tengah dirinya rasakan. "Buruan berdiri. Lo mau pulang apa nginep sini?" katanya dengan nada kesal melihat Marvin yang tak kunjung berdiri sejak tadi.

Marvin pun akhirnya berdiri dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya yang lemas itu untuk membuntuti Marvel yang dengan teganya berjalan lebih dahulu tanpa menunggu dirinya. Tak apa, ia sudah terbiasa dengan hal ini.

"Emang dasarnya kurang ajar. Adiknya sakit bukannya dipapah malah dibiarin jalan sendirian. Untung gue udah biasa, kalau enggak, mungkin-"

Bugh

"Ssshh... lo kenapa berhen-" Marvin yang awalnya hendak melontarkan ocehan kesal karena Marvel berhenti secara tiba-tiba sehingga membuat keningnya menabrak punggung kakaknya, kini mendadak kicep ketika melihat siapa yang berada di hadapan mereka saat ini. "Ayah? Ngapain?" tanyanya kebingungan.

Galvin, pria yang masih mengenakan setelan jas hitamnya yang rapi itu langsung mendekat ke arah Marvin tanpa menjawab pertanyaan dari bungsunya itu terlebih dahulu. "Kamu masuk ke mobil Ayah," titahnya sambil menarik pelan tangan Marvin.

Aston, Jaylan, dan Norman pun dengan segera menggandeng Marvin yang kebingungan sambil sesekali menoleh ke belakang, tepatnya ke arah ayahnya dan Marvel yang masih diam di tempat.

Setelah memastikan bahwa Marvin telah masuk ke dalam mobil bersama tiga ajudannya, Galvin pun beralih menatap anak sulungnya itu dengan tatapan yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Dia terlihat marah dengan tangan yang mengepal erat. Anaknya mungkin bisa menyadari kemarahannya itu.

"Yang boleh menghajar dia cuma Ayah. Kamu nggak punya hak apa pun, Marvel. Berani-beraninya kamu menyuruh adikmu untuk mencari kucing sampai sakit seperti itu? Di mana akal sehatmu, hah?!"

Marvel tidak kaget, sungguh. Dia sudah sangat siap untuk menerima kemarahan ayahnya mengenai hal ini. Galvin akan sangat murka jika tahu kalau Marvin sakit karena kelalaian dirinya. Sejak dulu, jika adiknya itu sakit, pasti selalu saja dia yang akan disalahkan.

"Bukan setahun dua tahun kalian bersama, tapi belasan tahun. Apa selama itu masih belum cukup buat bikin kamu mengerti kalau sistem imun dia tidak sekuat kamu?" lanjut Galvin tanpa peduli dengan tatapan orang-orang yang berseliweran di sekitar mereka.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang