24. Kembar-kembar Hobi Bertengkar

116K 21.6K 7.5K
                                    


Hai hai hai! Selamat malammm!!!

Apa kabar kalian semuaaaaaa???

Absen : hadir

Bintangnyaaa jangan lupa pencet yaaaa

Selamat Membaca 🦋

*****

"Lo banyak berubah."

Luna hanya bisa tersenyum kikuk menanggapi pernyataan Renda untuknya. Sekarang ini, dia tengah diselimuti perasaan grogi, bingung, dan juga canggung. Lama tidak bertemu dengan cowok itu membuatnya bingung harus mencari topik apa agar suasana di antara keduanya tidak berlangsung awkward seperti ini. Mungkin juga karena ada faktor lain yang membuatnya mendadak berubah menjadi cewek kalem seperti ini. Ya, dia pernah begitu mengagumi seorang Renda Biru Anugraha.

"Gue masih gini-gini aja," jawab Luna berusaha untuk terlihat biasa saja.

Renda tertawa kecil. Tawanya masih sama candunya seperti dulu. Ketika Luna masih begitu mengaguminya dalam diam sampai akhirnya mereka terpisahkan oleh pendidikan dan tidak lagi menjalin komunikasi meski hanya sekadar saling simpan kontak seperti ketika mereka masih duduk di bangku SMP.

"Sekolah di mana sekarang?" tanya Renda.

"SMA Taruna Bakti, baru pindah, sih," balas Luna.

"Wow. SMA itu katanya bagus gue denger-denger."

"Iya. Gue dapet beasiswa juga, lumayan." Luna mengulas segaris senyuman di akhir kalimatnya.

"Prestasi, ya? Lo masih sama pinternya kayak dulu."

Luna berdeham pelan ketika mendengar kalimat sanjungan itu. Kenapa dia masih saja berdebar? Padahal, harusnya perasaan itu sudah hilang, kan?

"Tapi, Lun, gue minta maaf sebelum nanya pertanyaan yang mungkin agak sensitif," ucap Renda terdengar sangat hati-hati.

"Sebelum lo nanya, gue udah bisa nebak, Ren," urai Luna. "Gue mutusin buat kerja biar bisa tetep hidup."

"... bokap gue bangkrut. Nyokap gue pergi karena takut hidup miskin. Keluarga gue hancur sekarang."

Renda diam membeku. Kedua matanya menatap iba ke arah Luna yang mungkin memilih untuk menundukkan kepala demi menyembunyikan kesedihan darinya. Dulu ketika masih SMP, Luna terlihat hidup sangat hedon dan seringkali mentraktir teman-teman di kantin sekolahan. Sungguh, dia tidak akan menyangka kalau ternyata kehidupan Luna sudah sangat berubah sampai mengharuskan cewek itu bekerja paruh waktu di bangku SMA yang seharusnya menjadi masa sekolah paling menyenangkan untuk bersenang-senang.

"Sorry, Lun," ucap Renda penuh sesal.

"It's okay, Ren. Gue udah berdamai sama keadaan," seloroh Luna meskipun Renda sangat tahu ada kesedihan yang tersorot di mata cewek itu.

"Sejak kapan lo kayak gini?" tanya Renda dengan rasa penasaran yang memuncak di hatinya.

"Setahun lalu. Hidup gue bener-bener berubah drastis. Emang bener kata orang-orang kalau roda kehidupan itu berputar. Dan sekarang... gue ngerasain itu," seloroh Luna diakhiri dengan tawa hambarnya.

Renda mengalihkan pandangannya ke arah pintu kafe yang terbuka. Jujur saja dia merasa tidak tega ketika melihat Luna seperti itu. Selama tiga tahun lamanya mereka kerap bertemu di masa putih biru, bahkan sekali saja Renda tidak pernah melihat Luna berwajah murung seperti sekarang. Yang selalu dia lihat hanyalah wajah girang dengan sorot mata yang bersinar-sinar seolah sama sekali tidak memiliki beban di kedua pundak. Namun sekarang, untuk pertama kalinya dia melihat sorot mata Luna yang begitu sayu dan senyum yang terlihat menyembunyikan banyak luka.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Where stories live. Discover now