15. Julukan Es Itu Hampir Tidak Berlaku

186K 34K 22.7K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam!

Gimana kabar kalian moll? 😻😻
Semoga baik yaaaaa

Absen HADIR dulu biar klop

Semoga selalu sabar menanti cerita ini, ya 💓

Bintang dan komenmu semangatku

*****







"Gimana cara ngungkapin perasaan versi lo?"

Marvin menelan ludahnya susah payah saat mendengar pertanyaan itu meluncur dari bibir kembarannya. Bagaimana tidak? Selama ini, dia selalu takut kalau Marvel homo lantaran tidak kunjung memiliki pacar. Dan beberapa detik yang lalu menjadi pertanyaan pertama Marvel kepadanya mengenai persoalan cinta yang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Momen langka ini patut diabadikan. Maka dari itu, Marvin bergerak cepat mengotak-atik ponselnya demi merekam pertanyaan Marvel kepadanya. "Coba ulangi lagi, gue nggak denger," ucapnya sengaja untuk merekam pertanyaan kakaknya itu.

Marvel mengembuskan napas berat. Meskipun malas, dia tetap mengulangi pertanyaannya demi mendapatkan jawaban dari suhu penakluk hati cewek-cewek itu, "Cara ngungkapin perasaan versi lo?"

Marvin bertepuk tangan heboh. Bahkan, dia sampai mengecup layar ponselnya beberapa kali hingga membuat Marvel bergidik ngeri. Apalagi keduanya kini tengah berada di gazebo lapangan utama SMA Taruna Bakti sembari menunggu bel masuk berbunyi yang pastinya ada banyak murid yang berlalu lalang.

"Alay. Malu-maluin," cecar Marvel dengan raut wajahnya yang judes. Hal itu membuat senyum merekah di wajah Marvin sontak memudar. Dia ini memang paling mudah untuk merusak mood orang lain, termasuk kembarannya sendiri.

Marvin berdeham pelan untuk mengembalikan wibawanya. Kali ini wajahnya dibuat serius untuk menjawab pertanyaan langka dari Marvel. "Kalau gue sih, gampang, Vel. Tinggal samperin cewek yang gue suka terus ajakin pacaran deh. Simpel, nggak usah ribet."

Marvel menatap jengah ke arah Marvin. Sepertinya, bertanya kepada cowok itu memang tidak ada gunanya. Selama ini, dia kurang memperhatikan Marvin ketika berinteraksi dengan para cewek. Maka dari itu, dia berinisiatif untuk bertanya dengan harapan mendapatkan jawaban yang masuk akal. Setidaknya bisa membantu kebingungannya. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Terlalu berharap lebih kepada Marvin hanya akan berakhir kecewa. "Freak," ejeknya.

Marvin melotot. Dia refleks mendorong tubuh Marvel ke samping lantaran kesal. "Gue jawab jujur, Ege! Harusnya lo menghargai jawaban gue!"

"Gue tanya caranya ngungkapin perasaan, bukan ngajakin pacaran."

"Bukannya itu sama aja?"

"Beda." Marvel menipiskan bibirnya. "Pacaran belum tentu sama-sama punya rasa. Apalagi tipikal playboy kayak lo."

Marvin manggut-manggut mendengar jawaban dari Marvel. "Bener juga apa yang lo bilang. Gue aja nggak pernah ada rasa ke salah satu cewek gue. Sekadar suka karena mereka menarik."

"Lo nggak takut?" tanya Marvel terdengar ambigu.

"Takut kenapa?" Marvin menatap cowok itu bingung. Terkadang, dia sangat kesulitan untuk menelaah setiap kalimat yang Marvel katakan.

"Kena karma."

Terdengar ringisan pelan di bibir Marvin saat Marvel mengucapkan itu dengan gamblangnya. Apakah cowok itu berniat untuk menakut-nakutinya? "Mulut lo mau gue lakban?"

MARVELUNA: Let's Fly Together!Where stories live. Discover now