27. Dari Galvin untuk Luna

109K 19.2K 4.6K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam, Cimolll 😍😍

Apa kabar kalian semua? Semoga selalu baik, ya!!!

Vote dan komennya jangan lupa 😘

Absen: HADIR

*****


Marvel tidak peduli lagi dengan gengsi. Persetan dengan harga dirinya yang terpaksa harus dirinya turunkan malam ini. Setelah berdiam diri selama berjam-jam di taman rumah sakit tadi, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah Luna tanpa memberi tahu Canva. Cowok itu sudah terlelap dalam mimpi, sehingga dia bisa pergi dengan tenang untuk melampiaskan semua keresahan yang menggumpal di hatinya. Dia juga sudah meminta bantuan seorang suster untuk menjaga sahabatnya itu selama dia pergi dari sana.

Sekitar tiga puluh menit Marvel kebut-kebutan di jalan, akhirnya dia tiba juga di depan rumah Luna yang terlihat gelap gulita. Apakah cewek itu masih belum pulang kerja? Padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Sayangnya, untuk memastikan itu semua, Marvel tidak memiliki cukup keberanian untuk melanggar perintah Luna yang pernah memintanya agar tidak pernah mengetuk pintu rumah itu. Jadi, tidak ada pilihan lain lagi selain menunggu kedatangan pacarnya itu.

Pikiran cowok itu masih kalut. Pandangan kedua matanya menatap ke atas saat lapisan kaca di matanya mulai meluruh ke pipinya. Dadanya masih terasa begitu sesak usai mendapatkan kabar buruk dari Canva siang tadi. Bagaimana bisa semua ini terjadi kepada sahabatnya yang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri itu?

"Maaf," gumam Marvel dengan rasa bersalah yang memenuhi rongga dadanya. "Maafin gue, Va...."

Cukup lama Marvel berdiam diri di sana, sebelum telinganya mendengar deru motor yang dia yakini adalah Luna. Kedua matanya yang basah itu ia usap, kemudian memicingkannya untuk memastikan bahwa seseorang yang berkendara di depan sana memang benar-benar Luna. Seulas senyuman tipis, bahkan nyaris tak terlihat itu terbit di bibir Marvel kala mendapati ekspresi kebingungan Luna di balik helm yang kacanya dibiarkan terbuka itu menatap ke arahnya.

Di sisi lain, Luna yang kembali melihat kehadiran Marvel di depan rumahnya itu refleks memelankan laju motornya. Jantungnya berdegup kencang. Berbagai macam pikiran buruk sontak memenuhi isi kepalanya saat ini. Ya Tuhan... masalah apalagi ini? Akankah Marvel benar-benar ingin menyudahi hubungan mereka karena sudah telanjur kecewa dengan dirinya?

Luna menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya secara perlahan. Dia berusaha untuk memantapkan hatinya agar tidak berputar balik demi menghindari Marvel. Entah apa yang akan terjadi nantinya, dia benar-benar sudah memasrahkan semuanya. Perlahan-lahan, motor yang dinaikinya kini telah membawanya sampai dengan tepat di depan motor milik Marvel.

Luna menipiskan bibirnya karena grogi. Dengan cepat, dia pun membuka helmnya, lalu meletakkannya di atas motor, dan bergegas turun walau dengan perasaan campur aduk. Hal tersebut juga dilakukan oleh Marvel sampai akhirnya mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang menyisakan satu langkah saja.

Jauh dari pemikiran buruk Luna, Marvel justru mendekat ke arahnya lalu mendekap erat tubuhnya. Begitu erat sampai Luna sempat kesulitan untuk mengambil pasokan oksigen. Tangan besar cowok itu mengusap belakang kepalanya. Tanpa ada sepatah kata pun yang terucap, keduanya menikmati momen itu dengan mata yang sama-sama terpejam.

Bahkan, setelah berpelukan cukup lama, Marvel masih tidak mengatakan apa-apa. Dia juga sempat menatap lamat wajah Luna sebelum memutuskan untuk membalikkan tubuh dan kembali menaiki motor ninjanya. Sama halnya dengan dirinya, Luna juga tidak berani mengucap kata-kata. Cewek itu terus diam sembari mengamati semua pergerakannya. Kedua mata dengan pupil gelap itu menatapnya sendu. Ada sorot mata rindu yang bisa Marvel lihat dengan jelas di sana.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Место, где живут истории. Откройте их для себя