28. Semakin tak Terarah

101K 18.7K 3K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam, Cimolll 😍😍

Apa kabar kalian semua? Semoga selalu baik, ya!!!

Vote dan komennya jangan lupa 😘

Absen: HADIR

*****






Luna berjalan lunglai menyusuri tepian danau yang terlihat begitu sepi. Lagi pula, siapa juga yang hendak berkunjung di tengah malam seperti ini selain dirinya? Tadi, Luna memutuskan untuk pergi ke sini sepulang kerja. Meski baru saja menerima kabar buruk yang menghancurkan suasana hatinya, Luna harus tetap bekerja karena masalah tadi tidak ada hubungannya dengan kafe tempatnya bekerja. Meskipun Andra sudah menyarankan kepada dirinya untuk pulang saja, tetapi Luna memilih untuk tetap lanjut bekerja meski dengan pikiran yang terbagi menjadi dua.

Sejuknya angin malam membuat suasana hati Luna terasa lebih tenang. Sepanjang perjalanan menuju ke sini, air matanya benar-benar meluruh tanpa henti. Dia bingung bukan main, juga marah dengan keadaan. Ketika mengingat kejadian di ruangan tadi, ingin rasanya ia mencakar wajah Galvin yang terlihat puas di atas penderitaannya. Bahkan, dengan sangat kurang ajarnya, tanpa menunggu tanggapan darinya, pria sombong itu langsung bergegas pergi dengan gelagat angkuh yang sangat kuat.

Kalau sudah seperti ini... apakah berhubungan dengan Marvel masih menjadi keputusan yang baik untuknya?

"Apa yang diomongin bokap lo emang bener, Vel. Lo juga nggak bisa dapet feedback yang baik kalau pacaran sama gue." Luna tertawa hambar. Dia memutuskan untuk menghentikan langkahnya saat menjumpai sebuah batu besar yang menjadi tempat duduk favoritnya ketika sedang dilanda musibah seperti ini. Di sore hari, danau ini akan banyak dikunjungi untuk menikmati suasana di ujung pergantian antara siang dan malam sembari melihat matahari yang terbenam.

"Sebelum makin jauh... apa kita selesaiin di sini aja, ya?"

Luna menggigit bibir bawahnya cemas. Kemudian, dia memutuskan untuk di atas batu besar itu. "Gue cuman pengin hidup tenang aja tanpa masalah apapun, apalagi masalah percintaan kayak gini. Gue bener-bener belum siap...," lanjutnya bermonolog meluapkan segala keresahan yang bersemayam di hatinya.

****

Pagi ini, Luna berangkat sekolah seperti biasa. Lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi, dia sudah menapakkan kaki di parkiran motor luas milik SMA Taruna Bakti. Sejenak sebelum pergi dari sana, Luna menyempatkan diri untuk mengedarkan pandangannya, mencari motor seseorang yang selalu ditempatkan pada barisan paling depan agar lebih mudah untuk keluar.

"Udah berangkat," gumam Luna setelah matanya menangkap motor milik Marvel yang dirinya cari. "Lo harus bisa, Lun," lanjutnya untuk memantapkan tekatnya sendiri.

Dengan kedua tangan yang memegang tali tas gendongnya, Luna pun mulai melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Koridor utama SMA Taruna Bakti terlihat ramai seperti biasanya, apalagi di jam-jam mepet seperti ini. Ada beberapa siswa yang terlihat berlarian karena takut telat atau mungkin lupa mengerjakan PR, seperti yang dikakukan oleh teman-teman di kelasnya. Namun, ada juga yang masih santai mengobrol dengan circle mereka masing-masing di sepanjang koridor.

"LUNA!"

Mampus.

Luna refleks memejamkan erat kedua matanya saat mendengar namanya dipanggil begitu keras dari belakang. Namun, panggilan itu tidak membuatnya menghentikan langkah kakinya, justru malah semakin ia percepat. Tentu saja suara itu sudah tidak asing lagi di telinganya. Bahkan begitu melekat karena sering berputar bebas di kepalanya.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang