20. Salah Satu dari Kami Harus Mati

161K 28.9K 14.8K
                                    




Hai, MOLLLLLL!!!

PAKABSS KALIAANNNN??

SEMOGA BETAH NUNGGUIN CERITA INI DAN CERITA BERIKUTNYAA YAAAA 🤟🏻🤟🏻🤟🏻

ABSEN HADIR DULU TSAY

KOMEN YANG BANYAQ YAAA BIAR MAKIN SERU NULIS INI SAMPE KONFLIK" TRS GALAU BARENG 😎

Bintangnya kak 🙏🏻

*****







Berhubung hari ini adalah hari Minggu, anak-anak Diamond memutuskan untuk bergotong royong untuk membantu Marvel mencari kucing kesayangan cowok itu. Sudah hampir setengah hari mereka mencari dengan berjalan kaki. Bahkan, teriknya matahari yang lumayan menyengat hari ini pun tidak mereka indahkan demi mencari Humaira yang hilang entah ke mana. Mereka semua berpencar agar lebih berpotensi cepat untuk menemukan kucing milik Marvel. Samuel, Areksa, Ilona, Azura, dan Farzan bergabung menjadi satu kelompok. Kemudian sisanya yakni Marvel, Canva, Marvin, Bella, dan Luna pun juga digabung menjadi satu.

"Kemarin, Luna sempet maki-maki lo, Vel. Ngamuk-ngamuk di kos-an gue karena ngira kalau Humaira itu selingkuhan lo. Eh, taunya malah kucing," celoteh Bella di sela-sela kesibukannya meraba semak-semak seperti yang lainnya. Saat ini, mereka tengah menyusuri jalanan dekat perumahan Marvel yang sekiranya dilewati oleh Humaira.

Luna refleks mendorong pelan bahu sahabatnya itu karena telah berani mempermalukannya di hadapan Marvel sendiri. Untung saja semalam cowok itu menelepon dirinya dan menjelaskan tentang apa yang terjadi sebenarnya. Betapa malunya Luna saat mengetahui bahwa dia telah marah-marah seperti orang gila hanya karena seekor kucing yang namanya mirip dengan manusia.
"Diem lo, Buaya Betina," sungutnya kesal kepada Bella.

Marvel membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Luna yang sepertinya tengah menahan malu. Kemudian, dia berjalan mendekat, mencubit pelan pipi cewek itu meskipun perasaannya masih belum tenang sekarang ini. "Nggak perlu khawatir gue selingkuh. Nungguin lo bertahun-tahun udah cukup buktiin kalau gue nggak ngelirik cewek lain," jelasnya.

Luna memiringkan kepalanya dengan sorot bingung ke arah Marvel. "Gimana? Gimana?" tanyanya meminta keterangan yang lebih jelas.

"Nungguin pujaan hati dateng maksudnya, Lun. Baru lo kali yang pas di hati bekunya dia," timpal Canva menjawab kebingungan Luna berdasarkan apa yang ditangkapnya dari perkataan Marvel.

Luna mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Perkataan Marvel terlalu ambigu seolah-olah mereka berdua pernah bertemu sebelum ini. "Udah ah, ini bukan waktunya pacaran. Tuh, Marvin masih sibuk sendirian," ujarnya sambil menunjuk Marvin yang masih terus mencari meskipun yang lain berhenti sejenak.

Marvel mengikuti arah tunjuk Luna, kemudian berdecih pelan saat itu juga. "Bagus kalo dia nyadar," sindirnya tajam.

Canva yang mendengar itu lantas menepuk pundak sahabatnya. "Vel? Manusia nggak akan bisa luput dari kesalahan," katanya.

"Gue nggak masalah kalau cuma sekali dua kali. It's fine, Va. Sedangkan ini? Udah berkali-kali. Gue juga berhak marah sama dia. Harusnya, dia belajar dari kesalahan. Bukan terus mengulang sampai gue muak sama tingkah lakunya," bantah Marvel cukup emosi. Dia merasa kalau di sini tidak ada yang bisa mengerti perasaannya. Termasuk Canva sendiri yang paling dekat dengan dirinya.

Saat Canva hendak membuka mulutnya untuk kembali menyangkal ucapan Marvel, Marvin sudah terlebih dahulu menegur dengan kalimat yang cukup menohok hati.

"Dia bener, Va. Gue emang belum bisa jadi adik yang baik buat Marvel. Sedangkan dia nggak pernah gagal jadi abang buat gue." Selepas mengatakan itu, Marvin kembali melanjutkan langkahnya untuk mencari kucing yang menjadi alasan Marvel bisa semarah ini kepadanya.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang