11. Hujan yang Mengundang Kehangatan

202K 35.4K 14.2K
                                    

Hai hai hai! Selamat malam!!

Apa kabar sobat jomblo??

Komen dan bintangmu semangatku 🫶🏻

Semoga kalian selalu setia menunggu update cerita ini ya 🌸

Ingetin aku kalau lupa update. Terkadang aku lupa akan jati diriku sebagai penulis terbaiq hatchi yg pernah ada

*******





Marvel berlari sekencang mungkin untuk menghampiri Luna tanpa menunggu persetujuan dari Areksa terlebih dahulu. Di koridor sana, Luna sudah menunggunya dengan sebotol air mineral dingin di tangan kiri cewek itu. Bukan bermaksud kepedean, tapi Marvel bisa menebak kalau Luna memang berniat memberikan air minum itu kepadanya.

Setelah sampai di hadapan Luna dengan napas yang ngos-ngosan, Marvel membungkukkan tubuhnya dengan tangan yang bertumpu pada lutut sambil berusaha untuk menetralkan napasnya.

"Kasian amat lo, Maria." Luna cekikikan melihat wajah Marvel yang memerah dengan buliran keringat yang terus menetes dari kening dan leher. "Gue ke sini mau ngeledekin lo doang."

Marvel menelan ludahnya susah payah. Pandangannya yang sempat menunduk ke arah lantai, kini mendongak untuk menatap wajah Luna. Dan... ya! Dugaannya ternyata salah besar. Bukannya memberikan sebotol minuman dingin itu kepadanya, Luna justru meminumnya sendiri dengan ekspresi yang sengaja dibuat-buat untuk mengejeknya.

Sialan! Bagaimana bisa Marvel berpikir bahwa cewek itu akan berbaik hati kepadanya?

"Aakhh, seger banget." Luna mengusap lehernya setelah meneguk setengah air mineralnya. Senyum di bibirnya tersungging miring. Ternyata, membodohi Marvel akan semudah itu. Bahkan, dia tidak perlu repot-repot melakukan hal yang besar, cowok itu datang dengan sendirinya kepadanya.

"ANJIR, ANJIR! BARU KALI INI GUE NGELIAT BATU NAHAN MALU! HAHAHA!!!"

Itu teriakan Canva. Cowok usil itu tengah memprovokasi yang lain untuk ikut menertawakannya. Marvel bisa melihat dari ekor matanya, betapa menyebalkannya wajah sahabat kurang ajarnya itu kali ini. Awas saja! Dia pasti akan segera membalasnya!

Marvel maju dua langkah ke arah Luna membuat cewek itu refleks mundur hingga punggungnya membentur tembok.

"Ngerjain gue?" Satu langkah lagi.

Luna mencengkeram roknya dengan kedua tangannya. Jaraknya dengan Marvel hanya menyisakan satu jengkal saja. Bahkan, kini dia bisa merasakan embusan hangat napas cowok itu.

Rasa melilit di perut Luna semakin menjadi saat tangan Marvel bergerak menyentuh sisi rambutnya. Kali ini giliran cowok itu yang menatapnya penuh kemenangan. Dari sini, Luna bisa tahu kalau cowok itu tipikal orang yang tidak ingin dikalahkan begitu saja.

"Pukul tujuh malam, gue tunggu di depan rumah lo, Aluna Marcella."

Setelah mengatakan itu, Marvel memutar tubuhnya membelakangi Luna. Baru setelah itu, dengan langkah yang santai, Marvel melenggang pergi dari sana meninggalkan Luna yang berusaha menetralkan degup jantungnya yang tidak beraturan.

Luna masih belum bisa bernapas lega. Apa yang akan cowok itu lakukan nanti malam?

****

"VEL! VEL! BANTU MISAHIN FARZAN, VEL! BERANTEM SAMA ANAK IPS SATU!"

Marvel yang sedang membaca buku pelajaran untuk memanfaatkan waktu kosong karena guru-guru tengah rapat itu sontak berdiri saat Marvin tiba-tiba dengan wajah panik. Kembarannya itu menarik tangan kanannya tanpa aba-aba, lalu membawanya berlari keluar kelas.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang