30. Kabar Buruk

108K 18.4K 5.5K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam, Cimolll 😍😍

Apa kabar kalian semua? Semoga selalu baik, ya!!!

Vote dan komennya jangan lupa 😘

Absen: HADIR

*****


Marvel menuruni anak tangga secepat yang dia bisa. Setelah mendapat kabar kalau Luna tidak ada di dalam kelas, Marvel langsung bergegas turun untuk menuju ke arah parkiran. Dia berharap besar semoga Luna masih berada di sana. Dirinya tidak ingin kehilangan kesempatan lagi untuk mengajak bicara Luna mengenai masalah yang tengah merundung mereka. Cewek itu pasti sengaja ingin menghindarinya. Padahal jam pulang sekolah baru saja berdering dua menit yang lalu, tetapi Luna sudah terlebih dahulu meninggalkan kelas.

Sampainya di lobi utama, Marvel sontak menjadi pusat perhatian para siswa karena kehebohannya dalam berlari sampai tidak sengaja menabrak beberapa siswa. Namun, dia sungguh tidak peduli untuk sekarang ini. Demi bertemu dengan Luna, dia rela mengerahkan segala tenaganya.

Tetapi, naas, tepat saat kedua kaki Marvel mulai menginjak lapangan utama SMA Taruna Bakti, pada saat itu juga dia melihat sosok Luna yang sudah naik di atas motor dan bersiap untuk keluar dari area parkiran. Tatapan mereka sempat bertemu, tetapi hal itu justru membuat Luna buru-buru menarik gas motor lalu bergegas secepat mungkin untuk keluar dari pintu gerbang SMA Taruna Bakti yang terbuka lebar demi menghindari kejaran Marvel.

"Lun! Luna!"

Marvel berlari kencang mengejar kepergian Luna yang seolah ingin benar-benar menghilang dari hidupnya. Meski tahu bahwa usahanya sia-sia, Marvel tetap berlari dengan kedua kakinya. Ia tidak peduli dengan tatapan-tatapan bingung dari pengendara lain yang kebetulan lewat. Pikirannya hanya berpusat kepada Luna, Luna, dan Luna. Bahkan setelah dirinya rela menurunkan gengsi, cewek itu masih tidak luluh dengan semua pengorbanannya.

"AARRRGGHHH!" teriak Marvel sekencang-kencangnya. Butiran keringat telah membasahi kening, leher, bahkan seragam sekolahnya. Dia merasa begitu putus asa. Kini, Luna sudah menghilang dari pandangannya. Jika hanya mengandalkan kedua kakinya, sampai matahari terbenam pun, dia tidak akan bisa menggapai cewek itu.

"GUE CINTA SAMA LO, ALUNA MARCELLA!!!" teriak Marvel, lagi, dengan urat leher yang menonjol–menandakan bahwa ia begitu emosi sekarang ini.

*****

Luna mengusap kedua matanya yang basah–memastikan agar tidak meninggalkan jejak air mata di sana–sebelum kedua kakinya melangkah masuk ke dalam rumah yang pintu depannya terbuka lebar. Mungkin Permana lupa untuk menutupnya. Pemandangan tak sedap langsung menyambut kedatangannya. Rumah sederhana yang biasanya rapi, entah kenapa saat ini terlihat begitu berantakan. Meja dan kursi usang yang sudah tidak karuan letaknya, pecahan dari vas bunga yang berceceran di lantai, juga figura-figura berisi foto keluarganya dulu yang Luna pajang di dinding, kini berjatuhan di lantai bak barang yang tak berguna.

Ada apa ini?

Pikiran Luna seketika mengacu kepada seseorang. Siapa lagi yang tinggal di sini selain dirinya sendiri dan Permana? Apa yang telah dilakukan ayahnya itu sampai harus mengobrak-abrik rumah mereka?

"Ayah!" penggil Luna dengan sedikit berteriak.

Luna mengedarkan pandangannya untuk mencari ayahnya di setiap sudut ruang tamu sekaligus ruang tengah itu. Namun, kedua matanya sama sekali tidak mendapati kehadiran Permana di sana. Ia pun memutuskan untuk berjalan ke arah kamar Permana yang berseberangan dengan kamarnya. Logikanya mengatakan kalau Permana sedang ada di dalam ruangan yang pintunya ditutup itu.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Where stories live. Discover now