13. Rasa yang Unik untuk Dijabarkan

212K 36.3K 25.3K
                                    


Hai hai hai! Selamat malam!

Gimana kabar kaliaannnn???

Semoga selalu baik, aamiin!!!!

Semoga betah sampai ending, ya 💗

Komen dan bintangmu semangatku 💗

******

Jangan skip narasinya, okeyyy!! ✌🏻💓💓

*****


Embusan napas lega keluar dari bibir Marvel saat melihat tidak ada kehadiran mobil ayahnya di halaman rumah. Itu tandanya, dia tidak perlu repot-repot bertatap muka dan menjawab berbagai macam pertanyaan interogasi mengenai kegiatan apa saja yang dia lakukan hari ini. Sepertinya, Galvin ingin memberikan kebebasan sejenak untuknya di hari ini. Terbukti bahwa sejak tadi pagi ; Aston, Jaylan, dan Norman sama sekali tidak mengikuti atau menghubungi dirinya meskipun mereka jelas sadar kalau anak sulung majikan mereka tidak hadir di sekolah.

Selepas mengantarkan Luna sampai di depan gang dekat rumah cewek itu, Marvel memutuskan untuk segera pulang. Selain karena lelah, dia juga harus mengerjakan tugas-tugas yang dikirim Areksa sebagai konsekuensi karena bolos tanpa surat izin hari ini. Manusia disiplin yang satu itu memang cukup rempong. Namun, Marvel sedikit mengapresiasinya karena Areksa mampu memposisikan diri dengan baik. Antara di rumah, sekolah, dan ketika bersama anak-anak Diamond.

Hawa sejuk dari AC ruangan langsung menusuk permukaan kulit Marvel saat dia mulai menginjakkan kaki di ruang tamu. Sama seperti biasa, rumah megah itu terasa sepi. Terkadang, dia ingin sekali merasakan kehangatan di rumah ini. Namun, sayang, harapannya yang satu itu terasa mustahil untuk diwujudkan.

Ternyata benar kata orang-orang. Rumah tidak akan sempurna tanpa kehadiran seorang Ibu.

Marvel memijat pangkal hidungnya seraya berjalan menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua, tepat di mana kamarnya dan Marvin berada. Saat dia telah sampai di depan pintu kamarnya, matanya tidak sengaja melirik ke arah pintu lain di sebelah kamarnya yang terlihat sedikit terbuka. Itu kamar Marvin. Pintunya berwarna biru. Terdapat lukisan tayo yang begitu besar pada benda berbahan kayu jati itu.

Tanpa ragu, Marvel memutuskan untuk masuk ke dalam sana. Dengan gerakan pelan, dia membuka pintu kamar kembarannya dan mendapati Marvin yang tertidur pulas dengan posisi tengkurap di atas kasur.

"Ck." Marvel berdecak sebal. Bau makanan yang bercampur dengan pewangi ruangan itu membuatnya ingin muntah. Apalagi kondisi kamar Marvin yang terlihat begitu berantakan. Sangat berbanding terbalik dengan kondisi kamarnya yang rapi.

Sebelum merapikan kamar acak-acakan itu, Marvel menghampiri Marvin terlebih dahulu. Dengan telaten, dia melepas sepatu yang masih melekat di kaki Marvin. Lalu, dia membenarkan posisi tidur cowok itu menjadi terlentang dan menarik selimut hingga mencapai dada.

Marvin terlihat menggeliat pelan tapi masih dalam kondisi mata yang terpejam erat. Sepertinya, cowok itu sangat kelelahan pasca latihan bela diri tadi sore.

Setelah itu, Marvel mulai memungut barang-barang Marvin yang bercecer di lantai untuk diletakkan ke tempat yang semestinya. Marvel memang marah, tapi dia tidak akan lupa mengenai kewajibannya sebagai seorang kakak. Meski kesal dengan tingkah Marvin yang seenaknya sendiri, tidak bisa dipungkiri kalau dia sangat menyayangi kembarannya.

Marvel memiliki cara sendiri yang tidak semua orang bisa mengerti.

****

Jantung yang berdebar kencang dan keringat dingin yang membasahi kening turut menyertai kegugupan Luna setelah menginjakkan kaki di lantai kamarnya. Lemari bajunya terlihat acak-acakan, bahkan sampai berhamburan di lantai. Sprei kasurnya juga tidak serapi saat dia meninggalkan tempat ini sore tadi. Apa yang dirinya takutkan ternyata benar-benar terjadi. Di atas kasur sana, amplop coklat berisi uang gajinya tergeletak dan sepertinya habis dibuka karena ada beberapa lembar uang yang muncul keluar.

MARVELUNA: Let's Fly Together!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang