Epilog

25.5K 1.8K 94
                                    

Pernah dengar tentang butterfly effect? Istilah itu awalnya digunakan di bidang ilmiah dan diciptakan oleh seorang meteorologi bernama Edward N Lorenz. Dia menggunakan metafora kepak sayap kupu-kupu di Brazil yang dapat mengakibatkan sebuah tornado di Texas dan mengajukan gagasan bahwa perubahan kecil dapat menimbulkan konsekuensi besar. Dari metafora tersebut, tercipta ilustrasi ideal tentang hal kecil yang bertentangan dengan hal besar tetapi menimbulkan dampak. Istilah butterfly effect digunakan untuk menjelaskan aksi kecil dapat memulai rangkaian peristiwa yang menyebabkan efek lebih besar dan tidak terduga.

Istilah itu mungkin cocok untuk menggambarkan hubunganku dengan Aksa. Seperti istilah butterfly effect, keputusanku untuk mengikuti Lisa liburan ke Malang memulai rangkaian peristiwa yang menyebabkan efek lebih besar dan berhasil memporak-porandakan hidupku. Tidak ada yang menyangka bahwa rencana liburan di Malang kala itu membawaku dan Aksa menuju sesuatu yang tidak pernah kami duga sebelumnya karena kami merasakan kecocokan yang sulit untuk dirasakan dengan orang lain. Walaupun aku sempat berpisah cukup lama dengan Aksa, hal-hal kecil yang dulu pernah kami lalui bersama selama satu minggu itu, membentuk hubungan yang kokoh seperti sekarang.

"Sebentar dulu." Aksa menarik tanganku ketika hanya dua langkah tersisa hingga dia masuk ke dalam rumahku. Aku membalikkan tubuh seraya memandangnya bingung. "Kamu yakin? Kamu tahu kan, apa artinya mengenalkanku ke keluarga kamu sebagai pacar? Itu artinya kamu baru aja membawa hubungan kita satu tingkat lebih serius daripada sebelumnya."

"Aku yakin," sahutku tanpa ragu. "Kamu nggak yakin? Apa mau dibatalin aja?"

"Bukannya aku nggak yakin. Ada kemungkinan orang tuamu nanti akan tanya sejauh mana hubungan kita dan keseriusan kita dalam menjalani hubungan ini." Aksa mengelus lenganku yang terbuka karena hari ini memakai sleeveless blouse. "Aku takutnya kamu merasa ini terlalu buru-buru dan kamu jadi nggak nyaman."

Aku menaikkan alis. "Kenapa bisa mikir gitu?"

Aksa menggaruk kepalanya. "Karena baru tiga bulan sejak kita balikan."

"Bener juga. Aku sampai lupa kalau kita baru balikan. Kenapa rasanya kayak udah lama ya, sama kamu?" Aku berbicara dengan nada polos, berhasil membuat Aksa menggeram karena gemas. "Tapi, aku nggak merasa ini terburu-buru, kok. Apa jangan-jangan kamu yang belum siap?"

"Aku siap kapan pun orang tuamu mengundang karena aku serius menjalani hubungan ini. Bukan buat main-main. Dan aku nggak akan ragu buat nunjukin kesiapan dan keseriusanku di depan orang tuamu nanti kalau mereka nanya," kata Aksa tegas.

Melihat ekspresinya yang begitu serius, aku jadi berniat untuk menggodanya. "Oh, apa yang bikin kamu yakin orang tuaku bakal nanya itu? Bisa jadi mereka undang kamu karena mau sidang kamu setelah bikin anaknya ini galau dan nggak pulang ke rumah berminggu-minggu setelah kamu mutusin aku.."

Air muka Aksa seketika berubah. Matanya mengerjap dengan bibir yang sedikit terbuka. "Kamu sampai nggak pulang ke rumah?" tanyanya, kaget sekaligus panik. "Sebentar. Orang tuamu tahu kita sempat berantem dan putus?"

Aku bersedekap dan menahan diri untuk tidak tertawa. "Nggak mungkin nggak tahu, kan? Kamu lupa kalau aku punya kembaran yang nggak bisa jaga rahasia? Lupa kamu sama sifat sahabatmu sejak kuliah itu?"

Dalam embusan napasnya, Aksa mengucapkan kata kasar dengan lirih.

"Tapi, nggak apa-apa. Tenang aja. Aku ini anak kesayangannya Papa, jadi kalau aku mau sesuatu pasti sebisa mungkin Papa kabulin itu." Aku memeluk lengan Aksa sambil berusaha menenangkannya, tapi tampaknya cara itu tidak berhasil karena matanya justru semakin melotot. "Relax, Abang. Kamu nggak akan diomelin Papa karena kemarin putusin aku. Nanti kalau Papa nanya macem-macem, aku yang bakal bantu kamu buat jawab, oke? Aku nanti bisa bilang kalau aku udah keburu cinta mati sama kamu makanya tetep mau balikan sama kamu walaupun kamu pernah bikin aku nangis dan galau dua minggu lebih."

Love: The Butterfly Effect [COMPLETED]Where stories live. Discover now