Extra Part 3

14.3K 1K 49
                                    

Thank you buat 400k+ pembaca dan 50k+ votes :") kaget banget akutuuu, gak nyangka project iseng comeback-ku di dunia kepenulisan ini bisa didatengin banyak orang gini :")

*


LUNA

"Lo duluan aja. Gue beneran nggak apa-apa nunggu sendirian di lobi. Biasanya juga begitu," ujarku pada Niko, salah satu rekan kerjaku yang baru masuk ke timku selama dua minggu ini. Namun, sikapnya yang bersahabat membuatku merasa telah mengenalnya lama. "Lo ada urusan, kan?"

Niko memasukkan satu tangannya ke dalam kantong celana bahannya sedangkan satu tangan lainnya menenteng tas laptop. "Nggak apa-apa, Lun. Ini udah malam. Bahaya kalau lo nunggu sendirian."

Menyerah, aku mengangkat tangan, mengizinkannya untuk melakukan apapun yang dia suka. Sebenarnya, kantor tidak terlihat begitu sepi walaupun jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Lampu di gedung masih nyala, lobi masih terang, dan satpam masih berjaga. Sayangnya, Niko memang cukup keras kepala. Apalagi terkait hal-hal seperti ini. Sejak dia masuk ke timku dan kami harus lembur beberapa hari terakhir, dia selalu menemaniku dan Hanifa di lobi sampai jemputan kami datang.

"Awalnya gue kira lo masih single, Lun," tutur Niko dengan cengiran lebar.

Kontan, aku menoleh sambil tertawa singkat. "Kenapa bisa mikir gitu?"

Niko mengangkat bahunya. "Lo nggak pernah cerita apapun tentang cowok lo di kantor. Beda sama Hanifa yang setiap hari selalu bawa cerita tentang cowoknya," ucapnya acuh tak acuh. "Makanya gue agak kaget pas beberapa hari yang lalu lo dijemput sama cowok lo."

Aku terbahak. "Sekaget itu sampai konfirmasi ke Dewa dan Hanifa?" ledekku. Kemarin, ketika Niko belum sampai di kantor, Dewa dan Hanifa memang menyinggung padaku bahwa Niko bertanya mengenai status asmaraku, serta mengonfirmasi apakah orang yang menjemputku di kantor—Aksa—adalah benar pacarku atau bukan.

Niko terlihat salah tingkah. "Gue penasaran, oke? Jangan ngeledekin."

"Padahal lo bisa tanya langsung ke gue, Nik," kataku.

Niko mengarahkan tatapannya padaku. "Udah pacaran berapa lama?"

"Belum lama, kok. Baru beberapa bulan ini, tapi kenalnya udah agak lama."

"Selama apa?"

Aku melakukan hitungan singkat di dalam kepalaku. "Sekitar delapan tahun?"

Mulut Niko terbuka lebar. "Kalian udah kenal selama itu dan baru pacaran beberapa bulan terakhir?" tanyanya, kaget. Aku mengangguk cepat. "Kalau kalian memutuskan buat pacaran lebih cepat, mungkin sekarang kalian udah nikah dan punya anak kali, ya."

Aku tertawa lagi begitu mendengar ucapan gamblangnya. "It was complicated."

Niko mendecak. "Kalau dengar dari omongan lo barusan, kelihatan banget complicated-nya sampai-sampai kalian baru bisa pacaran sekarang walaupun udah lama kenal."

Sebelum aku sempat berbicara lebih banyak, mobil Aksa sudah terlihat memasuki area pick up kantorku dan berhenti di lobi tidak lama kemudian. Niko, yang sepertinya sudah mengenal mobil Aksa, berjalan di sisiku kemudian membukakan pintu mobil untukku.

"Thank you, Nik," ucapku kemudian menutup pintu mobil dan menurunkan kaca jendela. Niko menduduk sedikit dan menyapa Aksa dengan anggukan kepala. "Hati-hati lo di jalan. Jangan balik malem-malem, besok masih harus kerja. Awas aja kalau lo nggak fokus pas kerja."

Love: The Butterfly Effect [COMPLETED]Where stories live. Discover now