Part 11: Penyebab Kebencian

712 97 6
                                    

Mereka berdua duduk bersebelahan di kursi taman, keduanya sama-sama terdiam nampak canggung satu sama lain. Princes menghela napas, memutuskan membuka percakapan lebih dulu.

"Aku tau waktu itu kamu marahin aku karena membela Tiara, tapi menurutku tindakanmu sangat tidak etis karena hanya melihat dari sudut pandang Tiara padahal kamu adalah Ketua OSIS," Kenzo seketika menoleh saat mendengar ucapan Princes yang nampak mulai mengeluarkan unek-uneknya, "kalau tidak bisa adil ngapain jadi Ketua OSIS? Mending kamu lepasin jabatan kamu itu."

Kenzo makin menundukkan kepalanya, benar-benar tidak punya muka untuk mengangkat kepalanya.

"BTW tadi katanya kamu mau ngomong sama aku, apa?" Princes mengubah topik pembicaraan karena jujur tidak nyaman sendiri dengan ucapannya.

Kenzo menautkan kedua tangannya dengan mulut membuang napas secara perlahan, tak lama ia mengangkat wajahnya yang sejak tadi tidak berani ia tegakkan.

"Aku tau jika ini sia-sia tapi aku tetep pengen minta maaf sama kamu, gimana caranya biar kamu mau maafin aku?" tanyanya dengan nada berat seperti benar-benar frustasi.

"Sebenarnya kenapa kamu sampai segininya?" balas Princes membuat Kenzo mengerjap bingung, gadis berkulit putih bersih itu mengalihkan pandangannya heran. "Bukankah selama ini kamu juga benci aku? Harusnya mau aku maafin atau nggak maafin kamu itu bukan masalah kan." Imbuhnya entah kenapa menohok tepat di dada Kenzo.

Lelaki itu sadar jika selama ini ia memang bersikap dingin dan kasar pada gadis ini tapi itupun bukan tanpa alasan, dulu Princes benar-benar definisi gadis paling jahat yang pernah ia temui, Princes selalu mengganggunya bahkan tidak segan menjatuhkan siapapun demi kepuasannya, tentu saja ia merasa sangat tidak suka dengan Princes namun entah sejak kapan gadis ini tiba-tiba berubah drastis. Entah hanya perasaannya saja atau tidak tapi ia merasa Princes seperti lahir kembali dengan versi lebih baik.

"Dulu kamu sangat jahat dan sombong, jika banyak orang mengatakan kalau kamu mengejar-ngejarku karena cinta menurutku itu salah, dulu kamu hanya sangat obsesi padaku bahkan tindakanmu tidak jarang melukaiku."

Princes spontan menoleh sepenuhnya kearah Kenzo, dengan khitmat ia mendengarkan cerita yang belum pernah ia dengar sebelumnya itu.

"Kamu adalah tipe gadis yang harus dipenuhi keinginannya dan ketika kamu tidak bisa mendapatkanku kamu menjadi gila, ini tidak seharusnya kukatakan tapi ..." Kenzo tiba-tiba menutup gusar wajahnya dengan telapak tangan, "kamu bahkan sering mengancamku akan bunuh diri jika aku masih menolakmu, dan saat kamu terluka sedikit saja maka semua kesalahan akan dilimpahkan padaku seolah aku pelakunya, a-aku ... aku dulu sangat muak kepadamu sampai rasanya ingin mengutukmu." Mendengar suara lelaki yang biasa dingin itu berubah gemetar membuat Princes sadar jika sekarang Kenzo sedang menumpahkan sesuatu dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Princes sendiripun juga kaget setelah mendengar penuh semua cerita Kenzo, ia memang tau jika pemilik asli tubuh ini bukan orang baik tapi tidak ia sangka jika pemilik asli tubuh ini benar-benar sampah. Tiba-tiba ingatannya berputar ketika awal mula kecelakaan yang menimpanya sampai jiwanya tertukar, jangan-jangan Princes yang kecelakaan memang berniat bunuh diri. Entah kenapa satu-persatu kejadian mulai berhubungan seperti benang merah.

"Maaf aku gak inget jika dulu aku sebrengsek itu," ia tersenyum kecut, padahal itu bukan ulahnya tapi rasanya ia yang menanggung beban dosanya. "Mulai sekarang aku akan berubah menjadi lebih baik dan tidak akan mengganggumu." Lanjutnya membuat Kenzo langsung menatap penuh kearahnya. Mereka berdua bertatapan beberapa saat sampai akhirnya Princes berdiri dari duduknya.

"Aku anggap semuanya sudah clear, mulai sekarang aku tidak akan mengganggumu dan kamu tidak perlu minta maaf lagi. Kalau begitu aku pergi dulu." Ia kemudian beranjak setelah mengucapkan pamit yang entah kenapa seperti ucapan perpisahan itu.

PrincesWhere stories live. Discover now