Part 38: Kiss

149 17 6
                                    

Setelah menonton film mereka pergi untuk makan, meskipun pandangan orang-orang tetap sama seperti ketika mereka sedang ada di bioskop tadi tapi setidaknya kali ini ia mulai terbiasa, gadis cantik itu sudah tidak terlalu memedulikan pandangan orang lain terhadap mereka.

"Ken." Panggilnya tiba-tiba, lelaki itu seketika mengangkat kepalanya cepat.

"Kenapa?"

"Habis lulus SMA kamu mau lanjut dimana?"

Mendengar pertanyaan yang cukup random itu tak ayal membuat Kenzo sedikit kaget. "Kenapa tiba-tiba tanya begitu?"

"Gak papa cuma penasaran aja."

"Entahlah, tapi sepertinya aku harus jadi dokter." Jawaban yang terdengar dari mulut lelaki itu entah kenapa menurutnya tidak sepenuh hati.

"Kamu kayak gak suka gitu." Balasnya melihat respon lelaki di depannya.

Terlihat Kenzo tersenyum sangat samar bahkan hampir tidak terlihat, "bukannya begitu, lagian tidak ada orang yang sepenuhnya yakin mau jadi apa."

"Hm, benar juga..." gumamnya mengangguk sadar diri.

"Kalau kamu sendiri mau lanjut dimana?" tanya balik Kenzo dengan sebelah alis terangkat.

Ia mengambil cup minumannya dan menenggaknya perlahan. "Gak tau, sejujurnya aku sendiripun bingung mau jadi apa, enak ya jadi kamu udah tertata hidupnya." Ujarnya mengaku iri, setelah ia berpindah ke tubuh gadis ini sejujurnya ia tidak pernah memikirkan akan menjadi apa nantinya, baru-baru ini ia mulai menyadari jika hidupnya terasa datar dan membosankan.

"Kamu hebat kok, mau jadi apapun kita nantinya itu tidak masalah selama itu untuk hal baik." Kenzo kemudian berdiri dari tempat duduknya, ia mengikuti setiap pergerakan lelaki itu. "Sebentar aku ambilin tisu dulu," dengan cepat lelaki itu beranjak pergi ke meja kasir meminta tisu dan tak butuh waktu lama untuk lelaki itu kembali, "mulut kamu kotor," ujarnya lembut mendorong tisu itu kearahnya, tentu saja tindakan lelaki itu barusan membuatnya tertegun tak mampu berkata-kata.

"Aku minta tolong kalau gitu," ujarnya pelan, Kenzo mengerjap bingung. "Bantu bersihin," imbuhnya dengan tatapan tak terbaca sukses membuat lelaki itu menegang syok di tempat. "Gak mau?" tanyanya memelan ragu melihat lelaki itu hanya duduk diam tanpa respon.

"Mau!"

Ia tersentak mendengar jawaban yang terlampau antusias itu, lelaki itu langsung mengulurkan tangannya yang dan mengelap tisu ke mulutnya lembut, saking lembutnya sampai ia tidak sadar jika lelaki itu sudah selesai.

Setelah kejadian itu keduanya melanjutkan makan dengan suasana canggung yang sangat terasa, mereka berdua diam-diam saling lirik tapi begitu kedua mata mereka tidak sengaja bertemu mereka sontak mengalihkan pandangan satu sama lain, siapapun yang melihatnya pasti ikut gemas.

Setelah menyelesaikan makannya mereka segera keluar dari mall, tapi justru kebingungan karena tidak punya rencana lagi.

"Em .. habis ini mau kemana?"

"Loh kok tanya aku, kan kamu yang ngajakin jalan." Princes mengernyit aneh.

Pemuda jangkung berwajah dingin itu ternyata bisa berekspresi malu-malu, sambil mengusap tengkuknya terlihat daun telinganya sedikit memerah. "Aku juga jarang jalan-jalan jadi gak tau mau ngapain, kalau kamu ada tempat yang mau dituju kita bisa kesana."

Mendengar pernyataan lugu dengan wajah malu-malu itu entah kenapa terlihat lucu untuk Princes, "gimana kalau main basket, kamu mau ajarin aku main?"

"Ayo kita berangkat!" tanpa menjawab pertanyaannya pemuda itu langsung menarik tangannya dan membawanya pergi yang tentu saja membuatnya mendelik kaget, tapi ia diam-diam tersenyum senang.

PrincesWhere stories live. Discover now