Part 33: Confess

270 36 1
                                    

"Kenapa?"

Bryan menatap Adiknya yang berdiri di depan kelasnya sambil memicingkan mata kearahnya, pemuda itu justru ikut membalas memicingkan matanya membuat Princes menaboknya kesal.

"Kenapa ikut-ikutan sih!" omelnya berkacak pinggang.

"Ya kamu sendiri ngapain melototin aku kayak gitu, gak sopan!" sentilnya di kepala Princes membuat gadis itu mengaduh kesal.

"Kakak yang bikin Tiara dikeluarkan dari sekolah?!" tuduhnya sinis membuat Bryan memutar bola mata.

"Kalau iya kenapa." Balasnya enteng membuat Princes mendelik kecil.

"Kasian tau Kak!"

"Ngapain sih kasihani orang kayak gitu!" tukas Bryan galak, "lagian ini bukan sekali dia berbuat kayak gini ke kamu, gadis itu memang harus diberi pelajaran!" gumamnya berapi-api sampai membuat Princes mundur kaget, kenapa malah lelaki ini yang lebih kesal daripada dirinya sendiri ya.

Princes menghela napas panjang, sebenarnya tidak munafik ia juga masih marah dan belum memaafkan gadis itu namun ia masih memiliki hati nurani, jika gadis itu dikeluarkan secara tidak hormat pasti akan berdampak pada masa depan gadis itu.

"Kamu kenapa mendadak jadi baik deh?" heran Bryan membuat Princes menyipit sinis.

"Aku memang baik kok!"

"Pret!"

Princes menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, ditatapnya Bryan dengan sorot lebih serius ketimbang tadi. "Kakak gak kasihan sama masa depan Tiara?"

Bryan spontan tertawa geli, menggeleng tak habis pikir. "Kamu perlu tahu ini Dek," ujarnya menjeda ucapannya dan mendekat kearah Princes yang mematung di tempat. "Hukuman ini termasuk ringan, jika Papah sampai tahu masalah ini pasti keluarga gadis itu sudah tinggal di jalan sekarang." Imbuhnya berbisik dengan ekspresi berubah serius membuat Princes menelan ludah susah payah.

Mereka bertatapan beberapa waktu, kini Princes menyadari jika Kakaknya ini sama bahayanya seperti Ayahnya. Kenapa keluarganya ini isinya orang-orang posesif semua ya.

"Jangan bengong," sentak Bryan menjentikkan tangannya membuatnya langsung kembali tersadar, Bryan terkekeh pelan sembari mengacak rambutnya. "Udah sana balik ke kelas, aku mau ke kantin."

Princes yang tadi berekspresi serius seketika melengos kesal, ia mendengus singkat sebelum beranjak dengan langkah besar-besar. Bryan yang melihatnya diam-diam mengulum bibirnya, ia tidak mau jika Adiknya jadi takut kepadanya itulah kenapa ia selalu bertingkah bodoh di depan Adiknya itu.

Karena ia takut Adiknya akan bersikap canggung kepadanya.

***

"Ces ngapain? Gak pulang?" kenyit Raya heran melihatnya belum beranjak dari bangkunya padahal sudah bel pulang.

Princes mengerjap, tersenyum singkat. "Aku masih ada urusan kalian duluan aja." Ujarnya pelan.

"Eh mau kemana? Biar kita anter aja, lagian i juga gak ada urusan habis ini." Sergah Eveline menatapnya antusias.

Melihatnya membuat Princes mengernyit tanpa sadar, "itu ... gak usah lagian aku bisa sendiri."

"Memangnya kamu mau kemana?"

Princes mengusap tengkuknya kikuk tanpa sadar dengan ekspresi canggung, "aku mau bicara sesuatu sama Kenzo," cicitnya pelan, padahal kan ia tidak melakukan kesalahan tapi jujur ia sangat canggung mengatakan hal ini kepada teman-temannya takut mereka salah paham.

Dan benar saja dugaannya, mereka berdua langsung menjerit tertahan dengan tatapan penuh arti kepadanya, melihat hal itu ia segera menjelaskan panik. "B-bukan seperti yang kalian pikirin, aku cuma—"

PrincesWhere stories live. Discover now