Part 22: Cemburu

349 58 8
                                    

Masih terjadi hening hingga beberapa saat sampai akhirnya Mamah Kenzo berinisiatif memecah keheningan dengan tawa ramah.

"Astaga kami baru tahu loh, maaf ya kalau penyambutan kami tadi masih banyak kurangnya." Sontak saja Princes dan Bryan jadi saling lirik dengan senyuman penuh arti.

"Ah gak papa kok Tan, lagian kami sudah disambut dengan sangat ramah kok, iya kan Ces." Senggolnya pada Adiknya dengan alis naik turun membuat Princes ikut tersenyum seadanya.

Sedangkan Kenzo lagi-lagi hanya bisa menundukkan kepalanya, jujur sekarang ia sangat malu dengan tingkah keluarganya ini.

"Wah hahaha sungguh mengejutkan loh, saya baru tahu jika anak Pak Kalendra satu sekolahan dengan Kenzo." Ujar Ayah Kenzo nampak masih lumayan terguncang itu.

Kino ikut tertawa meskipun nampak jika sangat dipaksakan, "kalian sering-sering ya main kesini, kami seneng kalo Kenzo banyak temannya." Sahutnya membuat Kenzo jelas mendelik kesal, sudah cukup ini sangat memalukan.

"Mereka pasti juga sibuk." Balas Kenzo tiba-tiba yang sejak tadi diam membuat keheningan singkat disana. Tatapan keluarganya langsung berubah tajam kearahnya membuat Kenzo kembali menundukkan kepalanya, Bryan dan Princes yang jelas menyaksikan hal itu nampak tidak percaya, ini bukan rumah tapi seperti penjara bagi Kenzo.

"Hm iya aku bakal sering main kesini deh soalnya di rumah gabut juga," ujar Princes dengan nada riang membuat Bryan tersenyum lembut, paham dengan maksud Adiknya.

"Kebetulan saya dan Kenzo kadang main basket bareng jadi kapan-kapan saya ajakin teman-teman tim saya buat kesini juga deh," ujar Bryan membuat Kenzo menegang seketika, tentu saja perihal tentang ia bermain basket ia sembunyikan dari keluarganya jadi ia cukup takut melihat respon keluarganya, namun tanpa disangka respon keluarganya tidak semenakutkan bayangannya, mereka justru tersenyum ramah dengan senang.

"Wah kebetulan banget kalau begitu, saya senang mendengarnya." Melihat Ayahnya yang selalu berekspresi datar tiba-tiba tersenyum cerah membuatnya sangat sedih, bahkan ketika ia mendapatkan juara respon Ayahnya tidak sebahagia ini, tanpa sadar Kenzo jadi tersenyum pahit.

"Sudah sangat malam kami pamit ya soalnya besok masuk sekolah." Pamit Princes melirik arlojinya.

"Oiya segera istirahat ya biar besok gak capek, kalian kesini tadi naik apa? Mau kami suruh supir kami buat antar kalian?" tanya Mamah Kenzo dengan nada keibuan.

"Gak usah Tan kami naik mobil." Jawab Bryan kemudian segera keluar setelah menyalami semuanya, jujur Bryan yang tidak pandai menyembunyikan ekspresinya sangat ingin pergi dari tempat itu karena malas akting.

Setelah Princes menyalami semuanya ia tidak segera keluar, ia menatap Kenzo yang masih tertekun di tempat duduknya dengan kepala tertunduk malu, perlahan ia mendekati Kenzo dan menyentuh tangannya lembut, pemuda itu langsung mengangkat kepalanya kaget.

"Kami gak berpikiran apapun kok jadi kamu gak usah terlalu terbebani," bisik Princes dengan senyuman hangat sebelum melenggang pergi meninggalkannya.

Sepeninggalnya Princes dan Bryan semua anggota keluarganya langsung menatap kearahnya, Kenzo yang paham maksud mereka langsung beranjak pergi dari tempat duduknya.

"Kenzo—"

"Nggak!" potongnya dengan senyuman miring, "buang jauh-jauh pikiran kotor kalian!" tegasnya seolah paham apa yang akan disampaikan anggota keluarganya kepadanya.

***

"Kayaknya Mamah sama Papah gak bakal suka besanan sama orang macam mereka," celetuk Bryan santai mengunyah permen karetnya sembari menyetir mobilnya.

PrincesWhere stories live. Discover now