Part 17: Dekat

380 60 3
                                    

Princes mencuri-curi lirik pada lelaki di sebelahnya, sekarang mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang dari toko buku dan sejujurnya suasananya benar-benar canggung setelah kejadian waktu itu.

"Ehm."

Kenzo nampak melirik sekilas mendengar dehamannya, jujur saat ini ia merasa sangat tidak nyaman dengan situasinya.

"Kamu beneran gak papa?" ulangnya mempertanyakan keadaan Kenzo.

"Iya, aku gak papa Ces." Balas Kenzo menghela napas mungkin lelah ditanyain terus sejak tadi.

Princes melenguh perlahan, menghadap Kenzo sepenuhnya membuat jalan mereka jadi terhenti sejenak. "Beneran gak ada yang sakit? Kamu kan pemain basket jadi bahu kamu itu penting." Jelasnya dengan kerlipan sungguh-sungguh.

Kenzo yang semula capek mendengar omelannya secara reflek menutup mulutnya dengan punggung tangan menahan kekehan geli, "aku gak selemah itu."

"Masa sih, kalau begitu coba lompat dari gedung lantai 5." Tantangnya yang tentu saja membuat Kenzo mendelik tak percaya, "sini agak nunduk, aku mau cek sendiri." Titahnya menarik lengan Kenzo tiba-tiba.

Kenzo terkesiap membeku, merasa tak percaya dengan tindakan gadis di depannya ini. Namun tanpa menyanggah ia menuruti perintah Princes, justru entah kenapa ia merasa senang ketika tangan kecil Princes menoel-noel bahu dan punggungnya untuk memeriksa. Astaga entah kenapa gadis ini jadi nampak lucu sekali, seperti bocah yang bermain dokter-dokteran.

"Huft ... syukur deh beneran gapapa." Princes menghela napas lega, melepaskan genggamannya pada lengan Kenzo dengan senyuman lebar. "Kalau nanti seandainya bahu kamu sakit langsung hubungi aku aja." Pintanya benar-benar menggelitik perut Kenzo.

"Hm, makasih." Balas Kenzo mengusap kepalanya.

"Eh?!"

Princes terpaku syok ketika rambutnya di acak pelan lelaki itu, dengan mata melotot kaget ia menunjuk-nunjuk Kenzo tidak terima. "Ngapain pegang-pegang rambut aku!" Protesnya.

"Tadi aja kamu juga grepe-grepe tubuh aku." Balas Kenzo dengan entengnya.

"Kenzoooo!" pekik Princes dengan wajah merah padam malu, "t-tadi kan aku cuma cek keadaan kamu, itu bukan grepe-grepe ya!" sanggahnya tak terima.

Kenzo tersenyum samar, justru menggenggam tangan Princes dan menariknya kembali jalan. "Iya."

"Aku serius loh! Awas kamu berani nuduh-nuduh aku, itu pencemaran nama baik!" Omelnya dengan bibir mencuat-cuat.

Kenzo hanya melirik gemas, "iya."

"Balesnya kenapa kayak gak percaya gitu sih!"

"Aku percaya Ces." Balas Kenzo keep calm.

Princes mendengus, namun selanjutnya mengibaskan rambutnya dengan gaya sombong. "Lagian harusnya kamu bersyukur karena disentuh gadis kayak aku, udah cantik, baik, dan pinter."

Pecah sudah tawa Kenzo, lelaki itu bahkan sampai menunduk memegangi perutnya yang kram, ia baru tahu jika Princes mempunyai rasa percaya diri yang tiada tanding. Princes yang melihat hal itu tentu merasa tak terima sehingga keduanya pun saling berkelahi meskipun yang sebenarnya terjadi adalah Princes yang memukul Kenzo dan lelaki itu yang semakin tertawa.

Tanpa mereka berdua ketahui, beberapa meter di depan sana seorang gadis tengah menatap keduanya dengan mata berkilat tajam.

***

Princes tidak tahu kenapa dan apa alasannya tapi ia dan Kenzo makin lama makin dekat layaknya teman akrab saja, bahkan entah sejak kapan ia jadi sering menemani lelaki itu ketika sedang latihan basket sembari membawakan minuman.

PrincesWhere stories live. Discover now