Part 24: Perasaan Yang Sama

295 54 4
                                    

"Woah apakah hilang ingatan bisa mengubah IQ orang sedemikian rupa ya!" Bryan bertepuk tangan sejak tadi, tak henti-hentinya berseru takjub sambil menatapnya.

Princes di tempatnya hanya mendengus kecil, alasan Kakaknya ini kaget tak lain dan tak bukan karena dirinya mendapatkan juara kelas, kalau dilihat sepertinya pemilik asli tubuhnya ini dulu memang bodoh.

"Kamu harus belajar lebih giat Kak," nasihat Fai menatap bangku penumpang belakang.

Princes seketika tersenyum miring, "iya masa dapet ranking 3, tapi dari bawah HAHAHA!" ejeknya tertawa puas yang membuat Bryan langsung memukulnya kesal.

"Dulu kamu juga sama kok! Mentang-mentang sekarang udah pinter jadi sombong, cih!" decihnya membuang muka.

Kalendra yang sedang menyetir hanya bisa menggeleng maklum dengan pertengkaran dua anaknya itu, "jangan ribut terus, ini di jalan."

"Adek tuh Pah ngejek-ngejek aku terus!" adu Bryan dengan puppy eyes yang menggelikan.

"Idih cowok kok menye-menye, nye nye nye." Peraganya sambil monyong-monyongin bibirnya mengejek.

"Udah-udah jangan ribut terus," lerai Fai berhasil membuat mereka menghentikan perdebatan meskipun masih saling adu pelototan.

"Papah gak pernah nuntut kalian untuk dapat juara kok, yang penting kalian serius sekolah Papah udah seneng."

"Aaaa memang Papah terbaikk!" Bryan langsung berhambur memeluk Kalendra dari kursi belakang yang tak ayal membuat semuanya menjerit panik.

"Duduk yang bener! Mau nabrak?!" omelnya menarik rambut Kakaknya itu dengan kesal. "Sebenarnya kelebihan Kakak apasih!" decaknya menggeleng prihatin membuat Bryan hanya mendelik sengak.

"Tapi jujur Mamah masih gak nyangka kamu dapat juara, apalagi masuk tiga besar di kelas." Celetuk Fai diangguki semuanya setuju, "sepertinya kamu belajar giat ya beberapa waktu ini, Mamah dan Papah jadi bangga." Ujar mereka terharu diangguki Bryan dengan bangga padahal yang dipuji bukan dirinya.

"Kayaknya ini juga efek karena kamu temenan sama Kenzo deh, Dek." Ujar Bryan asal sembari mengambil handphonenya untuk melanjutkan gamenya tadi pagi.

"Cowok yang tadi pagi itu?" tanya Fai mengernyit samar.

"Hm ya itu, kalau Mamah kenal Kenzo pasti Mamah bakal syok banget. Tuh anak ajaib banget, juara 1 umum, anak olimpiade, ketua OSIS, dan bahkan pinter olahraga. Cih kayaknya gara-gara diborong dia semua aku jadi gak kebagian apa-apa." Gumam Bryan ngaco seperti biasa.

Kalendra diam-diam melirik Princes dari kaca depan dengan pandangan tak terbaca, sedangkan Princes mengangguk membenarkan ucapan Bryan. "Iyasih Kenzo memang serba bisa, Kakak contoh dong jangan malah main game mulu!"

Bryan menggaruk telinganya malas, "ya ya Tuan Putri!" lantangnya dengan suara sumbang membuat Princes mendengus sebal.

"Lain kali ajak main ke rumah." Ujar Kalendra tiba-tiba membuat semuanya tersentak kaget, lelaki paruh baya itu membenarkan kacamatanya sesaat sebelum membuang napas dengan helaan panjang. Setelah mendengar penjelasan anaknya jujur Kalendra jadi teringat masa lalunya sendiri, dulu orang tuanya selalu menuntutnya sempurna demi menjadi penerus keluarga, itulah salah satu alasan dirinya sekarang tidak pernah menuntut anak-anaknya untuk menjadi sempurna karena itu sangat menyiksa.

Princes yang bingung hanya mengerjap perlahan dengan heran, mengangguk setuju. "Okey."

***

Prak.

Raport tebal dilempar asal oleh pemuda bertubuh jangkung dengan garis wajah sempurna itu, dengan tampang kusut ia duduk di atas kasur mengusap wajahnya lelah. Ingatannya berputar pada beberapa menit sebelumnya.

PrincesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora