Part 29: Sakit

305 42 2
                                    

"Ces!"

Princes seketika terperanjat, menoleh kanan kiri dengan linglung, terlihat semua anggota keluarganya menatapnya aneh.

"Kamu kenapa? Wajah kamu pucat banget?" Fai yang duduk di sebelahnya langsung mengulurkan tangan menyentuh dahinya, "astaga panas banget!" pekik Ibu dua anak itu membuat semua orang langsung berdiri mendekat kearahnya panik.

"Kenapa gak bilang kalau sakit?" Bryan langsung ikut mengecek suhu tubuhnya.

"Panggil Dokter!" titah Kalendra kepada pelayan membuat pelayan itu langsung bergegas menelepon.

Princes yang menjadi objek kekhawatiran semua orang hanya terdiam seperti patung, kantong matanya sangat hitam dengan bola mata memerah karena semalam ia bahkan tidak berani memejamkan matanya takut bertemu dengan pemilik asli tubuh ini.

"Bang bantu papah Adek ke kamar, Mamah siapin kompresan dulu." Titah Fai kepada Bryan yang langsung membuat pemuda itu mengangguk dan membantunya berdiri.

Princes melirik satu persatu anggota keluarganya yang terlihat sangat cemas itu, tanpa sadar kedua tangannya gemetar dengan keringat dingin. Bagaimana jika semua orang tahu ia bukan pemilik asli tubuh ini, bagaimana jika mereka tahu ia mencuri tubuh ini, apa yang akan terjadi kepadanya. Sejak semalaman ia terus memikirkan hal ini sampai-sampai dadanya terasa sesak dan ketakutan.

"Ayo berdiri," bisik Bryan untuk pertama kalinya pemuda itu berujar lembut dan perhatian kepadanya.

Princes menelan ludahnya, memaksa kakinya yang lemas untuk berdiri dibantu Bryan, namun tidak sampai sedetik ia langsung tumbang ke lantai membuat seluruh anggota keluarganya berteriak panik.

"PRINCES!" Kalendra yang tadi masih terlihat sedikit tenang langsung kehilangan kendali, ia berlari menggendongnya yang sebenarnya masih cukup sadar namun entah kenapa seluruh tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan seperti kehabisan tenaga.

Namun tak lama ia memejamkan matanya, entah kenapa setelah dipeluk Ayahnya ia merasa berani kembali untuk memejamkan matanya. Seperti mendapat ketenangan sesaat.

***

Pemuda dengan setelan kaos basket itu mendribble bolanya dengan gesit menghindari lawannya dan dengan sekali lemparan memasukkan bola tadi ke dalam ring, seketika itu juga lapangan langsung berubah riuh meneriakkan namanya.

Kenzo mengusap keringat di dahinya, berjalan ke pinggiran lapangan untuk minum. Arah tatapannya tertuju pada koridor di sampingnya, sekarang sudah jam pulang pasti gadis itu sudah selesai kelasnya.

"Ken, main lagi gak?" teriak salah satu temannya dari arah lapangan.

Kenzo menoleh kearah teman-temannya yang menunggunya, namun entah kenapa pikirannya tiba-tiba tidak tenang.

"Kalian latihan aja, gue pergi dulu." Ujarnya kemudian mengambil tasnya dan bergegas pergi tanpa mendengarkan pekikan pertanyaan dari teman-temannya itu.

Kaki jenjangnya melangkah cepat menyusuri koridor, namun sebelum ke kelas Princes ia menyempatkan ganti seragam di kamar mandi karena bajunya sudah basah keringat, ia membasuh wajahnya dan menatap penampilannya dari pantulan cermin, tanpa sadar senyuman tipis terukir di bibirnya.

"Hm, sudah cukup rapi."

Padahal dulu ia adalah orang yang sama sekali tidak peduli dengan penampilannya namun entah sejak kapan ia jadi seperti ini, tanpa ia sadari ia hanya memperhatikan penampilannya ketika akan bertemu Princes saja.

Begitu merasa penampilannya sudah cukup rapi ia segera beranjak menuju kelas Princes, dan bertepatan sekali beberapa orang terlihat keluar dari kelas itu.

PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang